Dari tadi pagi pikiranku ruwet puncaknya di sore ini. Aku sedikit bercerita dengan mas Momu tentang rindu yang tak tersampaikan hingga menyesakkan dada, sedikit saran aku dapat dari mas Momu agar aku mendatanginya, ga bisa karena jarak yang begitu jauh, "kalau masalah hati ga ada yang jauh mba, seberapa pun jauhnya akan didatangi" iya itu kalau aku pria sudah sejak awal aku merasakan gejolak yang tak menentu langsung aku coba untuk menemuinnya agar rindu ini segera hilang, tapi berbeda cerita karena aku perempuan, memang sekarang jaman emansipasi hak anatara perempuan dan laki-laki sama namun aku tak bisa, masih ada adat ketimuran yang mengalir dalam darahku dan juga apakah dengan mudah mendapat ijin dari orangtua jika aku nekat kesana, enggak semudah itu mendapatkan ijin dari beliau. "Kalau enggak di telepon saja" itu sudah sering aku pikirkan namun untuk memencet 'yes' tak ada keberanian yang aku punya, namun karena dorongan dari mas Momu akhirnya aku mencoba memberanikan diri menyapa dia meskipun hanya lewat YM, itu adalah media yang biasa kita gunakan untuk memperpendek jarak diantara kita. Yahoo massanger sudah terbuka dan deretan list sudah terlihat, mata tertuju dengan ID yang terletak di deretan paling atas ketika melihat pic-nya hatiku langsung teduh, tenang berasa semua beban menguap dan hilang. Namun semakin lama memandangi jendela obrolan itu mata rasanya semakin berat, air bening sudah menggelayut di kelopak mata dan siap meluncur. Benar saja tetes-tetes air hujan turun di sudut mataku, apakah saat itu kau bisa merasakannya mas...
Untuk menulis pesan sebagai perwakilan perasaanku pun aku tak mampu, berdiam beberapa saat untuk mengumpulkan keberanian hingga akhirnya aku bisa menuliskan 2 kalimat untukmu. Berharap kau membaca dan mengerti apa yang aku rasakan, andai dia membaca pasti tau apa yang aku rasakan dan aku inginkan karena hanya dialah yang mengerti apa yang terjadi padaku meskipun tak aku katakan. Apa yang harus aku lakukan...
"Tanyalah pada diri mba sendiri.. jawabanya dah pada mba... Mba yang memposisikan diri pada situasi itu sendiri.. bangun-bangun" mungkin benar aku yang selama ini tak mampu untuk melepaskannya, meskipun berkali-kali berkata rela melepasnya pergi namun selalu ada rasa sakit dalam dada ini. Aku hanya melepaskannya separuh hati, tidak benar-benar membiarkannya pergi dari diriku.
"Aku sudah mencoba berontak mas tapi gagal"
"Kenapa harus berontak... Jalani dengan pelan-pelan.."
"Aku ingin hidup normal mas"
"Dan masa lalu dibangun oleh pikiran, yang membutakan, membodohi kita untuk mempercayainya. Tapi hati ingin hidup dimasa sekarang. Coba renungkan.."
Mungkin benar aku terbelenggu oleh masa lalu tak berani menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Aku memilih untuk hidup dimasa lalu meskipun itu menyakitkan, mencoba perlahan-lahan bangkit namun hatiku tak mau beranjak. Harusnya aku menggunakan logika sekarang bahwa bagaimanapun aku harus bisa bangkit, menerima kenyataan bahwa sekarang dia ga ada disini dan aku harus membuka mata, saatnya bangun dari mimpi. Bagaimanapun indahnya mimpi itu hanyalah mimpi yang akan hilang ketika aku terbangun sedangkan aku tidak hidup di dunia dongeng melainkan di dunia nyata yang tak selamanya indah seperti apa yang kita bayangkan.