6/07/2014

Andai Aku Bisa Bilang Tidak #5

Tolong Selamatkan Aku

SENIN, Telepon genggamku berdering saat aku lagi bermain sama putra. Di layar terlihat namanya, enggak aku angkat telepon dari Botol tapi telepon berdering terus tidak berhenti-henti. Berisik mau enggak mau aku angkat juga. Dari seberang terdengar suaranya
"Ell baru bangun ya , kenapa teleponnya gak diangkat-angkat" Iiih pertanyaan itu sok berkuasa banget emangnya siapa dia.
"Gak denger, hp di kamar" Jawaban singkat padat tapi bohong
"Mas baru bangun, sekarang mas kesana ya" Tak aku jawab hanya diam
"Hallo, mas kesana sekarang. Tunggu ya" Telepon pun terputus

Karena aku masuk malam dan aku mengambil keberangkatan jam 5 untuk travel yang membawaku kembali ke kota Gudeg, nantinya turun di depan kantor yang memang menjadi rute travel tersebut dan langsung bekerja.

Pagi-pagi Putra sudah main ke rumah, karena di rumah tinggal aku sama ibu yang sibuk di dapur makanya aku yang jaga dan mengajak main Putra. Lagi asik-asiknya bercanda sama Putra tanpa di komando Botol sudah nongol di depan pintu, ini orang rajin bener ya main ke rumah orang. Hanya bisa membatin. Tanpa dipersilahkan duduk Botol langsung masuk dan duduk, aku sih cuek saja tetap asik main sama Putra. Mungkin karena Botol meras enggak di perhatikan Botol memanggilku untuk menyuruhku duduk di sampingnya. Aku hanya geleng, beberapa kali botol mengulang perkataannya agar aku duduk di dekatnya. Beberapa kali Botol bertanya dan aku jawab dengan tanpa memperhatikannya, melirikpun tidak sampai-sampai putra melihat ke arah dia beberapa saat.

"Nok sini mas bilangin" Iiih panggilan itu aku gak suka. tak aku peduliin
"Ada apa...?!" masih asik main puzzle dengan Putra
"Belum mandi ya"
"Hu um"
"Perempuan jam segini belum mandi, sana mandi dulu"
"Nanti"
"Gendut biar main sendiri, mandi dulu udah siang, mas saja bengun tidur langsung mandi, ini cewek malah belum mandi"
"Biarin, nanti saja mandinya"
"Heeeh, ayo to. Dibilangin mas gitu, sana buruan mandi"
"Nanti saja"
"Cepetan mandi, mas tunggu"
"Sebenrat lagi, annggung"
"Cepet mandi, mas tunggu"
Masih saja tak aku peduliin kata-katanya tapi lama-lama gatal juga telinga mendengar perintahnya untuk mandi memangs iapa dia seh main perintah seenaknya. Aku gak suka di perintah-perintah dengan orang yang gak aku suka TITIK. Diri ini protes namun bisa apa, botol mendapat dukungan ibu sedangkan aku.....

Dengan sanagt terpaksa aku beranjak menuju kamar mandi ini karena aku bosan mendengar suara sok merintahnya itu. Biassanya mandi pakai jurus kilat kali ini sengaja aku lama-lamain dengan harapan Botol bosan lalu pamitan pulang. Namun perkiraanku salah botol masih duduk disana di tempat kemarin dia duduk.
"Sini duduk samping mas" AKu pura-pura tak dengar dan duduk di bawah depan kamar.
"Ell sini, gitu to kalau di bilangin gak nurut" Sambil ngelihat ke arahku
Orang ini benar-benar berisik, kalau gak ingat dia tamu ibu sudah aku tinggal pergi deh. Lalu tanpa semangat aku pun pindah duduk di samping dia, karena yang botol duduki kursi panjang yang muat di duduki 3 orang aku duduk sebangku tapi di tengah masih ada celah banyak mungkin kalau putra nyempil juga muat kali. Melihat jarak yang agak jauh botol menggeser duduknya mendekat, sama saja donk kalau begini.

Botol memulai pembicaraan masih seperti kemaren botol mendominasi obrolan dengan tema dagangan dia hadaaah sampai enek dengarnya. Masih sering menggunakan kata "NGERTI" dengan penekanan yang seolah-olah aku tak paham apa pun yang dia omongin. Sepertinya banyak rencana yang sudah dia buat denganku dia ngomongin rumah lah, beli mobil, tidak memaksaku untuk memakai jilbab walaupun semua sodaranya berjilbab, tentang anak, nanti aku disuruhnya yang pegang uang, membuat laporan, minta diajari internet, banyak banget lah. hanya mendengar sepintas-pintas saja karena aku lebih sering melihat tingkah polah putra bahkan tak jarang senyum-senyum sendiri karena acara televisi yang lucu.

Ketika dia bilang "Nanti kamu jangan dengarkan omongan orang-orang di luar...."  kalimat itu sepintas untuk mengajakku berpikir ada apa gerangan dengannya, pasti ada yang enggak beres mana ada orang baru kenal langsung bilang begitu seringnya kan ngobrolin yang bagus-bagus donk lha ini malah seakan ingin menutupi sesuatu yang buruk.
"Maksudnya...."
"Ya nanti kalau kalau sudah menikah jangan dengar kata orang, cukup dengar kata mas saja biasanya kan orang-orang berkata yang jelek-jelek. jangan percaya ya..., ngerti"
Tak ada tanggapan dariku
"Nanti berangkat jam berapa"
"Jam 5"
"Naik apa...?"
"Travel" jawaban singkat sepertinya masih menjadi hobby dadakanku
"Sudah beli tiketnya, nanti biar mas belikan tiket"
"Udah beli kemaren"
"Kalau ada apa-apa bilang saja sama mas, ngerti"
Hanya diam mengangguk mals menanggapi omongan gak bermutu,
"Nanti mas pulang jam 1 ya, gak apa-apa kan"
"Hu um" pulang sekarang juga lebih bagus, batinku
"Mas sore ada rapat, nanti antar mas nyari bus ya. Trus pas mau berangkat nanti kamu salim dan cium tangan mas."
Tak ada tanggapan dariku hanya diam dan meperhatikan putra main
"Ell, dengar omongan mas ga. sebenarnya mas ingin ngantar kamu tapi mas ada rapat tidak bisa ditinggal. Engggak apa-apa kan" sekali lagi aku hanya diam tak menanggapi apa perkataanya
"Heeeh ell, ngerti yang mas omongin"
"Iya"

Di tengah pembicaraan tangan kanannya diletakkan di sandaran kursi "Sepertinya dia mau merangkulku" iiih jangan sampai amit-amit jabang bayi... Syukkurlah apa yang aku pikirkan gak kejadian, karena aku langsung memperbaiki dudukku agak maju kedepan ini agar tak menyenggol tangannya. Namun alangkah terkejutnya ketika aku merasakan ada sesuatu di debelahkanan mendekat ketika aku lirik dia mau menciumku, tidaaaaaaaaaak..... untung aku menyadari gelagat jeleknya, ketika itu bertepatan dengan ibu yang keluar dari dapur menuju ke kamar entah mencari apa sepertinya botol juga tak menghiraukan ketika ibu lewat. Kesigapanku membuat niat botol gagal karena aku segera menyondongkan tubuhku ke kiri dan bergeser duduknya. Alhamdulillah Tuhan menyelamatkanku sehingga tak secuilpun kulitku tersentuh olehnya.


BERSAMBUNG