2/23/2015

Limpung

Rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya, aku sendiri ga tau apa yang aku inginkan... Entah ini satu wujud depresi atau kesepian mungkin juga ini yang dinamakan patah hati dan menggalau. Ga enak ya di dengarnya seperti anak abg yang lagi mencari jati diri.

Aku marah dengan diriku sendiri yang tak bisa bersuara lantang dengan apa yang aku inginkan. "Aku menginginkanmu...." aaaah, sudahlah mana mungkin kau mendengar dan memahami apa yang aku rasakan, percuma saja aku teriak hanya akan membuat suaraku serak semuanya tiada guna buatmu. Mungkin memang semua ini yang harus terjadi, mencoba tetap berdiri dan mengepakkan sayap walau hanya dengan satu sayap.

Mengubur bayang-bayangmu, mematrinya di denting terakhir perjumpaan ketika semua keindahan perlahan menghilang lalu sirna diantara pekat malam yang tak lagi samar. Berat mempertahankan satu ego untuk tetap bertahan dalam kewarasan.

Sepi ini benar-benar membunuhku, haaai adakah yang mendengarku... Bisakah aku pinjam pundak untuk sejenak ku bersandar, tolong ukurkan tanganmu genggam tanganku hinggaku merasakan tenang, agar ku tau bahwa disini aku tak sendirian.

Bersembunyi di dalam gelap, mengharap datangnya hujan agar ku bisa menyuarakan kegersangan hatiku yang tak bertuan. "Tuhan berikan aku satu pelukan hangat, jaga hatiku hanya untukMu".