Ini bukan tentang cinta tak terbalas, bukan tentang penghianatan, ataupun tentang akhir cinta, melainkan tentang 'diam'.
Sesak yang terasa di dalam hati ini, hingga pikiran yang tak jarang meronta memberontak dengan ketidak berdayaan. Bagaimana cara untuk memulai, memperjuangkan apa yang sudah ada untuk bisa kembali pada jalur yang semestinya ; tak ada, sama sejali tak menemukam keberanian terlebih rasa frustasi dari himpitan beban dari setiap permasalahan kehidupan membuat semuanya semakin lengkap menjadi satu paket 'sendiri'.
Aku menginginkanmu, namun ada beberapa hal yang membuatku tak berani untuk kembali mendekat. Bisa jadi ini adalah ketololan dari ego yang sekarang berada di puncak, dimana ingin menjadi seseorang yang benar-benar di perjuangkan (seperti mimpi di siang bolong) tak merubah apapun dari pikiran yang menggelayut yang selalu saja demo untuk menyuarakan hati yang perlahan menjadi sepi, entah sekarang apakah sudah menjadi batu bahkan terkesan sedingin di kutub utara.
Diam..., dari mana semua bermula akupun tak tau, yang pasti seketika itu juga menjadi tenang tanpa suara. Perlahan-lahan dan hingga akhirnya benar-benar sunyi senyap bahkan sama sekali tak terjamah. Mungkin saja sudah di tinggalkan penghuninya, aku tak tau.
Inilah hidup yang penuh dinamika, sarat dengan pencobaan yang seakan tak pernah berhenti bahkan sesekali datang bersamaan ataupun silih berganti. Dari sinilah bisa dilihat bagaimana kokohnya pertahanan hingga nyaris tak tergoyahkan, tapi itu bukanlah aku. Tak ada ketenangan, bahkan berkali-kali menyuarakan keinginan untuk menyerah hingga akhirnya terjelembab dan terpuruk di dasar yang terdalam.
Suatu pencobaan yang tak pernah mendewasakan, atau bisa dibilang menolak untuk dewasa. Hanya sekedar ingin bersandar tapi apalah daya tak ada tempat untuk menghela nafas. Aku berfikir apakah sedemikian kompleksnya hidup ini...., perlahan mencoba kembali mengingat semua yang sudah terjadi ketika kecil hingga kini dan tersadar bahwa sampai detik ini pun tak ada kepercayaan untuk apa yang sudah terjadi.
Apa yang terjadi adalah akibat dari ku. Ulah arogan, hingga menjadi orang pang kejam dan paling jahat. Tanpa ku sadari inilah aku yang sebenarnya. Seorang yang memuakkan dan kejam, itulah aku penghianat yang lelah namun terus saja membantai jiwa yang rapuh. (22/01/20)
Sesak yang terasa di dalam hati ini, hingga pikiran yang tak jarang meronta memberontak dengan ketidak berdayaan. Bagaimana cara untuk memulai, memperjuangkan apa yang sudah ada untuk bisa kembali pada jalur yang semestinya ; tak ada, sama sejali tak menemukam keberanian terlebih rasa frustasi dari himpitan beban dari setiap permasalahan kehidupan membuat semuanya semakin lengkap menjadi satu paket 'sendiri'.
Aku menginginkanmu, namun ada beberapa hal yang membuatku tak berani untuk kembali mendekat. Bisa jadi ini adalah ketololan dari ego yang sekarang berada di puncak, dimana ingin menjadi seseorang yang benar-benar di perjuangkan (seperti mimpi di siang bolong) tak merubah apapun dari pikiran yang menggelayut yang selalu saja demo untuk menyuarakan hati yang perlahan menjadi sepi, entah sekarang apakah sudah menjadi batu bahkan terkesan sedingin di kutub utara.
Diam..., dari mana semua bermula akupun tak tau, yang pasti seketika itu juga menjadi tenang tanpa suara. Perlahan-lahan dan hingga akhirnya benar-benar sunyi senyap bahkan sama sekali tak terjamah. Mungkin saja sudah di tinggalkan penghuninya, aku tak tau.
Inilah hidup yang penuh dinamika, sarat dengan pencobaan yang seakan tak pernah berhenti bahkan sesekali datang bersamaan ataupun silih berganti. Dari sinilah bisa dilihat bagaimana kokohnya pertahanan hingga nyaris tak tergoyahkan, tapi itu bukanlah aku. Tak ada ketenangan, bahkan berkali-kali menyuarakan keinginan untuk menyerah hingga akhirnya terjelembab dan terpuruk di dasar yang terdalam.
Suatu pencobaan yang tak pernah mendewasakan, atau bisa dibilang menolak untuk dewasa. Hanya sekedar ingin bersandar tapi apalah daya tak ada tempat untuk menghela nafas. Aku berfikir apakah sedemikian kompleksnya hidup ini...., perlahan mencoba kembali mengingat semua yang sudah terjadi ketika kecil hingga kini dan tersadar bahwa sampai detik ini pun tak ada kepercayaan untuk apa yang sudah terjadi.
Apa yang terjadi adalah akibat dari ku. Ulah arogan, hingga menjadi orang pang kejam dan paling jahat. Tanpa ku sadari inilah aku yang sebenarnya. Seorang yang memuakkan dan kejam, itulah aku penghianat yang lelah namun terus saja membantai jiwa yang rapuh. (22/01/20)