Mengobrol
dengan teman-teman masa kuliah sungguh amat menyenangkan, walaupun
mereka semuanya sudah berpencar berada di lain-lain daerah. Sudah
pada sibuk dengan urusan pekerjaan, urusan rumah tangga (bila yang
sudah punya) dan berbagai macam urusan lain yang menyita seluruh
tenaga dan pikiran. Namun dengan kecanggihan teknologi jarak yang
bermil-mil jauhnya pun menjadi tak ada artinya, apalagi di ero yang
serba canggih ini dimana manusia sangat dimanjakan dengan berbagai
macam aplikasi yang memudahkan untuk kita berkomunikasi dimana pun
tempat. Tinggal pilih media sosial mana yang dirasa nyaman untuk
digunakan dan dapat di akses oleh telepon pintar sehingga dimanapun
tempat memudahkan untuk saling bertukar informasi atau pun menjalin
perkenalan dengan orang-orang di belahan dunia.
Tak
kerkecuali dengan maraknya BBM yang sejak beberapa tahun lalu sudah
bisa di akses oleh semua pengguna ponsel. Dari jejaring sosial aku
dapat mencari teman-teman lama dari TK sampai kuliah yang sudah lama
tak tau rimbanya dan sekarang sedikit banyak sudah bisa berkomunikasi
dengan mereka bahkan kita juga membentuk sebuah group di BBM.
Mengenang masa kuliah dengan segala kebandelan, kisah cinta,
nongkrong di depan ataupun ketika menunggu dosen datang, mengenang
kelakuan nyeleneh ketika di kelas sering menjadi becandaan di group
ini, seperti halnya sekarang ini teman-teman lagi bernostagila
mengenang percintaan jaman kuliah.
Dan
disela-sela obrolan di group yang lagi membahas kisah percintaan Adi
(pak Dhe, aku menyebutnya begitu mantion aku
“Ell menurutmu Tria
ada sedikit rasa gak sama aku…?” membacanya membuatku ingin
tertawa sendiri, ternyata Adi ,masih menyimpan cinta lamanya. Tria
adalah teman satu kelas yang dulu dekat dengan aku, jadi biasanya
kita Tria, Ina, Anis dan aku bisa dibilang dekat walaupun kita tidak
sepenuhnya tau sama tau namun sedikit banyak kita saling terbuka bila
dibandingkan dengan teman-teman yang lain sehingga tak jarang juga
bila ada tugas kelompok anggotanya ya ini-ini juga.
“Mungkin
kalau kamu lebih telaten bisa dapetin Tria kali Di. Memangnya kamu
masih suka Tria ya Adi sampai sekarang….”
“Benarkah
Tria ada sedikit rasa….?”
“Kalau
kamu lebih perhatian dan telaten bisa saja Tria suka”
“Tria
pernah bilang ya sama kamu”
“Sedikit
pernah, tapi karena kamu sok-sokan makanya gak mau. Kamu kurang
berani masa datang ke rumah kok suruh nemenin Anam udah gitu anam
bisa mengambil hati ibunya, makanya Tria lebih cenderung ke Anam”
“Hu
um ya,harusnya aku dulu lebih sabar dan telaten”
“Sudah
Di itu masa lalu lagian sekarang kamu juga sudah punya istri bahkan
sebentar lagi punya anak to”
“Tapi
Tria cinta pertamaku, pertama kali lihat Tria langsung suka
kebayang-bayang terus. Andai dulu aku gak sok-sok an ya”
“Sudah
Di ingat kamu sudah punya istri”
“Tria
cerita apa saja sama kamu…”
Aduh
aku mulai merasa bersalah, bagai menguak cinta lama yang masih
ngambang.
“Ya
banyak, hamper semuanya di ceritakan”
“Cerita
apa….”
“Banyak
Di, udah di enggak usah di ingat-ingat mungkin belum jodoh”
“Bilang
donk cerita apa saja….”
“Cerita
pas kamu main ke rumah ngajak Anam, kamu diam saja malah Anam yang
cerewet ngobrol sama ibunya, waktu kamu ngajak keluar, nganter kamu
pulang, kamu telepon Tria dan semua yang dibicarakan, pokoknya banyak
lah”
“Hu
um ya, andai aku gak jaim, gak sok-sokan, lebih sabar mungkin
sekarang aku sudah sama Tria”
Haaaa….,
aduh bagaimana ini ceritanya semakin runyam saja. Sepertinya Adi
sampai sekarang masih menyimpan cintanya sama Tria, lalu bagaimana
dengan istrinya apakah Adi menikah karena keharusan atau memang cinta
tapi….. Semakin merasa bersalah.
“Sudah
Di itu masa lalu, sekarang kamu kan sudah punya istri dan sebentar
lagi punya anak lupakan Tria toh dia juga sudah punya kehidupan
sendiri.
“Benar
gak seh kalau dulu Tria suka sama Andi…?” Nah kan semakin panjang
saja ceritanya, rasanya ingin menyudahi tapi sepertinya Adi tak dapat
dicegah rasa penasarannya.
“Iya,
tapi sebatas suka saja enggak lebih”
“Tapi
kok Tria malah nikah sama mas As”
“Ya
namanya jodoh siapa yang tau seh Di, mungkin gara-gara Tresno
jalaran soko kulino”
Pepatah Jawa yang mengartikan cinta dating karena terbiasa.
“Gitu
ya, menurutmu yang membuat Tria suka dengan mas As apa…. Kata Ina
kamu ya yang pertama kali menyadari kalau Tria suka dengan mas As?
Nah kan benar mbok dhe satu itu cerita-cerita dengan yang lain.
“Persisnya
gak tau Di karena apa, tapi kan mas As itu orangnya sabar, baik,
ngemong, dan perhatian”
“Kalau
dibanding aku bagaimana…?
“Sudah
Di jangan di panjang-panjangin ya ingat istri di rumah. Kamu masih
suka Tria sampai sekarang ya”
“Tria
kan cinta pertamaku ell. Pertanyaanku belum kamu jawab”
“Yang
mana perasaan sudah aku kasih tau semua deh”
“Kalau
aku gimana dibandingkan mas As”
“Ya
itu tadi kamu Cuma kurang telaten dan lebih grusa-grusu apalagi mas
As sudah mapan. Kamu sampai sekarang masih suka sama Tria ya….”
“Aku
belum bisa melupakan, Tria kan cinta pertamaku”
“Berati
kamu menikah gak mencintai istrimu ya, sudah Di lupakan Tria ingat
kamu sudah punya istri daripada kamu memikirkan Tria yang jelas-jelas
sudah punya suami mending kamu kubur segala kenangan dan segala hal
tentang Tria, belajar mencintai istrimu Di kasihan kan kalau istrimu
Cuma dapat raga tapi tidak hatimu. Tak ada jawaban dan obrolan pun
berakhir, entah Adi mengerti yang aku maksud atau malah ia marah
karena aku tak bisa mengerti dengan perasaan memendam cinta
pertamanya.
Adi
walaupun sudah punya istri dan sebentar lagi mau punya anak masih
menyimpan cinta pertamanya dan masih menyimpan secuil pengharapan
tentang satu rasa yang sudah menjadi kenangan. Adi setelah
mendengarkan penjelasanku tentang Tria malah seakan memiliki
penyesalan mengapa dulu tidak sabar dan lebih grusa-grusu, “Andai
aku lebih telaten mungkin sekarang aku sudah bahagia bersamanya”
Itu kata yang masih aku ingat hingga kini.