2/24/2015

Dilema

Sepertinya aku sudah mulai paham dengan perasaanku yang ga karuan akhir-akhir ini. Tanpa sadar otakku sudah merekam kejadian tahun yang lalu dengan sedemikian rupa hingga efek yang aku alami di bulan dan hari itu pun juga masih bisa aku rasakan. Bulan february yang katanya dibilang bulan penuh cinta aku kehilangan kontak denganmu, dan di minggu-minggu ini aku pun merasakan kalut yang tak aku mengerti juntrungannya.

Sudah 3 hari aku nenyepi, mendatangi tempat wisata yang ada di kotaku. Hari ini aku mengulang mendatangi tempat dua hari yang lalu sudah aku datangi, kalut yang sedari tadi aku rasakan perlahan menghilang, entah daya apa yang menyeretku menyukai tempat ini namun yang pasti disini aku menemukan ketenangan.

Duduk di bawah pohon di bangku bercat merah yang disediakan, angin semilir membuaiku dalam kedamaian. Bahkan darisini tercipta coretan-ciretan tentang suara hati yang tak pernah bisa aku mengerti. Tak peduli dengan hilir mudik orang-orang yang sedang menikmati suasana dan mengabadikan momen dengan kamera canggih mereka.

Sesekali aku melihat kearah orang-orang itu yang terlihat bersuka ria, tersenyum dan kembali kepada barisan aksara hasil karya jemari yang tak saber ingin menceritakan apa yang dirasakan dari otak yang sudah mulai bebal bersuara.

Tenang dan sendiri inilah yang aku cari, sebuah gambaran dari pelarian dari segala macam hal yang mendesak dan menerobos masuk hingga mengusik ketenangan otakku.