6/07/2014

Andai Aku Bisa Bilang Tidak #6

Mungkin karena botol seakan tak di pedulikan dan botol juga lebih banyak ngoceh sendiri makanya botol mengajak untuk pindah duduk di teras depan. Aku turut saja karena tak perlu duduk dekat-dekat botol. Di luar terlihat adik lelakiku masih sibuk dengan burung daranya kelihatannya mau di latih karena sibuk mempersiapkan sangkar-sangkar yang digunakan untuk memboyong burung daranya ke tanah lapang. Botol sejenak memperhatikan dan tetap saja ujung-ujungnya menasehati agar aku mendukung hobby adikku dengan burung daranya, memintaku untuk tidak marah jika suatu saat adik main ke Solo dan botol mengasih uang. Nah kan masih sama kembali lagi ke uang. Selain itu botol juga memintaku untuk sering-sering telepon ataupun SMS yah hanya sekedar untuk menanyakan kabar, lagi apa, dan segala hal yang intinya memperhatikannya, dia suka yang seperti itu tapi akunya tidak batinku. Bila butuh apa-apa suruh bilang bisa telepon atau lewat SMS nanti botol bakal transfer. 

Selain itu botol juga bercerita tentang ceweknya, katanya dulu botol punya cewek orang Bandung yang sukanya minta uang terus, menghabiskan uangnya untuk belanja, botol sering mengunjunginya di kotanya dan jika bertengkar selalu menghabiskan pulsa banyak untuk menjelaskan tapi seringnya botol langsung berangkat menemui perempuan itu untuk menyelesaikan masalahnya. Menurut ceritanya pernah suatu hari ketika bertengkar botol menghabiskan pulsa hingga hampir 1 juta hanya untuk menelepon sekedar menjelaskan agar masalahnya segera selesai. "Buat mas tak jadi masalah habis berapa pun demi orang yang mas sayangi, nanti kalau sudah menikah milikku kan juga miliknya, aku kerja keras juga semuanya demi istri dan anak kelak. Kamu jangan marah ya mas cerita tentang mantan, tidak ada maksut hanya agar kamu tau bagaimana masalalu mas" Botol begitu antusias menceritakan tentang mantannya. "Lalu kenapa putus kan cinta banget", tanyaku kepadanya. "Dia selingkuh, padahal aku sudah berikan apa pun yang dia minta bahkan setiap bulan kiriman uang selalu ada dan yang lebih tragisnya lagi kita sudah hampir menikah tapi ya itu tadi dia pergi sama cowok lain makanya itu sampai sekarang mas belum nikah-nikah hingga menemukan kamu. Tapi kamu beda sama dia, kamu jauh lebih baik, putih juga itu yang bikin mas suka". Aku hanya diam mendengarkan, tak ada niat lagi untuk bertanya padanya.

"Malam itu bila teleponnya enggak di angkat pagi-pagi sekali mas langsung pulang dan berjanji tak akan menginjakkan kaki lagi disini". Cerita yang sama dan ini lah langkah salah yang aku buat hingga berujung runyam. Dalam saat-saat seperti ini aku teringat Sandy yang masih berstatus menjadi pacar, dalam hati berkata Sandy maaf atas kelakuanku beberapa hari ini. Dan aku juga berpikir mengapa Sandy hingga sekarang tidak menghubungiku apa dia sibuk banget sampai-sampai tak ada sedikit waktunya yang tersisa untukkku. Mencoba berpikir positif walaupun dalam hati juga merasakan sakit saat ini aku butuh kamu. Tapi kan biasanya jika ada kita menyayangi seseoarang bakal merasakan jika ada sesuatu dengan orang yang menjadi penghuni hati ya semacam ada ikatan batin begitu, Apakah Sandy tak merasakan apa yang terjadi padaku saat ini....Sungguh tragis. Sempat juga terbesit pikiran-pikiran jelek namun semua terhapus dengan satu kata dia disana lagi kerja jadi harus di dukung bukan malah di curigai, lalu pikiran buruk itu pun menguap begitu saja.

Aku menanggapi cerita botol dengan senyum datar tanpa ada keinginan untuk menjawab ataupun bertanya, aku juga enggak sepenuhnya paham apa yang diceritakan botol.
"Sudah siang mas pulang dulu ya siap-siap, kamu juga siap-siap dulu"
"Siap-siap ngapain...?!" Tanyaku yang sungguh tidak tau dengan maksud dari perkataanya itu
"Ya siap-siap ngantar mas cari bus, mas kan mau pulang sekarang soalnya nanti jam 3an ada rapat. Mas pengennya tetap di sini, masih kangen masih ingin ngobrol-ngobrol tapi sudah ada janji, enggak apa-apa kan pulang sekarang"
Tak ada jawaban dariku namun sepertinya botol menghendaki jawaban dariku sehingga aku hanya mengangguk kecil.
"Mas siap-siap dulu ya...."
"Nanti kalau busnya mau berangkat sebelum mas naik kamu salim dan cium tanga mas ya"
Aku hanya diam saja gak merespon ucapannya.
"Ell... Elly...., ngerti yang mas omongin...."
"Elly....."
"Ngerti gak apa yang mas omongin barusan" Botol mengulang kalimatnya agar aku segera menjawab.
"Hmmmm...." Suara lirih dan ogah-ogahan menjawabnya. Entah kalimat hmmm.., menjadi sebuah jawaban atau sekedar deheman yang tidak memiliki arti apa pun.
"Iya udah mas ganti baju dulu, nanti ngantarnya pake motor bu Ros saja ya" Sambil berdiri dari kursi tempatnya duduk
"Gak usah, pake motorku saja" Karena di rumah juga masih ada 1 motor nganggur lagian malas juga pakai motor orang, enggak biasa.

Dia pun pergi untuk bersiap-siap. Tak ada minat untuk ganti pakaian apalagi dandan, seadanya pakai kaos oblong plus jaket dan celana kebangsaan itu pun sudah lebih-lebih kalau hanya untuk mengantarnya pulang tidak perlu rapi-rapi mending kucel dan kumel gini saja. Tak berapa lama dia pun datang sudah berganti pakaian sambil menenteng kantong pastik hitam di tangannya. Terpaksa deh mengantar hanya dengan 1/4 hati, eeh tidak deng mungkin hanya 1/16 hati untuk membonceng dia. Setelah berpamitan dengan ibu aku pun pergi mengantarkannya mencari bus sempat aku melihat putra masih asik bermain sendiri sambil televisi menyala, tak lupa botol pun berpamitan.

"Iiih ini cowok, kenapa dia yang bonceng enggak malu gitu di bonceng cewek. Lagian ini kan motor bebek bukan matic. Dasar cowok gak punya malu, gak punya sopan, gak punya tatakrama, awas saja kalau bonceng macam-macam aku tabrakin biar nyahok, dalam hati mengutuk perbuatannya itu. Selama perjalanan aku hanya diam, namun botol memang cowok super cerewet selama bonceng bukannya duduk tenang malah ngoceh terus seperti beo belum diberi makan. Botol mengajak ngobrol dan karena tidak minat kadang aku jawab singkat cuma iya, tidak, tapi lebih banyak gak aku jawab ya anggap saja tidak dengar lagi konsen bawa motor. Namun gara-gara enggak jawab ini juga menimbulkan masalah baru bayangin saja botol duduknya agak maju, aku sudah geser juga malah dianya tambah maju. Ini aku amati dari dudukku yang sudah di ujung namun aku masih mendengar napasnya, bahkan helmnya sering berbenturan dengan helmku itu posisinya aku enggak ngerem lho. Dan ketika aku ngerem dadakan dianya malah lebih maju lagi dan tidak kembali bergeser ke belakang sampai aku duduknya cuma nyempil dikit  doank.


BERSAMBUNG