Tak Bisa Ku Sembunyikan Takutku
Bagaimanapun di tutupi lama-lama juga akan ketahuan. Waktu itu sepulang kerja jam setengah sebelas an setelah memasukkan motor bapak belum tidur karena kebiasaan bapak akan menunggu aku pulang ketika masuk malam baru bapak akan tidur. Kali ini bapak lagi asik nonton sinetron tujuh manusia harimau di kursi. Langkah kakiku terhenti di anak tangga ke tiga setelah melihat lampu di lantai atas sudah ganti yang lebih kecil selain takuy gelap juga ingin ambil pakaian ganti scara lemari pakaianku ada di bawah. Waktu ambil ibu "tidur mana...?" Jawabku tidur kamar lalu aku langkahkan kaki untuk menuju ke atas namun di anak tangga entah keberapa langkahku kembali terhenti. Ada ketakutan yang amat sangat, ad beberapa sosok di atas hingga aku mengirungkan diri untuk tidur di kamar dan kembali ke kamar ibuk untuk mengatakan tidur disini sana. Bapak tanya dan ada sedikit kebingungan tapi aku hanya menjawab ga kenapa-kenapa. Aku tau bapak ga percaya namun ga bertanya lebih lanjut.
Ketika mandi, untuk menghilangkan lelah dan gerah setelah bekerja aku mendapat perlakuan sama, selama mandi seperti di lihati terus bahkan ketika mengguyur muka pun ga berani berlama-lama untuk memejamkan mata brasa aneh dan menakutkan. Di depan pintu ketika sudah selesai ada rasa kaget karena aku merasakan sosok yang berdiri di depan pintu seperti sedang menunggui aku mandi. Jantung ini semakin kencang berdegup, apa lagi saat ingin naro handuk di jemuran sekalian wudhu karena belum isyaan seperti di ikuti dengan jarak dekat. Badan berdesir mulai terasa getaran ringan di sekujur tubuhku.
Dan beberapa hari aku tidur di tempat ibuk hingga hari sabtu ketika lagi nonton televisi, aku udah feeling seh kalau bapak akan tanya-tanya ternyata benar saja tak lama berselang bapak bertanya mengapa aku tidak tidur di kamar sendiri melainkan malah di kamar ibuk, bahkam untuk ke atas saja tidak berani. Awalnya ga ingin cerita tapi akhirnya aku cerita semuanya.
Tentang pesan dari ibuk temanku yang sudah meninggal
Tentang sosok yang beberapa hari ini mengikutiku dengan sangat dekat dan ketika di tanya hanya diam
Tentang semuanya, bahkan bapak juga bertanya lagi masalah mukena yang aku kasih ke mushola di bangku merah.
Bapak mendengarkan dan sepertinya memahami apa yang aku ceritakan. Temanku ini agamanya apa... (islam) lalu ibunya... (islam) ya suruh kirim doa saja. Lha pesannya sudah kamu sampein belum (sudah, malah temanku bilang anaknya salah jalan ya aku bilang ga mungkin aku kenal dengan anaknya sholatnya juga rajin) bisa saja kalau anaknya baik pasti akan memberikan pesan lewat anaknya langsung mungkin lewat mimpi kenapa ini malah lewat kamu (ya ga tau, kayanya ada yang ingin di ceritaka temanku bilang katanya sudah nyaman ama aku tapi masih ga percaya kalau mau cerita) kalau sudah di sampaikan ya sudah ga usah di pikir. Kenapa kamu yang ikut repot, itu sidah urusan sana, kalau anaknya baik ga bakalan ibunya sampai begitu. Seperti dulu mbah kakong sering datang ke mimpi bapak, trus pas bapak tanyain orang katanya makamnya kotor lalu bapak tanya ke pak dhe katanya sering di bersihin, bahkan juga sering melakukan ibadah sampai eyel-eyelan malah mbah kakong juga sampai menemui teman bapak karena makamnya kotor padahal sering dilakukan ibadah untuk mbah kakong. Ternyata doanya ga sampai, makanya makamnya masih terlihat kotor meskipu sering di doa kan itu karena keyakinan yang berbeda. Anak-anak mbak kakong semua beragama katholik hanya bapak saja yang islam. Dan setelah bapak sering kirim doa makamnya menjadi bersih dan mbah juga tersenyum.
Paling anaknya nakal makanya ibuknyaga tenang disana. Kamu jangan takut di kerasi saja. Kalau kamu takut sana jadi berani nanti malah kamu di perintah-perintah, bentak saja suruh pergi yang penting apa yang dipesankan sudah disampaikan ga usah ikut campur. Lalu ngomongin juga masalah yang ngikutin adek tetapi yang nakal. Aku juga bercerita jika suatu hari pernah mengajaknya bicara, diamau pindah tapi hatus dicarikan tempat buatnya, lalu aku juga menantangnya aku katakan jika beraninya dengan yang lemah coba kalau berani sama preman, paling juga ga berani, cemen....
Mendengar perkataanku sepertinya dia terpancing juga lalu dia mengatakan akan di buktikan kalau dia berani ga seperti yang aku bilang. Dan aku meminta untuk di buktikan bukan hanya omongan, untuk mengetahui dia berada di tubih siapa aku akan mengetahui kalau enggak aku suruh manggil agar aku tau. Malah bapak ngasih tau untuk kembali mengajaknya bicara trus diancam jika tidak mau pergi pukul saja pakai besi, disana ada besi nanti tak ambilke. Waaah bapak ganas banget aku disuruh menakut-nakuti pakek besi biar takut dan pergi.
Ya sebenarnya merugikan juga, karena selama ini dia hanya numpang di tubih adeku dan parahnya tidak bisa di atur, jadi buka adek aku yang mebgatur or berkuasa malah dia yang meeguasai ade aku. Dan tiap hari kamar adek di tutup pintunya tapi ketika aku ke atas atau lewat aku buka dan melihat dia lagi mainan disana, entah lagi tiduran di kasur sambil nyanyi-nyanyi, kadang lompat-lompatan, kadang guling-guling ya intinya semau dia lah tapi pas pintu kebuka seperti kepergok kekonyolan dia dan lama-lama meminta adek untuk mengunci pintunya agar enggak di buka ketika adeku pergi. Bapak bertanya itu yang mana karena yang ikut ada 3, yang aku lihat tu orang tua cowok yang nyebelin bahkan anak-anaknya saja ga ada yang tahan, semua tetangga juga tidak suka yang laen enggak tampak jelas. Orang tua yang cerewet dan suka ikut campur urisan orang, misalnya tanaman tetangga mau di potong dianya ribut komentar macam-macam dan apa pun yang orang lain lakukan selalu mendapat komentar karena dimatanya semua salah hanya dia yang benar. Ya bisa dimaklumi juga dia begitu karena cari perhatian ingin diperhatikan tapi sigatnya yang nyebelin ini membuat semua orang males dekat dengannya.
Dan sampai kini pun tetap sama adeku mengikuti kemauannya yang semaunya sendiri tidak bisa di atur padahal harusnya adeku yang mengatur. Bapak menyuruhku untuk berani, bila ada yang datang harus tegas berani mengusir. Bapak bertanya apa ga ikut adeku pergi kok di kamar terus, ya aku liatnya emang gitu di kamar bermain-main di kamar sendirian. Dan kalau malam adeku tidurmenyalakan televisi sampai pagi, itu sebenarnya adek tau jika listriknya mahal dan ketika sudah ngantuk di matiin tapi dia ini yang bandel suka nonton televisi sampai pagi. Sering aku melihat pas bangun teegah malam dan ke kamar mandi dari jendela melihatnya lagi asik memperhatikan acara televisi, bahkan terkadang sering melihatku gisok gigi dari jendela. Dan tentang yang ikut adek bapak selalu menyuruhku untuk berani menggertak sambil membawa besi agar takut dan pergi. Sebenarnya aku memberikan jangka waktu untuk membuktikan bila dia berani ga cemen tapi aku lupa waktunya sampai kapan. Tapi seingatku pertengahan september itu sudah jatuh tempo.
Selama menceritakan semua dengan bapak badan ini panas dingin, bergetar banhkan ngomong juga sedikit terbata-bata dan sesekali aku melirik ke arah tangga karena ada yang mengawasiku disana. Dan pencerahan dari bapak sedikit banyak menghilangkan gundahku. Aku juha bercerita tentang pengalamanku berbincang dengan salah satu juru kunci di bangku merah yang mengarahkanku ke demak, sepertinya bapak sedikit keberatan namun juga tidak bisa melarang, ini karena tempatnya lumayan jauh dan sudah bisa dipastika jika aku kesana pasti naik motor dan sendiri, bapak sudah hapal kebiasaanku ini. Makanya jika minta ijin untuk pergi kemana-mana selalu ada pesan di belakangnya. Bilangnya ga boleh ngeluyur sendiri, naik travel saja kalau ga punya uang bapak kasih. Ini mah bukan karena uang tapi kepuasan, entah dah aku dapat jiwa nekat yang sedikit liar dan ekstrim dari siapa...?! Yang pasti aku menikmati setiap langkah kakiku, menyatu dengan alam dan menjadi bagian darinya. (12/09)
★Ell