Siang itu cuaca di luar sangatlah terik meskipun hanya mendekati angka 30°C namun masih kalah panas dengan isi otakku yang mendidih dengan segala macam hal yang bercampur menjadi satu sampai tak mengerti lagi wujudnya seperti apa.
Langkah kaki menuju paskiran sempat terhenti dengan pemikiranku yang tak mau pulang kerumah setelah jam kerja selesai. Sedikit bimbang, sebenarnya ingin main ke rumah teman namun agak ragu juga mengingat rumahnya yang bisa di bilang jauh dan jalannya juga macet di jam-jam tertentu. Perlahan niat itu menguap juga seiring isi otak yang semakin bergerilya tak mengerti apa yang diinginkan.
Melaju di atas kendaraan yang selama ini setiap mengantarku kemana saja, daripada enggak tau mau ke mana lebih memilih untuk pulang dan tidur siapa tau bangun tidur pikiran sudah bener kembali. Namun di tengah perjalanan si otak mulai komplai dan berontak tak ingin pulang secepat itu entah dapat bujukan dari mana motor yang aku kendarai pun dengan sendirinya berbelok tak mengikuti jalur tujuan semula (rumah).
Blank. Tak ada tujuan pasti hanya mengikuti kemana motor ini berjalan, sempat beberapa kali muter tak tentu arah dan akhirnya pikiranku pun memberi komando untuk berhenti di satu tempat. Entahlah apa yang menggiringku kesana, yang pasti otakku hanya terpacu pada satu tempat ini.
Melewati pusat kota, yang saat itu masih penuh dengan antrian truk pasir yang lagi demo. Di satu sisi otakku mengatakan untuk berhenti sejenak untuk mengambil gambar sebagai bahan coretan namun sisi yang lain menyuruhku untuk mengabaikan dan bergegas mencari jalan agar bisa cepat sampai di tujuan. Sepertinya sekarang bukan saat yang tepat untuk berdebat, motor terus melaju sementara otakku masih bersitegang dengan pikiranku yang lain.
Dimana-mana macet, mencari jalan diantara perkampungan dan tanpa sadar aku melewati tempat dimana aku dulu sering menunggu waktu jam kuliah tiba, yaa... Kampus dan warung juga tempat kos yang dulu menjadi sasaran ngumpul dengan teman-teman seperjuangan. Sudah banyak perubahan bahkan ada beberapa warung yang berganti pemilik. Seketika teringat masa-masa itu..., ingin berkumpul dengan teman-teman bahkan melakukan kekonyolan yang sering kita lakukan bersama, masa indah yang hanya bisa dikenang dan tak bisa terulang. Hai... Teman-teman dimana kalian sekarang....
Entah sudah berapa lampu merah terlewati, berapa belokan terlampaui akhirnya aku mendarat juga di tempat ini. Setelah membeli karcis dengan sedikit bingung melihat orang yang datang tak ada yang sendiri seperti aku dimana mata memandang mereka berdua ataupun rombongan. Langkah gontai melihat sekitar untuk mencari tempat mendarat yang nyaman dan pilihan ada di bangku taman bawah pohon dekat kandang ular. Sedikit tak peduli dengan keberadaan ayam di sana karena aku kesini hanya ingin mencari ketenangan.
Menghela napas panjang beberapa kali, berharap agar sesak yang memenuhi rongga dada ini segera berangsur menghilang. Sepertinya tak begitu berfungsi, sesak yang ini mendorong hingga menekan tulang-tulang rusukku dan membuatku kesakitan. Aaah kalian biarkan aku sedikit bernapas kali ini, jangan biarkan aku kehabisan napas di tempat rindang yang mulai membuatku nyaman.
Tak mempedulikan dengan keramaian serta hirupikuk orang-orang disana, sendiri di bangku sambil mulai menggerakkan jari diantara susunan kata di telpon pintarku. Chat dengan teman sambil menuangkan seriap kata yang tercipta dari imajinasi yang berdendang dengan damainya di kepalaku. Sesekali aku melihat mengamati deretan bangku merah yang ada di seberang sana. Tak banyak bangku kosong yang tersisa, hanya beberapa yang terlihat tak berpenghuni.
Aku mulai merasa ga nyaman dengan bangku yang aku duduki sekarang, pertama tidak bisa nyender dan yang parahnya kaki ku sedikit menggantung (yak bisa menapak tanah), capek. Sekali lagi aku menjelajah diantara deretan bangku, terlihat sudah ada beberapa bangku yang ditinggalkan dan ada juga yang sudah berubah orang. Sedikit berpikir dan mengemasi barang aku pun beranjak dari tempat dudukku semula menuju bangku merah itu.
Sedikit bingung ingin mendaratkan diri di bangku yang mana karena di sekeliling dihuni oleh pasangan-pasangan yang mungkin lagi malas untuk berkeliling dan berfoto di sekitaran tempat wisata ini, ehmmmmm.... "Kenapa pengen ya...." bukan cuma sedikit risih saja ada di depan mereka dan sedikit keganggu juga bila saat melihat ke arah depan ataupun samping,melihat mereka, apa lagi bila salah satu dari mereka juga pas melihat ke arahku. Sebodo amat lah, cuek saja melanjutkan coretan dan berbalas pesan dengan teman.
Sama seperti sebelumnya bangku yang aku tempati ga nyaman, agak sedikit tinggi dan tempat duduknya kecil, hingga kakiku sedikit menggantung dan jika dinaikkan tidak cukup untukku bersila. Tengak tengok lagi dan di samping kiri ku ada bangku kosong, tapi di depannya ada orangnya. "Pindah enggak...pindah enggak...pindah enggak..." cuek dan aku pun pindah di bangku yang di sebelah kiriku. Bangku paling belakang, pojok yang catnya pun mulai mengelupas hingga memperlihatkan warna asli dari kayu.
Entah angin dari mana ketika berbalas pesan, teman yang diseberang menangapi dan ingin menyamperi aku di tempat ini. Katanya seh lagi ada di dekat sini, ya silahkan saja jika mau kesini kebeneran banget ada teman menyepi daripada hanya bengong ketak ketik lama-lama jari capek juga. Sambil menunggu yang di tunggu aku mulai lagi sibuk dengan coretanku. Perlahan mulai sedikit plong juga pikiran berada disini, padahal banyak orang seliweran namun tetap yang aku rasakan damai, nyaman dan teduh.
Yaah lumayan lama juga menunggu, sebelum akhirnya yang di tunggu pun datang. Masih sibuk dengan coretan ada pesan masuk "dimana mba..." dan mudah saja orang yang dimaksud sudah ada di sampingku. Sebenarnya akunya yang mudah dikenali apa bangku merah pojok paling belakang yang mudah jadi patokan yaaah.... Intinya ketemu. Siiiiip.... Sekarang aku ga sendiri, sudah ada yang menemani, hahahahaha.....
Wah mas yang satu ini bocor juga ya ternyata, baru ketemu sudah langsung ngobrol 'ngalor ngidul' kagak jelas. Apa pun yang di obrolin nyambung, ngobrol santai sambil sesekali keluar jalur dan berakhir dengan sedikit sanggahan dan becandaan. Asik juga. Matahari mulai condong ke barat, bosan juga duduk sambil ngobrol lalu beranjaklah kita mengitari area wisata masih dengan obrolan dan becandaan. Dan mendarat kembali di bangku merah namun bukan di tempat semula namun du ujung sana (tengok kanan agak jauh dan berada di tengah).
Cerita demi cerita masih mengalir bersahut-sahutan, hingga tak terasa langitpun beranjak menjadi jingga dan itu pertanda gelap akan segera datang, sementara pengunjung yang lain pun sudah mulai menghilang hanya tinggal beberapa orang saja yang berada disana. Dan kami pun juga memutuskan untuk pulang karena memang sudah waktunya pulang meskipun sebenarnya masih betah berada disana. Perjumpaan di tempat ini, di bangku merah pojok paling belakang. Perkanalan yang unik dan sejak saat itu selalu ada obrolan yang kagak ngebosenin hampir tiap harinya. (27/02)