Tak kusangka perkenalan dan intensitas chatku dengannya menimbulkan kecemburuan dan penafsiran lain dari istrinya, jujur ini membuatku agak jengah juga, membuatku merasa bersalah karena telah membuat suasana tenang menjadi bergejolak. Tak ada maksud apa pun, seperti halnya teman yang lain aku chat juga dalam taraf wajar tak ada modus sekecil apa pun bahkan obrolan juga menurutku masih dalam jalur yang selayaknya, membahas tema yang sama dari awal kenal hingga sekarang tak ada yang menyimpang.
Perkenalan yang berlangsung beberapa minggu yang lalu, karena ada satu pembahasan yang menurutku menarik dan dari obrolan itu juga aku mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang selama ini tak aku mengerti, aku bisa bertanya banyak hal meskipun tak semuanya bisa dijelaskannya dengan gamblang hingga masih menyisakan petanyaan-pertanyaan yang baru dan terkadang membuatku sedikit takut namun perbincangan ini yang perlahan lebih membukakan mataku. Mulai percaya untuk melangkah dari sebelumnya dimana kaki seakan masih goyah untuk menapak. Lebih meyakini bahwa semua cobaan datangnya dari Allah dan Allah pula yang akan menolong membantu melewatinya entah itu lewat orang lain atau langsung teguran ringan dariNya, semua akibat dari ulahku ya sepertinya lebih baik begini daripada nanti anak cucuku yg kena akibat dari perbuatanku dimasa lalu. Semua yang terjadi sudah menjadi bagian dari skenario indah yang Tuhan tulis untukku.
Beberapa hari setelah kenal intensitas chatnya mulai berubah, agak heran juga dulu hanya menyapaku dimalam hari setelahnya intensitas kemunculannya bertambah di siang bahkan sore juga. Dasarnya aku orangnya cuek kalau ga disapa duluan ya enggak ada obrolan dan dari dulupun begitu hp lebih sering digunakan untuk corat coret di notepad dibanding untuk ngerumpi dengan teman, habisnya ga bisa juga ngobrol ngalur ngidul kagak ada ujung pangkalnya. Kalaupun ngobrol jika ada yang penting saja ataupun menjawab sapaan dari teman. Sederet list yang ada hanya segelintir yang masih aktif menyapa dan sekedar say hello selebihnya hanya jadi penunggu daftar. Selebihnya hp nganggur atau buat mutar mp3.
Namun kemaren, pagi sekali dia menyapaku tapi ketika aku buka inbox tenyata itu dari istrinya. Yang curiga suaminya akhir-akhir ini suka chat, aku tanggapi dengan baik menjelaskan bahwa kita hanya temanan tidak lebih, bahkan istrinya juga sudah membaca semua chat dari awal perkenalan. Aku coba mengajaknya berteman namun kecurigaan dan berubahan sikap suaminya membuatnya berpikir lain.
"Terima kasih ya dek, dah ngasih saran ke suamiku. emang orangnya pecandu rokok, siapa tau kamu kasih saran tar nurut.ha,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,," setelah membaca aku ingat-ingat dan lihat lagi apa yang sudah aku katakan. Waktu itu membahas sensitifku dengan bau rokok dan secara ga sengaja ia seorang perokok berat, setauku jika perokok pasti temannya kopi. Benar saja jika ia rokok dan kopi berat, dasarnya aku orangnya ceplas ceplos keluarlah kata-kata untuk mengurangi secara bertahap agar tidak kaget lagian kalau langsung berhenti sekaligus juga aku rasa ga mungkin, terlalu susah dan itu membuat suatu ketika jika si perokok itu mencoba lagi setelah sekn lama ga merokok akibatnya tambah parah melebihi dari yang sebelum-sebelumnya.
"Eh iya mba sama-sama , salam kenal ya"
"ya,kenal suamiku dah lama, suamiku gak pernah cerita ,tapi gak apa, kamu kan sekarang dadi teman atau apa, aku gak tau siapa tau nurut ,aku orang bodoh dek ,gak pernah fbnan nyobo ki maeng suamiku pergi. kok slalu chatingan trus, aku penasaran, eh kok bisa ngatipno"
"Baru kenal mba mungkin awal-awal bulan, maap mba hanya teman seperti yang lain... Jangan bilang gtu, mba hanya terlalu sibuk ngurus rumah dan anak sampe ga ada waktu buat fb an aja menurutku... Boleh aku add fb mba, kita ngerumpi disana saja gmn, hehehehe"
"gak usah dek, emang aku orang bodoh, aku kan dicampahi, nek bisa bukak mainan ini, ya sori semua tak baca, mungkin suamiku cocok sama kamu yg selalu saling mengingatkan, gak biasane nek di ingetke orang lain tu nurut, ini logika lo gak apa, lanjutin aja , untuk saling mengenal, ntar kamu gak mau lg chat ma suamiku"
"Jangan bilang gtu mba, ga boleh itu...menurutku mba hebat... Ayo mba temenan jgn menutup diri, banyak teman banyak sodara nambah pengalaman juga. Udah aku add mba fb nya tinggal konfirmasi. Mari bertukar pengalaman"
"udah dulu ya,tar dilanjut lg ,jangan marah,nek marah berarti kamu gak mau lg chat ma suamiku lg ,biarlah jadi ttm (teman tapi mesra) didunia maya, kata orang ben awet urip"
Membaca ini egoku mulai tersulut, mungkin salahku juga terlalu banyak omong, sok-sok an menasehati padahal untuk diriku sendiri saja ga becus harusnya menasehati buat diri sendiri dulu baru orang lain. Dong dong bener dah aku ini.
"Maap kalau udah ganggu, aku ga ada maksud apa-apa... Klo mba mikir begituu baik mulai hari ni ga ada chat lg. Beribu maap bila udah terganggu"
"kok gak percaya yo,aku orang bodo, aku gak nutup diri.............udah dulu ya,tar suami plg, sori lo semuanya tak baca, hrsnya gak boleh, aku membacanya, pesanku jgan kamu ptus chat ma suamiku, ntar mrah lo. siapa yg blang ganggu, malah aku dukung biar suamiku tambah rajin"
Sedikit kebingungan mentelaah kata-katanya karena disatu sisi dia hawatir dan curiga kepadaku tapi disisi lain ia menginginkan aku tetap chat dengan suaminya. Berhubung egoku sudah terluka maka...
"Aku ga mau mba mikir macam-macam. Maap mba udah jd keputusanku lbh baik ga chat lg, daripada menimbulkan pikiran negatif.... Aku bisa merasakan perasaan mba saat ini kok (aku agak sensitif soal perasaan) mba orangnya baik ga bakal salah penilaianku Maap fbnya ga aku online mulai sekarang"
"emange kenapa, berarti gak mau kenal aku lbih ,ktane tadi biar tambah saudara"
"Mungkin nanti klo mba udah benar-benar yakin bahwa ga ada modus apa pun... Perasaanku terlalu peka buat mengerti orang lain.... Maap mba off dulu ya. Assalamuallaikum
Langsung fb aku matiin dari hpku. Aku sudah jarang buka fb hanya ketika ada teman yang suruh buka karena mengirim artikel atau share foto baru aku buka, biasanya juga langsung ke sasaran tidak melihat-lihat postingan teman.
"diomongi opo bojoku L...........kmu marah L......accountku lali tak off"
"enggak bilang apa-apa.... aku juga enggak marah karena emang ga ada niat aneh-aneh cuma ga mau memperkeruh keadaan saja mas.... mas jangan marah sama mba'e ya. janji lho. jgn mudah emosi itu kan yg mas ajarkan"
"ndak aq ndak marah kok"
Bahkan ia sempat bilang jika tidak biasanya suaminya mau mendengar bila dinasehati, kaget... Sekali lagi aku baca chat sebelum-sebelumnya apa yang sudah aku tulis tapi tidak ada yang aneh hanya saja waktu itu aku bilang untuk mengurangi kebiasaan perokok beratnya dan minum kopinya itu saja, ada yang salahkah....
Aku bicara sebagai seorang teman dan katanya tugas teman untuk mengingatkan yang tidak benar iya kan... Namun dari sekian perbincanganku dengan si istri ada satu omongannya yang memuat egoku sedikit terusik yaitu ketika ia bilang "jangan marah, nek marah berarti kamu gak mau lg chat ma suamiku lg ,biarlah jadi ttm (teman tapi mesra) didunia maya, kata orang ben awet urip". Astagfirullah haladzim... Demi Allah tak ada niat sedikitpun bahkan terlintas pikiran seperti itu pun ga ada, aku hanya ingin memahami agama dan bisa lebih baik itu saja ga lebih. Membacanya membuatku kecewa, tak henti aku meminta maaf bila memang itu membuatnya terluka, ia menganggapku perempuan pengganggu tapi juga masih menyuruh untuk tidak menghentikan chat dengan suaminya, maunya apa.... Aku ajak ngobrol pribadi pakai ID nya sendiri tidak mau. Oke akhirnya aku putuskan untuk menghentikan semua ini. Aku JANJI tidak akan lagi berkomunikasi dengan suaminya.
Masih sama si istri memintaku untuk tidak berhenti chat dengan suaminya, tapi keputusanku sudah pasti dan buatku janji itu sebisa mungkin harus ditepati. Dari sana aku mulai tak menanggapi permintaannya. Tidak hilang semangat ia menyapaku menggunakan ID nya sendiri dengan alasan mengajak ngobrol seperti keinginanku di awal tapi egoku masih terluka, memilih tak menanggapi
"kamu ngajak chat ng kene, kok gak kmu balas, kok mung lihat tok, berarti kmu ada apa sama bojoku"
"maap mba tadi fb langsung tak off dr hp. trus maunya mba gmn...."
"gak gimana, cuma kenapa kok gak mau chat lagi ma suamiku, suamiku patah hati, emange udah jadian ya, sampai suamiku kok bete mikirin kamu"
Karena lagi menunggu inbox teman yang menurutku sangat penting membuat fb aku online lagi di hp. Terpaksa, membacanya hanya bisa bilang "sabar... Sabar... Sabar dan tarik napas panjang. Ga usah ditanggapi biarkan saja terserah mau berpikiran gimana itu hak dia. Legowo aja ya, belajar sabar dan juga tersenyum", baiklah. Perasaanku mengatakan bahwa disana sedang terjadi sesuatu, tapi aku sudah enggak mau ikut-ikut biar mereka selesaikan masalahnya sendiri. Sedikit banyak sudah mulai mengerti karakter masing-masing, mungkin juga sudah punya gambaran. Stop, saatnya menghentikan petualangan pikiranku.
Dari sini aku sudah tak mau jawab massage dari keduanya. Bahkan ketika suaminya mengirimkan salam "assalamuallaikum" aku hanya jawab secara lisan. Memang membalas hukumnya wajib, itu tandanya jika enggak dibalas berdosa. Tapi tak apalah aku memilih berdosa (meskipun sudah aku jawab secara lisan) karena nantinya tanggung jawabnya hanya pada Tuhanku, daripada harus bertanggung jawab dengan banyak pihak.
"ayo dek, tukar pengalaman dalam hal apa saja, maap salah kirim tadi"
"kok gak dibales kenapa takut, kalau gak ada unsur negatip, ayo kenalan lebih dekat lagi n saling percaya mbak percaya kok............"
Ini membuatku bingung, bukan karena berhenti chat tapi aku takut terjadi sesuatu pada diriku. Lalu aku coba meminta dukungan teman, aku ceritakan garis merahnya saja karena terlalu panjang jika diulang.
"Aku masih menunggu massage dari teman makanya hp aku online. Aku harus gimana mas. Aku merasa terusik tapi karena udah janji ga mau bicara dengan mereka lg"
"Pertama .. Untuk mencegah tahu mb online atau tidak, disetting aja lewat komp/laptop FB nya.. Jadi meskipun mb online, tapi terlihat offline untuk teman mbak tadi. itu tadi saran pertama karena mb merasa terusik, meskipun tidak berarti dapat memblok inbox message"
"Aku paling jarang fb-an mas, cuma klo pas butuh aja, jadi chat aku off terus mereka inbox kok"
"Kalau boleh saya nanya juga... Secara pribadi, mbak masih 'butuh' chat dengan orang itu atau tidak?"
"Enggak" dalam artian jika pun ga chat ga ada masalah
"Meskipun butuh klo dirasa menyakiti yg laen pasti juga aku akan mundur kok"
"Aku harus gimana mas...."
"Mbak.. Ketika mbak mengatakan 'butuh' .. Pasti ada ketidakrelaan jika harus dihentikan... Meskipun ini satu-satunya jalan demi kebaikan mereka dan 'keamanan' buat mbak"
"Rela kok"
"Kalau benar-benar rela.. Blok pertemanan.. Langkah terakhir jika mereka masih terus inbox"
"Apa ga kasar mas. Masalahnya aku takut sama keselamatanku"
"Kalau ada 'pertimbangan' lain separti yang mbak sebutkan... Mbak bisa kok blok supaya ga bisa inbox atau nulis di wall mbak"
"Caranya gimana" maklum saja sudah bertahun-tahun tidak pernah ngubek sosmed yang satu ini
"Mbak masih simpan histori chat nya?"
"Masih. Kan cuma bisa di hapus lewat lepi"
"Lewat bb bisa" nah kan bener-bener udik kagak tau perkembangannya juga
"Klo bisa inbox tapi ga muncul di hp bisa ga mas"
"Untuk hapusnya. Tapi kalau setting blok tadi harus lewat laptop"
"Namun inti masalahnya.... Mbak yakin bisa berhenti??"
"Yakin. Aku udah janji dan udah dari kemaren juga ga aku balas"
"Menyesal?"
"Enggak"
"Langkah awal blok inbox dan nulis di wall dan unfollow pertemanan"
"Lalu"
"Kalau perkenalan mbak hanya di dunia maya.. Cukup itu.. Tapi kalau kenal juga di dunia nyata atau pernah mengatakan keberadaan sebenarnya .. Itu lain lagi"
"Maksud keberadaan sebenarnya apa mas"
"Mbak sempat menyebutkan alamat, atau apapun yang bisa membuat orang itu tahu mbak dimana tempatnya"
"Dia tau sendiri mas. Apakah Orang seperti itu bisa nekat"
"Saya tidak bisa jawab.. Karena tidak 'kenal'.. Mbak yang bisa merasakan karakternya seperti apa.."
"Nekat.. Itu kalau dia benar-benar membutuhkan mbak tidak hanya teman chat"
"Itu mas yang aku takut"
"Aku takut dia macam-macam maksudnya enggak secara langsung mas"
"Tapi jangan salama kenal sepertinya agamanya kuat (ga yakin juga)"
"Apa mbak melihat dn merasakan kemungkinan itu?"
"Ga tau. Antara iya dan enggak"
"Ni tadi istrinya barusan inbox ngajak crita-cerita mungkin kaya bujuk x mas"
"Hmm... Sebenarnya saya kurang tahu seperti apa bentuk "relasi" mbak dengan mereka... Kalau sekedar tanya masalah agama.. Pada jam-jam berapa chat nya.. Wajar g... Kalau istrinya sampai ngomong seperti tadi.. Sejauh mana mbak ngerti hubungan mereka.. Tentunya mbak bisa mempertimbangkan itu"
"Aku ga tau mas, tapi sepertinya chat juga dilakukan di jam biasa dia online sebelum kenal aku kok. Hubungan mereka seperti apa juga ga ngerti selama kenal ga pernah ngobrol masalah keluarga biasanya hanya kisaran masalah yang sama kalau pun melenceng paling cuma aku nanya masalah pertanian aja ga lebih kok"
"Mbak tetep memutuskan "mundur"?"
"Iya"
"Yakin?"
"Yakin. Setelah istrinya tanpa sengaja menuduhku aku udah janji untuk ga chat lagi dan itu juga aku lakukan"
"Knapa mas tanya yakin"
"Kadang dalam lubuk hati .. Sedkit ada rasa "butuh" itu tadi...
"Enggak juga. Egoku lebih besar, aku juga bukan orank ga tau diri ataupun tega melihat orank lain menderita. Aku kalau udah ambil keputusan akan aku jalankan, apa pun itu"
" Saya hanya bicara soal "hati".. Ego bisa jadi diatas segalanya.. Lebih baik diri sendira yang sakit daripd orang lain... Itu bisa karena "gengsi" atau justru kebalikannya.. "Rendah diri" Bukan juga soal gak tau diri.. Atau org menyebutnya etika..."
"Ketegasan mbak sdh bagus. Yang penting seperti yang saya sebutkan sebelumnya.. Demi kebaikan mereka dan keamanan mbak di masa mendatang"
"Aku anggapnya dia seperti yg lain, hanya teman ga ada pikiran lebih. Mungkin waktu itu intensitas obrolan lebih karena lagi bahas hal yg menurutku menarik dan penjelasan itu sangat aku butuhkan, tapi setelahnya udah ga ada apa-apa cuma obrolan biasa, bahkan sering juga aku tinggal tidur." Maksudnya bahwa tidak begitu mengistimewakan kadang jika obrolan dianggap penting dan dirasa menarik aku bela-belain menahan ngantuk tapi ini sama saja ngantuk ya tidur.
"Brati keputusanku untuk membiarkan ga menjawab sudah benar kan mas"
"Ya.. Sudah seharusnya.."
"Sebelumnya mbak sudah bilang "mundur" kan?"
"Ga tau lah mas itu disebut mundur atau apa yg ada di otakku hanya ga mau ada hal-hal yang terjadi dengan orang lain atas ulahku pasti tanggung jawabnya dengan Tuhan lebih besar
Biarlah apa pun yang terjadi nanti akan aku terima mungkin ini sudah takdir untuk mati pun siap, aku meyakini skenario Tuhan lah yang terindah yang penting hidupku ga menyusahkan / merugikan orang lain dan sebisa mungkin sudah berbuat baik pada orang lain, meski hanya kecil.
Thx, mas jo