8/30/2018

Menanti Rembulan

Sebatas ragu yang singgah semoga tak menyurutkan apa yang menjadi jalan hidupnya.
Perjalanan panjang yang berliku dan terjal terus saja menjadi pijakan untuk mengokohkan kaki agar tak merasakan lagi kerasnya kehidupan.
Bukan sesuatu yang mudah untuk memupuk kepercayaan diri dan potensi didalam diri.
Hingga rasa terdesak yang menjadi senjata pamungkas untuk terus maju tanpa paduli akal dan takut yang terus membayang.

Perjalanan panjang yang tak berujung, penantian yang entah kapan akan menjadi bahagia semuanya seperti bintang yang terus berkedip sendiri dimalam gulita.
Lara yang tak lagi terasa. Hambar yang kini menjadi satu-satunya rasa yang dipahaminya.
Berkelok bukan sebuah keputusan bisa diambil karena sekarang kaki hanya berpijak pada batu ditepian jurang.
Mencoba untuk menyatu dengan hembusan angin yang menghampiri tubuhnya, namun ia bukanlah selembar kertas yang mudah terlempar, bukan secuil kapas yang mudah dihempaskan. Tetap berdiri dan sementara menikmati saja hembusan angin yang menyanyikan lagu kehidupan.

Kisaran rasa yang tak pernah sama.
Bejana yang teronggok kini mulai kusam, kering dan retak termakan usia.
Sudikah sesaat datang berkunjung dan merapikannya...???
Bukan masalah waktu untuk bisa memandang dunia, bukan masalah pendewasaan hingga bisa memahami apa yang terjadi.
Karena apa yang terjadi tak sama dengan apa yang dimengerti untuk bisa dipahami.
Sesaat, ya hanya sesaat untuk duduk bersama dalam penyatuan pikiran.
Karena sejatinya bersama jauh lebih baik dibandingkan terdampar seorang diri. (30/08/18)