Y : " Sedang apa km disana? '
A : " Lagi ga ngapa-ngapain , kamu gi apa...?"
Y : " Gi kangen kamu. Hehehehe.... Ini serius"
A : " Aseeek "
Y : " Masih kerja apa udah bebas? Udah lamapun gak mesra-mesraan "
A : " Bebas. Pulang jam 2 kok "
Y : " Aahhaa..."
A : " Hu um, lama pake buanget "
Y : " Brarti masuk pagi terus nih? "
A : " Enggak 1 mingguan "
Y : " Oh, gt to "
A : "Hu um... Kmu gi apa ik "
Y : " Gi muter-muter Jogja dari tadi jam 10an sampe sekarang belum pulang. Ini mampir maem.
Y : " Kamu sudah maem? ......*perhatian ceritanya*
A : "Ikuuuuuuuuuut..., Kemana saja ik. Masih kenyang tadi pulang mampir beli bubur "
Y : "Imogiri, gunung api purba. Trus paling lama kongkow di rumah pohon"
A : " Rumah pohon mana ik...?"
Y : " Selama di Jogja, baru tau ada rumah pohon"
A : " Nglanggeran sampe pol apa ga. Rumah makan itu ya...?!
Y : " Kalau rumah pohon mah di daerah SMK 2 Jetis "
A : " Jetis tu mana ?"
Y : " Tugu ngalor. Yasalam. -___- "
A : " Ngalor tu mana...?" kan ga tau arah "
Y : " Tugu arah ke Monjali, tapi dari tugu deket kok. Duuuh.
Jangan percaya kalau bilang deket jalan juga bisa gempor lah, kalau dari mirota kampus baru bisa dibilang deket.
Y : " Kamu itu udah pernah lama tinggal di Jogja, masih gak ngerti juga. Durhakaaaaaaaa"
A : " Lha ya yang warung bambu itu bukan. Apa hubungannya durhaka sama ga ngerti arah "
Y : " Tanya sama mbah gel wae lah "
A : "Hahahhaaa.... Simbah lagi mudik ga bisa di ganggu "
A : " Huuuuuuuu... Maunya nanya sama kamu kok "
Y : " Tadi sempet bincang-bincang lansung sama yang punya nya. Dijelasin sejarah terbentuknya rumah pohon"
A : " Critain..."
Y
: ' Itukan terbuat dari bambu, di jelasin juga tentang filosofi bambu.
Tapi belum kelar. Di bangunan bambu paling atas terdapat semacam
mushola, beeeeeeeh sejuknya joooos. Ampe aku dikasih buku karya diya (
pak dewo)"
A : "Bisa liat merapi kan. Kok bisa"
Y : " Bisa dong "
A : " Gimana critanya bisa gitu...?"
Y
: " Beliau pembudidaya kunyit hitam. You know lah, harga kunyit hitam.
Beeeeeh... Pokoknya ceritanya panjang hingga bisa ketemu pak dewo,
cerita ini itu"
A : " Pelit aaah. Ga mau cerita. Udah selesai belum makannya"
Y : " Udah. Lama kita gak perang, gak tau kenapa aku menghidari perdebatan walaupun itu tentang pengetahuan"
A : "Lha knapa....? Lagi bosan ya"
Y : "Gak tau kenapa alasannya, malah lebih memilih nyimak. Bosen sih enggak, gak tau saja sih"
A : "Aneh. Padahal kalau pas perang asik tu"
Y : "Lah bukankah aku udah aneh dari dulu? Piyee too"
A : " Sapa yang bilang. Berati alasannya lagi males kalau ga emang ga menyukai bahan obrolan or menginginkan tema laen. Iya ga"
Dari sini kepekaanku sudah mulai bekerja seperti bisa menebak mengapa bisa seperti itu.
Y
:" Seru sih, seruu bangeeet. Terkadang kepingin perang kayak dulu, otak
bener-benar liar positif, tapi disisi lain menahan terhenti untuk
diskusi. Pan dulu kamu yang bilang kalau aku aneh. Piye to. Bukan malas
atau tidak menyukai materi obrolan. Susah ngejelasinnya"
A : " Trus apa... Ya emang dulu kamu anah tapi sepertinya sekarang sudah normal deh"
Y : " Terakhir aku debat ama seseorang, bener-benar nguras energi, capek banget. Disitulah aku mulai berhenti"
A : " Kenapa gitu'
Y : " Embuhlah..."
A : "Kamu kehabisan kata. Apa hanya muter-mutet ga ketemu sadikitpun persamaan"
Y : " Bukan kehabisan kata, jasad bisa mati tapi otak (ide) akan selalu hidup"
A : " Karena mempertahankan cara pandang yang beda"
Y : " Muter-muter sih gak begitu, dipertengahan selalu ada cabang, dan di cabang ada cabang lagi. Gak ketemu"
A : ' Hahahaa... Kalau kaya gitu sampe lebaran monyet juga ga bakal kelar lah"
Y : " Nah itu dia. Malah koyo cah cilik kae loh aku ki. Duuh. -____-
Mau
bilang 'emang masih kecil kan..' tapi niat itu aku urungnya pasti akan
ada pembelaan bahwa dia bukan lagi cowok sudah masuk ke jenjang
diatasnya. Istilah yangsedikit nyeleneh dan juga pernah menjadi bahan
perdebatan.
A : "Hahahaha... Trus mutung ya"
Y : " Ngguyu terus"
A : " Liatin kamu aneh tau ga"
Y
: " Ora mutung lah. Perang perbedaan kalau gak ketemu titik tengah trus
jadi searah itu rasanya gimanaaa gituu. Tuuh kan bilang aneh lagi.
Hadeh' .
Pasti akan hilang geregednya dan menjadi malsa untuk melanjutkan.
A
: " Lha kok dari bercabang-cabang banyak kok tiba-tiba jadi searah.
Tapi memang cuma kamu lawan perang yang tangguh. Yang lain seringnya
pada ngalah kalau ngeyelnya udah keluar"
Y
: " Biasanya sih memang nyabang tapi bisa klop lagi, tapi ini 1 materi
bisa nyabang 2, trus dari 2 itu masing-masingnya nyabang lagi jadi
banyak, biasanya dari cabang-cabang itu nanti ada kaitanya sehingga bisa
klop. Lah pas waktu itu bener-bener nyimpang tapi memang masuk akal
banget sih persimpangannya itu. Padahal kalau dipikir pendek sudah klop
dari awal, tanpa harus bercabang......." #langsung kram otak* -___-
Y : " Aku belum tangguh yongsa, masih harus banyak belajar lagi."
A : " Hahahhaa..... Bisa kram otak juga to"
Y
: " Hahahaa, kamu itu termasuk orang yang ngeyel, keukeuh. Ajib dah.
Ada kaitanya gak sih orang yg ngeyel itu dengn sifat egois?
Kaya yang ngomong enggak saja to yongsa, bukannya kita cermin....
A : " Lha buktinya cuma kamu yoo yang ngeyelnya sampe ubun-ubun ga pernah mau bilang 'iya deh aku ngalah'....
A
: " Kagak tau. Tinggal ngeyelnya kaya apa dulu lah. Bisa juga orang
yang ngeyel ingin semua berjalan sepeti apa yang diinginkannya"
Y : " Masalahnya banyak yang bilang aku itu egois, maunya menang sendiri, bla bla bla "
A
: " Ya seperti ngeyel dengan mempertahankan pendapat. Tapi selama ni ga
pernah maksain keinginan kita kan. Orang kan ada kelemahan dan
kelebihan. Aku sampe teman ada yang bilang 'kalau ga ngeyel bukan aku', ada juga 'klo udah bilang pokoknya' ga bisa di ganggu gugat.
Y
: " Bisa iya bisa tidak, tapi terkadang aku mempertahankan pendapatku
bukan karena aku menginginkan berjalan seperti apa yang aku mau, tapi
memang harus berjalan seperti ini. Gitu~
A : " Lha iya"
Y : "Hahahaa..... Emang kamu tuh gitu."
A : " Tapi kan ga semua orang berpandangan sama. Bisa aja mereka menganggapnya lain. Iya kan"
Y : " Iya juga sih."
A : ' Lha ya. Kita ngeyel kan juga ga sembarang ngeyel ada dasar Kalau ada yang balik ngeyel juga bisa jawab
Y : " Nah itu dia, ada yang mendasari untuk ngeyel. Pffffftttt"