7/03/2015

Sambal vs Ayam


Dua hari yang lalu di pagi hari sambil menonton drama korea yang tayang di salah satu chanel televisi nasional aku dan ibu sempat beradu argumen tentang hari libur imlek yang jatuh di hari kamis kemaren.
"Ujan apa enggak....." mengingat sejak hari sabtu cuaca panas mulai membayangi setelah beberapa hari sebelumnya hujan yang turun begitu derasnya.
"Hujan..." pendapatku mengingat hari kamis adalah hari imlek yang memang seperti di tahun-tahun sebelumnya hujan selalu datang bahkan bisa seharian hujan tak pernah berhenti.
"Enggak...." menurut ibu ga ada hujan, mungkin karena beberapa hari panas terik, meskipun mendung namun tak ada satu rintik hujanpun yang jatuh ke tanah.

Kali ini enggak hujan, apa lagi malam jumat kliwon. "Lalu apa hubungannya...." otakku mulai mencari-cari alasan mengapa ada pendapat seperti itu secara setiap imlek selalu identik dengan hujan karena ada anggapan bagi orang yang merayakan imlek bila hujan semakin deras akan semakin senang karena ini menandakan rejeki di tahun ini akan melimpah, begitu juga sebaliknya jika tidak hujan maka mereka lah yang akan menangis karena rejeki yang di dapat akan susah.

Namun menurut ibu bukan itu alasan pastinya, karena kamis ini bertepatan dengan malam jumat kliwon. "Dulu mbah uti pernah bilang jika malam jumat kliwon hujan maka seminggu kedepan akan hujan terus dan jika tidak hujan maka seminggu ini akan panas" mungkin setelah mendengar mbah uti pernah berkata begitu ibu juga manalisa dan membuktikan kebenarannya, buktinya hingga sekarang ibu masih ingat apa yang di ucapkan mbah uti dahulu.

Dua pendapat yang berbeda, kita buktikan siapa yang benar dan jika aku kalah maka aku akan makan sama sambal dan jika ibu benar ibu makan sama ikan, laaah apa hubungannya lagian enak di ibu donk aku hanya dikasih sambal doank. "Kalau ga hujan kamu makan sama sambal biar kepedesan" aku masih berpikir apa hubungannya namun kali ini tak ada penyanggahan ataupun mencari tau alasan sambal dan ayam, terserah ibu ajalah yang penting sambalnya dikasih lauk ayam.

Dan kini hari kamispun tiba, cuaca dari pagi berawan, semakin siang matahari mulai menunjukkan ke garangannya namun ketika siang beranjak sore hujan pun datang, sepertinya cukup deras (aslinya enggak tau karena aku berada di ruangan dan tidak menengok ke luar hanya mendengar suaranya dan mengira-ngira saja). Tapi memang benar hujan datang cukup deras sepanjang sore itu namun begitu selalu ada jeda (sebentar hujan sebentar terang).

Dini hari aku terjaga, ditambah alarm hpku yang biasa membangunkan aku untuk beberapa hari ini lupa aku setting ulang agar tidak berbunyi. Mata sudah tidak bisa diajak kompromi apalagi mendengar hujan yang turun dibarengi dengan angin yang begitu kencang hingga menimbulkan suara dari benda-benda yang tak kuat menopang hembusannya. Sedikit seram juga sebenarnya mendengar desir angin yang mungkin juga sebagian menerobos masuk melalui tirai-tirai dan sampai ke kamarku hingga membuat haaachi...haachi....hachiii..., susah jika punya alergi dingin.

Mata ini sepertinya memang sudah bosan membuaiku di alam mimpi, sedangkan sekarang tak ada yang bisa aku kerjakan. Akhirnya aku raih hp dan mulailah menggerakkan jempolku diantara deretan abjad dan seperti biasa jari mulai menterjemahkan apa yang ada di dalam pikiranku saat ini dalam barisan kata yang terkadang tak aku mengerti juga apa yang sudah aku tulis.

Lalu jika cerita sudah habis sedangkan mata masih enggan untuk melanjutkan mimpi aku harus bagaimana.... Apakah aku harus mendengarkan suara alam dari angin, rintik hujan dan tirai yang tertiup angin hingga pagi menjelang... Sepertinya insom mulai datang dalam setiap menjelang pagi, semoga saja tidak ini hanya suatu kebetulan semata.

Baiklah akan aku buai pagi ini dengan lagu melow milik the romance yang tak pernah bosan aku putar. Semoga cepat lelap dalam mimpi indahku hingga pagi menjelang.


Coretan yg belum sempat meluncur


★Ell