Kata orang bila mimpi sebelum jam 3 pagi itu dinamakan bunga tidur, setelah jam 3 pagi mimpi bisa menjadi pertanda dan kebanyakan mimpi itu menjadi nyata. Lalu kalau mimpi kisaran jam 5 selepas subuh masuk kategori yang mana.....???!
Tadi pagi aku mimpi, entah tepatnya jam berapa yang pasti selepas subuh. Saat itu aku berada diantara rombongan yang sedang berada di suatu tempat. Entah dimana aku ga ngerti seingatku ada di sebuah rumah di suatu desa. Desa itu tenang dan rapi tapi sepertinya desa itu memang menjadi salah satu tempat tujuan wisata, enggak menangkap itu tempat wisata alam atau wisata religi yang pasti serombongan itu yang aku kenal hanya yongsa. Diantara rombongan aku merasa terasing, tak dipedulikan (ga dianggap) bahkan sepertinya aku hanya pelengkap saja tidak masuk daftar hitungan dalam rombongan.
Beristirahat di sebuah rumah, yang lain pada sibuk sendiri-sendiri ada yang ngobrol, beristirahat, termasuk yongsa yang lagi duduk di teras aku dekati dan aku ajak bicara tapi diacuhkan hanya jawaban singkat padat malah langsung mengajak ngobrol orang lain, seperti menghindariku dan enggan berbicara denganku. Rasanya sakit, aku ga mengerti ada apa denganya. Lalu ada salah seorang pria datang dan mengatakan bila ingin melihat-lihat sekitar dipersilahkan. Ada beberapa orang yang mulai berjalan-jalan disekitar pondok (tempat yang kami buat istirahat) termasuk yongsa, aku ngikut seperti anak bebek yang takut kehilangan induknya tapi setiap aku ajak ngobrol ataupun aku bertanya tentang tempat yang kami lewati tidak ada jawaban, yongsa hanya diam bahkan menolehpun enggak. Karena tak mendapat jawaban aku hanya diam melihat sekeliling mengikuti yongsa dari belakang dan mulai jaga jarak untuk tidak terlalu dekat dengan yongsa. Yongsa sepertinya tidak mau bila aku ikuti karena ia terus berbalik arah dan bergabung ke kelompok orang yang berjalan berlawanan arah denganku. Aku terdiam, memandang kepergiannya tanpa bisa berkata apa-apa. Mulutku sepertinya terkunci rapat hanya memandang punggungnya yang mulai menjauh. Sedih, terasing dan sendiri.
Aku ambil nafas panjang untuk membuang sesak di dada. Mungkin aku tak di inginkan. Aku pun melanjutkan langkahku seorang diri menyusuri jalan pedesaan yang sudah teraspal dan tertata rapi diantara deretan rumah yang sepi (seperti rumah di sekitar taman sari jogja) tiba-tiba saja di samping kanan aku melihat jalan setapak menanjak yang masih berupa tanah merah. Jalannya kecil dan entah bagaimana caranya untuk naik karena tanahnya begitu kering dan tidak ada anak tangga ataupun pegangan untuk ke atas, benar-benar atas usaha sendiri. Mungkin bila tidak hati-hati bisa terpeleset oleh tanah dan kerikil. Di sana aku melihat ada 3 orang pria yang berjaga-jaga. "apakah disana itu makam atau tempat wisata alam...." tapi fellingku itu makam seseorang yang dihormati dan hebat. Aku melihat ke arah jalan setapak yang menanjak itu , ingin naik tapi baru berpikir kearah sana terdengar panggilan untuk berkumpul. Tanpa menunggu lama aku kembali untuk berkumpul dan mengabaikan pikiranku tentang jalan setapak yang aku lihat.
Bergabung dengan rombongan yang berkumpul di jalan samping pondok yang kebetulan sebelah kanan pondok itu ada rumah yang pelatarannya luas, disanalah tempat panitia berada. Aku berdiri di dekat yongsa yang sibuk mengamati orang-orang disana, antusias bercerita yang aku lihat tadi kepada yongsa tapi ga ada tanggapan, bahkan yongsa sama sekali ga meliahat ke arahku. Malah salah seorang panitia yang menjawab dan tiba-tiba saja aku baru ngeh jika di dekat kami berkumpul ada juga jalan setapak yang menanjak setelah salah satu panitia itu menjelaskan dan menunjuk ke arah jalan menanjak tapi ini sudah rapi, hanya sekilas saja aku melihat. Masih kepikiran bukit dari jalan menanjak yang aku lihat pertama kali.
Aku bertanya apakah disana (jalan yang aku lihat tadi) di atas adalah makam tapi belum dijawab, salah seorang panitia mempersilahkan kepada kami untuk sholat karena sudah adzan kami pun menunju rumah seperti aula, seperti sebelumnya aku ga dianggap. Berada di paling belakang berjalan sendiri dibelakang yongsa.
Sampai di sebuah rumah tepatnya di depan pondok ya lumayan jauh juga. Disana semua orang mulai berwudhu, dan anehnya mereka menunggu yang lain tapi tidak menungguku, bahkan sepertinya mereka membuat aku agar tidak dapat ikut sholat berjamaah dengan berlama-lama berwudhu hingga menghabiskan air tak menyisakan untuk ku berwudhu. Aku mencari kran tapi ga ada yang keluar air, sampai ada seorang pria menunjukkan padaku kran yang bentuknya unik. Ada beberapa pipa yang tingginya tak sama dijadikan satu, disuruhnya aku menggunakan kran itu saja tapi menggunakan gayung untuk mendapatkan air.
Pria itu juga menturuhku untuk memilih kran yang akan aku pakai karena kran itulah yang akan mengeluarkan air, aku buka kran yang ada di bawah dan benar saja airnya itu keluar disalah satu pipa, pipa yang tengah, aku menampung air yang keluar dengan gayung deras tapi yang ketampung hanya dikit, mungkin karena airnya menyembur ke atas kali ya. Air yang keluar bukannya menyamping tapi seperti air mancur itu karena peralon yang digunakan memang tidak ada kran sambungan, tapi lama-lama air yang keluar tidak hanya dari 1 pipa tapi pipa di atasnya juga mengeluarkan air. Butuh waktu yang lumayan lama juga mendapatkan air untuk wudhu sampai yang sholat sudah selesai tapi aku masih berkutat dengan air. Yongsa yang melihatku tidak menyapa atukan menghampiri menanyakan yang sedang aku lakukan melainkan hanya melihat sekilas dan pergi. Benar-benar tak peduli.
Mengapa...., apa arti dari semua ini. Di dalam mimpi pun aku terlihat sendiri, tidak ada yang peduli dan bahkan menganggap aku tak ada. Aku melihat jalan menanjak dan itu sepertinya harus aku daki dengan perjuangan dari diriku sendiri, namun selama kesendirian itu ada suara yang mengarahkanku. Aku tak tau itu suara siapa karena aku tak mengkap ada siapapun hanya suara dan sosok di belakangku yang tak pernah aku sadari keberadaannya yang sangat membantuku. Semoga ini adalah hal baik dan mengarah pada kebaikan semua orang khususnya aku sendiri. (10/06/17)