Hari ini aku ada janji dengan Yongsa untuk mengajaknya ke Pagoda dan juga ke bangku merah. Sebenarnya aku takut mengajaknya, karena sudah beberapa kali dia mengatakan belum siap namun entah mengapa kali ini dengan sedikit cerita yang aku sampaikan dari suara hati untuk mengajaknya serta dan mungkin karena sudah saatnya akhirnya Yongsa bersedia datang ikut serta.
Karena tak ada koordinasi Yongsa mau berangkat jam berapa jadinya hanya bisa menunggu, bahkan untuk mengatakan "nanti jika sudah berangkat kabari ya..." itu pun tak bisa aku lakukan karena aku ga yakin, bukan meragukannya hanya saja aku takut dengan ucapannya yang mengatakan 'belum siap' itu tadi, dan aku tak ingin memaksanya karena itu malah akan membuatnya seperti terpojokkan.
Dari pagi sudah mandi, ini buat berjaga-jaga jika nanti Yongsa tiba-tiba mengatakan sedikit lagi sudah sampai terminal jadi kan aku bisa segera meluncur tanpa putar-putar mempersiapkan diri terlebih dahulu. Aku ga tau pasti jarak dari Kudus ke terminal Terboyo membutuhkan waktu berapa lama dan waktu ku untuk menuju ke terminal Terboyo bila dari rumah pun juga aku tak tau pastinya berapa menit. Sebelum puasa dulu pernah ke terminal Terboyo namun itu juga pakai acara nanya dan kebablasan, kesana dalam rangka janjian untuk mengantarkan bedcover pesanan dari salah satu reseller yang ada di luar kota yang merasa keberatan untuk menambah ongos kurimnya, karena dirasa mengambilnya sendiri lebih mudah begitu juga dengan biaya yang terbilang lebih murah maka untuk memudahkan aku tawarkan untuk bertemu di tegah saja dan untuk memudahkannya agar ga muter-muter maka kesepakatan akhir kita bertemu di terminal terboyo di bagian luar.
Ketika Yongsa mengatakan di jalan macet masih sampai Demak pikirku agar Yongsa nanti ga lama menunggu disana makanya aku berinisiatif untuk berangkat sebelum Yongsa menyuruhku meluncur sekarang. Peralatan lengkap, kaos tangan, jaket dan kaos kaki ini untuk menghindari agar sinar matahari ga langsung mengenai kulitku. Bukan takut hitam atau belang melainkan agar tidak ada bercak-bercak hitam seperti yang biasanya ada jika kulit yang langsung terpapar sinar matahari. Tanpa memberitahukan kepada Yongsa, langsung saja berangkat.
Sekitaran jam setengah sebelas berangkat, di luar mulai panas yang sangat terik mengingat sekarang masih memasuki musim panas yang berkepanjangan dan namanya di jalan pastinya banyak kendaraan yang beralu lalang dengan bermodal sudah pernah kesana aku menyusuri jalan mengandalkan penunjuk arah yang aku temui di jalan.
Di siang bolong yang panasnya super hoot baru seperempat perjalanan sudah di dera dehidrasi lupa bawa minum padahal malam botol minum sudah masuk list tak teetulis, masih tetap aku paksakan untuk tetap melaju, tapi cuaca panas sepertinya tanpa memberikan toleransi sedikitpun untuk merasakan kesejukan selama perjalanan terlebih harus melewati peninggian jalan yang membuat semua pengendara harus berjalan lambat dan berbagi ruas jalan dengan arah yang sebaliknya membuat perjalanan semakin terhambat.
Karena tenggorokan sudah mulai kering akhirnya aku putuskan untuk merapat ke minimarket yang mudah dijumpai di sepanjang jalan. Membeli 2 buah air mineral satu dingin satunya biasa, pikirku satu nanti untuk Yongsa, setelah perjalanan jauh pastinya haus apa lagi dengan cuaca yang seperti ini. Tanpa menunggu lama aku buka air mineral yang tidak dingin untuk menghindari pusing setelah terpapar matahari dan disiram oleh air dingin. Air yang melewati tenggorokan seperti Aliran air yang menyejukkan. Setengah air minum biasa (bukan yang dingin) sudah masuk ke tubuhku. Sambil mengecek hp ternyata ada pesan dari Yongsa yang mengatakan sudah sampai di terminal. Nahkan malah dia yang nunggu padahal harusnya aku sudah ada disana sedari tadi (maaf yoo).
Baru mau menyalakan kendaraan aku mendengar suara adzan itu tandanya benar matahari tepat berada di atas kepala. Aku lanjutkan perjalanan yang sebelumnya membalas pesan Yongsa, sedikit menambah kecepatan namun karena jalan ramai makanya tidak bisa segera sampai. Aku masih ingat dulu waktu bertanya dimana letak terminal orang yang aku tanya mengatakan lurus saja nanti pertigaan belok kiri, lampu merah pertama belok kanan. Namun karena terminal letaknya terlalu dalam dan di luar tidak ada gapura yang bertuliskan terminal seperti di kota lainnya membuatku ga yakin sehingga yang harusnya berbelok malah terus. Untung saja tersadar karena ingat jika terminal berada tepat di samping rumah sakit untuk itu aku langsung mencari jalan untuk bisa putar balik agar tidak terlalu jauh kebablasan seperti saat pertama datang kesana.
Sampai di terminal aku WA yongsa, dia ada dimana, yongsa menyebutkan sebuah nama yang aku kira itu nama sebuah pabrik yang ada di sekitar terminal. Maklum saja di sekitaran terminal memang terdapat banyak pabrik dan aku mengira jika yongsa berteduh di minimarket yang dekat dengan 'pabrik' yang dikatakannya.
Sedikit kebingungan, pesan yang aku kirim juga ada jeda (maklum masih ada perbaikan jaringan, ini juga pemberitahuan dari operator yang aku pakai kemaren), sedikit kebingungan walaupun Yongsa sudah mengatakan berada di mana, sampai aku bertanya dengan penjaga yang ada disana namun karena beliaunya juga ga begitu ngerti dengan tempat yang aku maksud untuk itu menganjurkan aku untuk bertanya saja kepada petugas yang ada di dalam terminal. Petugas yang aku tanya menyarankan untuk masuk saja terus ke dalam.
Masih belum menyerah, aku cek hp ada panggilan tak terjawab dan pesan dari yongsa. Panasnya cuaca hari ini sampai menembus celana jeans yang aku pakai, rasanya wooow dah. Aku telefon yongsa tapi ga bisa karena pulsaku habis, padahal kemaren sudah di ingetkan untuk mengisi pulsa tapi aku abaikan anjuran itu dan ternyata ini alasannya, aku pake telepon di WA enggak bisa. Masih berpikiran Yongsa turun di luar aku coba kembali WA Yongsa sekedar memastikan letaknya apakah ada di dalam atau di luar.
Bagaimana ini, menunggu balasan chat tidak sabar karena di tempatku sekarang bukanlah tempat yang rindang sampai-sampai pahaku rasanya seperti terbakar padahal sudah ada celana jeans tapi masih saja terasa panasnya hingga ke kulit terdalam. Yongsa hanya mengatakan tempat dimana dia berada tanpa mengatakan jika dia ada di dalam sementara asumsiku yongsa berada di depan toko atau pabrik yang ada di sekitaran terminal bagian luar.
Beberapa kali berbalas chat dengan Yongsa walau ga begitu yakin, ya setidaknya tau lah jika Yongsa turun di dalam. Setelah mendapat kepastian bahwa Yongsa turun di dalam terminal aku pun meluncur ke dalam. Baru kali ini aku menginjakkan kaki di Terminal di kotaku sendiri. Sambil tengak tengok menganalisa eh lebih tepatnya mencari dimana tempat yang dimaksud Yongsa, pikirku tempat yang dimaksud Yongsa itu semacam minimarket atau sebuah toko dan dia berada di terasnya untuk numpang berteduh namun lama mencari tak kutemukan tempat yang seperti bayanganku yang ada hanya deretan warung dan tempat penjualan tiket bus (agen bus) tak aku lihat sosok yongsa terlwbih penglihatanku sedikit buram sehingga ga begitu jelas melihat dengan jarak yang agak jauh.
Memang seh selama kenal kita belum pernah ketemu langsung, mungkin duluuu banget ketika jaman sebelum aku bahkan eyangku ada kali, aku meyakini pernah ketemu Yongsa tapi di masa ini belum, karena memang selama ini belum ada inisiatif untuk mengadakan sebuah pertemuan baru sekarang dan mungkin ini juga waktu yang tepat untuk bertemu. Berjalan menyusuri terminal mengikuti motor yang ada di depanku, di depan sudah mentok tapi ga ketemu tempat yang dimaksud.
Beberapa kali ditawari untuk parkir oleh tukang parkir namun ga aku pedulikan masih saja menjalankan motorku dengan kecepatan pelan, sambil mencari Yongsa diantara keramaian orang dan banyaknya motor yang terparkir tapi ga ketemu. Hingga aku membaca dengan tulisan besar "Terminal Terboyo" , mau parkir tapi takut mencari ga ketemu. Nyerah mencari karena belum paham benar sosok Yongsa seperti apa terlwbih pandanganku yang ga begitu jelas, berhenti di bawah pohon di tepi jalan, sebenarnya ini aku ikut-ikut motor yang tadi ada di depanku yang berhenti di tempat teduh bukan di parkiran tapi orang di depanku juga ga lama hanya menjemput saja seorang wanita ya mungkin saja istrinya atau sodaranya lalu pergi dan aku memajukan motorku mencari tempat yang lebih teduh berhenti ditempat motor di depanku tadi berhenti. Aku nyerah karena memang pandangan mataku sedikit buram mungkin karena terlalu panas sehingga tidak bisa memandang luas.
Kembali ku keluarkan hp untuk mencari tau keberadaan Yongsa juga mengabari jika aku sudah berada didepan terminal. Begitu banyak orang di sana bagaimana aku bisa tau dimana Yongsa menungguku sementara untuk membaca tulisan di warung makan atau pun tempat pembelian tiket pun sedikit buram sehingga aku memutuskan untuk menunggunya saja di tempatku berdiri sekarang. Tak lama ada seseorang yang datang, naah ini yongsa yang di tunggu, ternyata bukan aku yang menemukannya malah yongsa yang menemukanku. Aku menemukanmu...., uuups salah deng, lebih tepatnya kamu yang menemukanku. Hehehehe....
Bertemu yongsa seperti sudah terbiasa ga ada rasa canggung, bahkan langsung saja aku memberikan tempat dudukku untuknya. Tidak ada kata 'hai' lalu berjabat tangan saling mengenalkan nama seperti perkenalan pada umumnya tapi ini malah langsung aja nemplok menyodorkan helm dan bergeser ke belakang agar yongsa bisa mengambil alih kemudi. Yongsa memakai masker namun tak mengenakan sarung tangan, ingin menawarkan sarung tangan yang aku pake namun ga berani terlebih di sarung tanganku yang warna warni ada sedikit warna pink ya sudah ga jadi menawarkan. Aku merapikan kembali masker yang aku pakai kini Yongsa yang mengambil alih kemudi, setelah juga mengenakan masker.
Agak takut juga awalnya karena baru kali ini di bonceng Yongsa, ya mungkin awalnya masih gerogi karena motor beberapa kali jalannya tersendat-sendat dan pelan tapi bisa saja karena di depan ada bus yang masih bongkar penumpang makanya jalannya diperlambat. Motor berjalan sangat pelan sampai-sampai sedikit kesel, udah panas motornya pelan banget.
Sebelum hari bertambah sore kami pun beranjak dari terminal untuk menuju ke Pagoda terlebih dahulu tentu saja Yongsa yang bawa motornya. Perjalanan dari ujung ke ujung, dengan panas yang masih saja tak gentar sedikitpun bahkan sepertinya malah semakin menguji pertahananku, ditambah jalan yang macet, pas dah sampai pahaku meskipun sudah terlindung dengan celana jeans tapi panasnya masih terasa di kulit. Semarang yang semakin panas saja dari hari ke hari.
Selama perjalanan berpikir tentang abu, entah ada apa dengan abu karena di belakang aku merasakan suara mesin yang kasar, lari tidak kencang, dan bahkan sesekali tersendat-sendat. Minggu kemaren memang masuk bengkel namun itu juga hanya stel felk dan ganti ban belakang yang sudah gundul tidak ada yang dibenahi ataupun di bongkar. Apa ada mor yang kurang kencang....??!
Cuaca siang ini menambah gerah dengan jalan yang sedikit macet, ya maklum saja siang itu bertepatan dengan bubaran sekolah sehingga bisa dipastikan jalan akan sedikit tersendat. Yongsa yang sama sekali ga mengenal rute jalan di Semarang mebuatnya sangat tergantung dengan arahan yang aku berikan namun berhubung aku sedikit kesulitan dalam menentukan arah, ketika di persimpangan mengatakan belok kanan padahal yang aku maksud adalah untuk belok kiri, teradang aku mengatakan belok kiri sementara tanganku memberi arahan ke kanan. Awalnya mau aku lewatin jalan Pedurungan meskipun jalan sedikit memutar namun tidak banyak lampu merah terlebih jalan yang lebih lebar dibanding jika lewat arteri sukarno hatta yang jalannya lebih ramai dan banyak lampu merah juga belokan.
Yaah sudah terlanjur, salah pengarahan harusnya aku bilang belok kanan tapi malah bilang kiri. Lewat jalan arteri, dinikmati saja kemacetan juga panas, untuk menuju ke Semarang Atas, sedikit ragu juga apakah nanti Yongsa bisa mengendalikan abu ketika jalan menanjak sedangkan ketika lurus saja abu sepertinya rewel begini. Harusnya tadi aku bilang dulu sama abu untuk tidak rewel ketika dipegang Yongsa. Ternyata jalan menanjak tidak ada kendala hanya saja sedikit tersendat-sendat dan banyak sekali operan pemindahan gigi yang dilakukan Yongsa kurang pas yang mengakibatkan sendatan yang berasa. Perjalanan terlihat sedikit lama, ya seperti biasa perjalanan berangkat terlihat lebih lama dibanding pulangnya namun yang pasti kita akhirnya sampai juga di pagoda.
Setelah perjuangan panjang, akhirnya sampai. Tetapi sudah sampaipun mau kebablasan yang harusnya belok malah masih terus saja, sampai di mundurin dan kena klakson mobil bak terbuka yang dari arah dalam. Maap... maap yang bawa motor belum menguasai medan. (10/10/15)
★Ell