6/19/2016

Maaf...

Kembali lagi kesalah pahaman datang. Padahal sejak saat itu kita tak pernah lagi diam-diam seperti saat ini. Kali ini kembali terjadi, sudah tiga hari kita seperti orang asing, saling sapa sewajarnya, hanya jawaban singkat, bahkan sepertinya enggan untuk ngobrol seperti biasanya. Kesalahanku memang fatal, maaf sudah membuatmu marah, kesal, jengkel, bahkan muak seketika denganku.

Pada hari kamis siang, ketika di kantor aku sudah merasakam akan ada yang akan terjadi, aku kedutan di bagian ujung bawah mataku ya sebentar saja kedutannya, namun sudah bisa di pastikan akan ada sesuatu ga mengenakkan akan terjadi, dan benar saja malam itu semuanya terjadi.

Aku bukannya tidak mau mengirim pic, namun entah kenapa setiap kamu meminta pic seketika kepala menjadi sakit, ada amarah yang aku rasakan dan ketika aku mengirimkannya padamu kepala ini begitu sakit, seperti di benturin ke tembok dan emosi tak terkontrol. susah untuk menjelaskan dan aku juga kesusahan untuk mengontrol emosi yang datang tiba-tiba. Sakit..., makanya aku langsung berpamitan undur diri untuk tidur karena ga kuat sakitnya. Dan selalu saja begini setelah mengirim pic membutuhkan waktu yang ga sebentar untuk meredakan sakitnya.

Ada apaa sebenarnya, dulu biasanya enak saja mengirimkan pic, bahkan tanpa di minta juga langsung terkirim dengan sendirinya namun setelah sakit itu seperti enggan untuk mengirim. Bukan tidak mau kirim karena memang ada sesuatu yang tidak mau untuk dipertontonkan, tidak mau gambar dirinya terlihat. Jangankan di foto, melihat gambar diriku sendiri di cermin saja aku tak berkenan. Aku tak mengenali siapa diriku saat ini.

Aku bertanya kepada diriku sendiri solusi untuk kesalah pahaman ini, namum tak ada jawab. bahkan aku merasa seperti tidak ada penghuni, kosong dan gersang. Namun suatu ketika ketika aku memikirkan yang terjadi ada sepenggal kalimat"Ini ujian terakhir", maksud dari kalimat itu apa...?? Aku tanya namun tak ada jawab, aku harus menyelesaikannya sendiri, karena ini adalah ujian akhir untuk kenaikan tingkat.

Entahlah, apakah aku bisa melewatinya. Bukannya tak mau usaha namun harus bagaimana, kamu bisa membuat aku berhenti menangis, semarahnya aku juga akan seperti biasa namun berbeda jika kamu yang marah. Jangankan untuk bercerita, untuk membalas chat pun rasanya enggan, dan bukan hanya itu sepertinya kmu enggan untuk memanggilku, mengucapkan kata-kata seperti biasanya juga tak lagi ada.

Benar dan terbukti kan apa yang aku perbincangkan dengan dek atin tempo hari bahwa jika perempuan yang marah itu sebentar, namun jika pria yang marah itu lama dan susah untuk membujuknya.

Ga tau lah, jika mempertanyakan "usaha yang sudah aku lakukan" maaf aku tak mengerti harus bagaimana untuk bisa membuatmu kembali seperti sedia kala. yang aku tau hati ini sakit, sedih.

Aku yang sudah terbiasa denganmu, dari bangun tidur sampai tidur lagi bersamamu, bercerita sambil sandaran sekarang untuk mengucapkan selamat pagi pun takut. Takut terabaikan. Mohon Maaf untuk semua salah yang sudah membuatmu marah sampai tak mau berbicara lagi denganku. (19/06/16)



★Ell