12/14/2014

Metamorfosis ~ Menyapa Dalam Diam

Ada banyak perubahan yang terjadi padaku. Mungkin inilah cara Tuhan menegur sekedar mengingatkanku melalu'i mereka orang-orang yang selih berganti datang dalam kehidupanku. Dari dia yang tiba-tiba pergi dengan membawa sejuta alasan yang belum sempatku dengar, semoga dia baik dan selalu sehat disana (hanya bisa berdoa dari jauh). Bagai sungai yang penuh sampah hingga alirannya terhambat namun karena datangnya cobaan silih berganti hingga membuat sungai yang tadinya kering penuh sampah seiring dengan mengalir air dari hulu membuat sampah-sampah itu pun perlahan ikut terhanyut bersama aliran air yang datang.

Sempat merasakan terpuruk, bahkan hingga tak ada niat sedikitpun untuk melanjutkan hidupku. Tak ada sisa tenaga untuk membuat mimpi-mimpi bahkan untuk membuat satu coretan berarti pun tak bisa aku lakukan, otakku benar-benar sudah mati suri terbunuh oleh kecewa dari hal yang tak pernah ada. Sampai-sampai sempat juga berpikir untuk mengubah hidupku menjadi orang jahat, karena merasa tak dihargai dan tak berguna lagi hidupku ini.

Namun kegelisahan yang sering kali aku alami, air mata yang tak hentinya mengalir dan juga kesendirian yang selalu menemanuku perlahan mengoyak pikiranku untuk kembali terjaga. Setiap hari bergelut dengan perang batin, pikiran yang selalu berontak ini membuatku semakin kacau bahkan hidupku sudah seperti robot yang hanya selalu melakukan hal yang sama setiap hari. Jenuh, ketika malam datang aku coba berbincang dengan hatiku, "apa sebenarnya yang diinginkan..." Mengapa aku sendiri sampai tak mengenali diriku bahkan juga tak tau apa yang jiwa ini inginkan, semuanya harapan dan secuil asa yang tersisa hilang musnah tak menyisakan secuilpun bagi tubuh ini.

Dari rasa putus asa dan hampa dengan secuil hati yang masih tersisa aku merasakan rengkuh tangan Tuhan yang hangat menenangkan gejolak hatiku dikalau kacau. Tak mengira Allah masih menyayangiku meskipun lama aku tak mengindahkan teguran sapa manis dariNya. Meskipun aku sudah menyembunyikan semua cerita dan berupaya untuk bisa menghadapinya seorang diri namun disaat yang sangat aku butuhkan Allah selalu menyapaku Dia selalu menjagaku mengawasiku dan menopangku disaat aku mulai limpung, tanpa bertanya, tanpa ingin mendengar ceritaku dan tanpa secuil dendam Tuhan memberikan genggaman dan menarikku sambil tersenyum, seperti berkata "tenanglah semua baik-baik tanpa perlu kau ragu" lalu membuatkan rencana cadangan untukku dengan mendatangkan mereka dalam kehidupanku.


"Aku menyadari kebaikan-kebaikan Allah selama ini yang sudah ditunjukannya kepadaku, ketika hati mulai kehilangan pegangan serta arah, namun sekejap pula menganggapnya berlalu dan melupakan rengkuh hangat kasihnya dikala hati ini membaik"