Kadang ingin bersuara dan menanyakan mengapa bisa begini namun ketika mengingat satu hal, semua kemarahan itu seketika menghilang, bersembunyi dibalik bisu hanya terdiam seribu bahasa
Ya mungkin memang seharusnya begitu, DIAM.
Dimana sebenarnya aku saat ini....
Apakah aku boleh menghiba, merajuk ataukah marah kepadamu ketika yang kau lakukan tak sesuai menurutku.
Lalu apakah kau akan menanyakan satu hal itu jika benar aku mengatakan yang sesungguhnya tentang emosional yang saat ini berkecamuk dalam benakku.
Seharusnya aku menyadari siapa aku dan siapa dirimu yang jelas bukan kita dan sepertinya tak mungkin bisa menjadi kita.
Sebuah cerita yang tak berawal saat ini sedang aku perankan, entah bagaimana akhir ceritanya
Namun sebuah permohonan kecil dariku semoga akan berakhir indah meskipun aku sendiri tak yakin itu akan terjadi.
Siapa dirimu untukku.... Lalu siapa aku bagimu.....
Apakah benar aku orang yang selalu ada dalam hatimu, orang yang kau sayang dan kau hujani dengan cinta sebanyak yang kau punya
Apakah berartinya aku untukmu seperti begitu berartinya kau dalam hidupku
Berdua sama-sama berada dalam satu garis abstrak yang kita buat sendiri, entah berapa lama bisa bertahan dari terpaan angin dan hujan yang datang.
Mungkin saja salah satu dari kita akan tertunduk dan perlahan acuh kepada yang lainnya.
Apakah semua akan tetap terlihat samar atau akan sebaliknya menjadi nyata hingga jelas terlihat.
Tak ada yang bisa meyakini tentang itu termasuk dirimu yang menjadi penulis sepenggal kisah yang sedang kita berdua perankan.