Apakah benar dirimu sidah melupakanku...
Apakah benar kau sudah membuang sekeping hati yang dulu telah ku titipkan padamu...
Apakah benar semua cerita itu hanya fatamorgana semata...
Sepertinya hatimu sudah menjadi batu, atau bahkan bisa juga sudah tak ada wujudku dalam benakmu. Sungguh bodohnya aku mengharap kau kembali sementara yang ditunggu tak juga bergeming bahkan malah tidak lagi mengenaliku. Lalu rinduku selama ini untuk siapa...
Apakah ini hanya perwujutan dari permainan hati yang sering kau mainkan dan kau tinggalkan begitu saja. Wahai Tuan apa sebenarnya yang ada dalam pikiranmu...
Bila dulu kau menggantung hati karena merasa kecewa dengannya lalu apakah sama halnya kau juga kecewa kepadaku... Bila memang tuan sudah menemukan perempuan yang terbaik katakanlah, aku tak akan melarang, mengiba atau mencaci itu tak akan aku lakukan. Biarkan aku sedikit ikut merasakan kebahagiaan tuan.
Karena cinta putih tak pernah egois, cinta suci dari hati akan mengedepankan kebahagiaan pasangannya dan itulah yang aku lakukan. Aku akan turut bahagia bila tuan bahagia, dan aku akan selalu mencoba memperlihatkan senyum terbaikku untukmu agar itu yang tuan ingat dariku meskipun hanya sesaat. Karena aku tak ingin membuat hati tuan gamang, aku hanya ingin melihat senyum tuan dan mengenangnya untuk selamanya. (07/12)