5/20/2018

Keripik Singkong vs Tabung Gas

Hari ini niatnya mau coba bikin keripik singkong balado. Menyempatkan ke pasar untuk beli singkong, namun setiap liat begitu banyak rentetan penjual mulailah ini-itu, namanya laper mata ada saja yang di beli dan untung saja masih ingat kondisi dompet yang perlu di infus walaupun sudah sempat beli beberapa barang tapi barang yang dibeli bisa dibilang dibutuhkan dan bermanfaat juga untuk memasak. Berputar dari ujung ke ujung namun ga menemukan singkong kualutas bagus dan frees, sementara tak mengapalah buat belajar. Sementara pakai singkong seadanya yang penting kagak yang kulitnya sudah kering karena itu singkong sudah beberapa hari tak terjual nanti kalau sudah benar-benar on proses baru deh cari suplay singkong kualitas unggul yang baru di petik.

"Meskipun terlihat mudah bila di lihat dan yakin bisa, namun jika belum mencobanya langsung janganlah memudahkan yang kelihatannya mudah. Karena yang mudahpun belum tentu kenyataannya semudah yang dibayangkan."

Sebenarnya mudah membuatnya namun karena belum pernah ya jadinya malah ribet. Kupas singkong sekalian mencoba pasah yang baru dibeli, benar-benar niat belajar kalau yang ini. tapi masih bingung menggunakannya. Padahal jika liat tutorialnya di youtube ataupun lihat resepnya di IG mudah saja, tinggal gesrek-gesrek nanti singkong akan terpotong sendiri dan keluar dari bawah. Karena bingung bagaimana pakainya, yongsa yang sedaritadi masih sibuk dengan hpnya akhirnya ikut-ikutan mencoba sekalian mencari setelan yang pas untuk ketebalan keripik tapi hasil potongan singkongnya ga bisa bulat. Di coba berulang singkong diberdiriin agar hasilnya bulat namun terus saja ambruk itu yang membuat potongan singkong memanjang dan ga beraturan (banyak yg remuk, serpihan kecil) aduh ini sebenarnya bagaimana memakainya.

Setelan sudah pas tapi beberapa saat digunakan kembali potongan singkongnya besar. Mencoba dengan memasukkan langsung beberapa singkong kedalam kotak gesrekan ya tetep saja hasilnya remuk dan memanjang, saat di lihat singkongnya pada miring potongannya, malah ada yang ambruk. Kesel deh sebenarnya bagaimana cara untuk mendapat potongan singkong untuk keripik yang berbentuk bulat dan tipis secara dicoba-coba tetap saja hasilnya meleset dari yang dibayangkan. Saat aku coba memotongnya tanpa pengaman (gosrokan) beberapa kali di ingatkan yongsa takut tanganya kena pisau pasahan. Makanya itu beli pasah yang ada gosrokannya untuk melindungi jari tergores pisau.

Oke, daripada kelamaan dan sebagai bahan uji coba sudahlah ya seadanya biarkan saja jika singkongnya mau memanjang sudah habis cara digunakan dan ga berhasil. Mengiris sambil menganalisa salahnya dimana agar bisa dapat potongan yang rapi dan bulat juga tipis, melihat hasil potongan yang kebanyakan malah remuk dan singkong yang kadang sudah di gosrok tapi ga keluar ada beberapa kesimpulan yang di dapat:
1. pasahnya agak miring antara kanan dan kiri ga sama walaupun hanya sedikit tapi pengaruh banget untuk irisan singkingnya.
2. pisau pasahnya ga tajam. Walaupun sehari paketan datang sudah aku bersihkan dan aku asah ulang namun masih belum menemukan ketajaman yang pas. Harus di asah ulang agar benar-benar tajam. Mungkin malah perlu di gerinda biar ujungnya tipis dan tajamnya mengena.
3. Singkongnya terlalu kecil-kecil, agak susah untuk menaruhnya di kotak pasah.

Dan setelah semua singkong terpotong (walaupun ga rapi ya) saatnya buat bumbu rendaman. Sambil menunggu bumbu meresap aku buat cemilan dulu buat yongsa. Managemen waktu untuk masak wajib digunakan. kalau kata yongsa otak harus berjalan seperti browser yang sekali proses langsung bisa akses beberapa jendela, dikerjakan bebarengan selang-seling agar menghemat waktu dan tenaga jadi saat selesai, maka semuanya selesai bersamaan. Oke walaupun belum bisa secanggih yongsa kalau di dapur tapi lumayan lah ya sudah bisa membagi-bagi dan ga bingung.

Selesai buat cemilan saatnya menggoreng singkong. Pengolahan tahap awal. Sambil menggoreng sambil bersih-bersih kebetulan yongsa sudah berangkat 'perang' ribet kalau beres-beres bila ada yongsa walaupun ga komen tetep saja kurang bebas gitu, apakah tidak takut gosong? oh tidak, gunakan api sedang jangan lupa sering di liat dan di kosreng aja biar benar-benar kering singkongnya. Cemplungan terakhir disambi ngepel, namun baru dapat 2 ruangan tiba-tiba mencium bau gas. aku cari-cari di ruangan sepertinya bukan dari sini dan saat menemukan sumbernya dari dapur ternyata tabung gas sudah bersuara dengan mengeluarkan bau yang menyengat. langsung saja aku matiin kompor tapi ga berani nyentuh tabung gasnya. Nah kebetulan terdengar suara cowok, pas diliat mas gondrong depan rumah mau berangkat kerja, langsung saja hampiri dan minta tolong untuk benerin tabung gas. Pas mau masuk dapur baunya udah ga karuan. Masnya itu hanya mencopot regulator dan memasang ulang sudah beres. aku yang liat hanya bisa melongo dan bilang "udah gitu aja" , iya ini cuma sambungan selangnya saja kurang kencang. oke mas makasih ya. dan masnya pun pergi.

Ada dilema mau lanjutin goreng atau enggak yang akhirnya aku biarin singkong berendam di penggorengan aku selesaikan ngepelnya. Setelah selesai mengepel seluruh ruangan aku dekatin tu tabung sambil cium barangkali masih bau tapi aman, mau lanjutin gorengnya tapi takut, tapi ya tinggal dikit selesai. Berkali-kali mendekat ke tabung gas untuk memastikan apakah masih bunyi dan masih bau ataukah tidak saat udah benar-benar yakin aman aku beranikan diri untuk melanjukan tu goreng keripiknya. Pas selesai eh bau lagi dan terdengar suara gas bocor. aduuuuuh bagaimana ini sementara di luar tengak-tengok tetangga kagak ada yang nongol satupun. Menghadapi hal seperti ini aku ga takut namun sama sekali ga ada keberanian untuk mencoba menaklukkan tabung gas tersebut, salah satu cara ya cari bantuan dan karena ga ada orang akhirnya aku terfon yongsa berharap mau pulang sebentar untuk mengatasi masalah gas bocor ini, namun yongsa hanya memberi arahan untuk mematikan kompor dan mencopot selang. Ditanya apakah masih mau masak atau tidak, kalau masih ingin masak yongsa menyarankan untuk mencopot dan memasang lagi regulator dan memasangnya kembali, tapi jika sudah selesai di copot saja. Sudah ga ada niat untuk melanjutkan masak, diajari juga caranya mencopot regulator, berhubung aku ga berani mendekat apalagi mencopot selangnya ya aku bilang ke yongsa akan aku coba, pikirku kalau telpon ga diakhiri bau gas bisa lebih parah malah yongsa akan marah. Jujur aku gugup tapi tenang. Tahu cara penyelesaiannya tapi ga berani untuk eksejusi, intinya takut gas.

Aku kembali ke dapur bau gasnya semakin tebal tercium, dan rasa takutku dari gas belum bisa aku kontrol maka dari itu daripada ke dapur aku memilih keluar mencari bantuan. Bolak balik ke luar ga ada orang, balik lagi ke dapur sekedar mengecek keadaan gas dan balik lagi ke luar mencari bantuan nah kebetulan bapak tetangga sebelah ada di luar langsung deh aku datangi dan minta tolong. Saat balik ke rumah itu bau sudah ga karuan, bahkan baunya sudah menyebar ke ruang tengah sampe bapak menyuruhku untuk membuka pintu dapur yang sebenarnya ga pernah dibuka.
Katanya gas menjadi mainannya setiap hari, ya jelas saja si bapaknya kan yang jual gas. Dibuka liat ikatan karet gelang di sambungan gas si bapak bilang jika ngasih karet gelang jangan terlalu banyak nanti tidak bisa masuk regulatorbya dan bikin kendo, aku dengerin aja karena sama sekali ga ngerti. Seperti mas gondrong tadi si bapak juga hanya mencopot dan memasang ulang regulator, karena takut aku bilang untuk ga usah di pasang saja selangnya saat melihat waktu di pasang kembali lagi terdengar bunyi dari tabung. Si bapak meyakinkan kalau gapapa, dan menanyakan padaku mau dipasang lagi atau tidak untuk melanjutkan masak. aku bilang ga usah saja, dalam pikiranku masaknya dilanjut besok saja kalau yongsa ada di rumah. Namun kata si bapak gasnya habis, mungkin bocor sebagai tanda jika gasnya habis. Katanya seh begitu, bila gas akan habis kebabyakan akan bau. Aku tanyalah di warung (rumah si bapak)stok masih ada apa tidak soalnya gas di warung si bapak cepet bener habisnya. Datang langsung di serbu, malah banyak yang sudah ngantri tabung kosong. Ya udah sekalian beli saja daripada habis besok yongsa ga bisa masak kebetulan si bapak juga bersedia untuk memasangkan. Oke lah beli gas dulu, bersama bapak yang akan mengambilkan gas tapi tetep aku yang bawa si bapaknya kagak mau bantuin bawa gasnya katanya lemas karena puasa. aduuuuh duuh duuuuuuh....

Saat dipasang kembali terdengar suara dari tabung gas, lalu di copot ulang dan di tambah karet gelang namun tetap saja bunyi. Kata bapaknya mungkin regulatornya, soalnya regulator sekarang tidak semuanya sama cocok jika dipasang di gas. Tapi menurutku kemungkinan karet yang di dalam yang sudah ga layak pakai, ini aku tau dari ibu yang selalu mengganti karet dalamnya ketika memasang gas dan mengambilnya ketika membeli gas. Karet itu sengaja ibu beli karena ya memang gitu karet bawaan banyak yang sudah ga layak pakai. Dan si bapaknga juga berpikiran sama kemungkinan karet dalamnya yang bermasalah, lalu si bapak pulang untuk mengambil karet yang dimilikinya, hasil dari mencongkel karet dari tabung gas yang habis dari pembelinya. Dicoba pasang karet itu dan memasang selangnya. Selama membongkar itu aku melihat dengan seksama sambil sesekali berbincang dengan si bapak, dan ketika memasang selang secara spontan aku yang tadinya jongkon di dekat si bapak sambil mengamati semua yang dilakukan si bapak spontan langsung berdiri dan menutup telinga. Entahlah kenapa tapi aku beneran takut parno sendiri kalau berurusan dengan tabung gas.
Melihat aku yang langsung berdiri si bapaknya sepertinya tau jika aku takut. lalu si bapak bilang
"ga perlu takut kalau ada apa- apa tinggal matikan kompor dan buka selangnya udah aman. nah ini tadi untung ada orang kalau ga ada orang bagaimana apa masih mau lari?"
dengan tegas aku jawab "iya".
"waduh. ga perlu lari langsung saja di copot selangnya sampai baunya 'mulek' kaya gini masa ya masih mau lari".
"Ya mending lari nyari bantuan"
"kalau pas ga ada orang gimana?"
"ya dicari sampai sedapetnya".
"Payah. wes aman". si bapak kembali meletakkan tabung gas diposisi semula dan beberapa kali mengendus dan mendengarkan dengan seksama masihkan ada bunyindi tabungnya. dan memang sudah benar. lalu si bapak itupun pulang. Dan ku ucapkan terima kasih untuk si bapaknya.

☆☆☆

Dari kejadian ini ada pelajaran yang berharga buatku.
Bagaimanapun aku harus bisa mandiri, karena sewaktu-waktu gas bisa habis padahal yongsa pas tidak di rumah maka mau ga mau aku harus bisa mengganti juga mengatasi kejadian seperti yang barusan terjadi.
Kalau kaya yongsa jangan panik bila menghadapi hal seperti barusan. Jujur aku ga panik, sungguh benar aku ga panik bahkan aku tau langkah yang harus dikerjakan untuk mengatasi bila terjadi kebocoran gas hanya saja ketakutan yang ada di dalam diriku belum bisa diajak kompromi.
Dan kejadian ini yanoa sadar membuatku berani memegang tabung gas. Jujur baru kali ini aku memegang tabung gas, menjinjing tabung gas dan bonusnya aku tau harga gas. Waktu menjinjing tabung ga setelah beli sempat sadar dan kaget juga bila aku saat itu menjinjing tabung gas. Dalam kesadaran penuh di otak mengingatkan bahwa di tanganku sudah ada tabung gas.

Saat cerita dengan yongsa tentang insiden yang terjadi yongsa sepertinya kecewa denganku karena tidak bisa menyelesaikan masalah sekecil ini. Ya seenggaknya aku sudah berani memegang tabung gas yaaah walaupum saat perjalanan pulang ada perasaan sedikit degdegan,
(19/05/18)