7/31/2017

Hujan di kelopak mata

Ingin rasanya langsung pergi ketempatmu dan menghambur ke pelukanmu. Sesaat, biarkan aku mendekapmu hingga perih di dalam dada ini luntur bersama air mata yang mengalir. Jangan tanyakan ada apa dengan diriku, biarkan hanya pelukan sajalah yang memahami dengan apa yang sudah terjadi.

Membayangkan pelukanmu, tangan kamu yang mencoba menenangkan tangis yang tak hentinya bergemuruh hingga membasahi pundakmu, aku hanya membutuhkan satu pelukan itu saja. Terkadang hanya tangisan yang bisa benar-benar memahami beban yang menyumbat di dalam hati. Aku tak berharap orang lain benar-benar mengerti dan paham dengan apa yang aku rasakan karena itu jelas tak mungkin bisa. Aku yang berperan, aku yang berada diposisi ini sekarang dan seberapa besar hati yang aku miliki juga ikut andil untuk benar-benar bisa merasakan apa yang sedang terjadi.

Aku tidak berharap untuk dipahami ataupun dimengerti dan tidak menginginkan agar orang lain berandai-andai ada di posisiku. Aku hanya berharap ada kekuatan untuk mendorongku agar bisa tegar, aku hanya butuh satu peluk untuk meyakini bahwa aku masih benar-benar berpijak untuk tidak memilih mengakhiri semua menjadi hitam kelam tak tersisa. Jangan menceramahi ataupun menghakimi cukupkan diam dan melihat, bila bisa rasakan kegamangan yang sedang aku alami sekarang itu sudah lebih dari cukup untukku. Karena aku yakin siapapun ga akan benar-benar paham segala yang berkecamuk di pikiranku dan keruwetan yang seakan mengikat erat uluhatiku karen aku akan mencoba menutupinya dengan lembut dan indah. Tersenyum... namun bisakah aku mendapatkan satu pelukan itu darimu... (30/07/17)