5/07/2017

Batas dari Atas dan Bawah

Ketenangan hati dengan tak mengejar apa yang ada di depan. Jangan hanya fokuskan pandangan untuk satu obyek lalu tak mempedulikan sekeliling demi untuk mendapatkan apa yang di idam-idamkan.

Sudahkah mengerti akan arti dari kata CUKUP..., tahukah bagaimana menjalankannya...

Hmmm...
Hidup di dunia begitu banyak 'ingin' yang ada di daftar tunggu untuk didapatkan.
'ingin' yang awalnya mendapatkan pemacu semangat untuk kita bergerak, bertindak dan berproses, namun seiring proses yang masih berjalan 'ingin' di awal perlahan akan beranak pinak berkembang biak memberikan keturunan dari 'ingin' . 'Ingin' yang lain, lalu menumbuhkan 'ingin' yang lebih dari yang sudah di dapat atau yang sudah dimiliki. Lantas semua itu akan berkembang menjadi tamak, sebuah rasa yang menginginkan lebih dari yang seharusnya didapat, karena perasaan masih mampu untuk meraih dan rasa haus terus menerus hadir dan bila itu terjadi maka 'tamak' akan tumbuh dengan liarnya di dalam diri.

Mengalahkan segala cara, tak peduli dengan orang lain yang terenggut haknya demi untuk menuruti 'ingin' yang sebenarnya sudah melewati batas yang dibutuhkannya.

Roda kehidupan terus berputar hingga hembusan nafas yang terakhir. "Lalu bila terus berputar bagaimana cara untuk tau dimana awal dan dimana titik baliknya..."
Hmmm..., Entahlah, aku sendiripun sekarang tidak tau posisi berada dimana. Namun penalaranku titik awal berada ketika berada di bawah. Dimana posisi inilah yang membutuhkan kesabaran, keuletan, juga gebrakan untuk berproses agar perlahan mulai bergeser menuju ke atas. Proses yang akan menggebleng mental agar lebih kuat dari yang sebelumnya.

Proses untuk mereka yang sadar tentang perubahan, tanggung jawab, dan tujuan hidup. Tapi bagi mereka yang tidak mengerti ya hanya berada di tempat, bila seperti itu tidaklah perlu kesabaran yang terkadang menguras emosi dan tenaga, tak perlu berproses juga tentang tujuan hidup, ya yang di butuhkan hanya mengikuti saja kemana arus akan membawa, tak perlu berproses terlebih pedulu dengan adanya perubahan.

Berproses, berteman dengan perubahan. Ini harus, agar tau perubahan-perubahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi diri sendiri, lingkungan, dan orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Berproseslah dengan indah, setahap demi setahap (perlahan namun pasti). Buatlah proses dengan begitu indah.
"Proses dengan begitu indah itu yang seperti apa, dan bagaimana...??!"
Proses yang indah itu sebuah karya yang dihadirkan dengan cinta. Dengan seni yang dirangkai atau digunakan sehingga membentuk suatu karya yang terlihat hidup bila dilihat (di ceritakan ulang). Proses yang indah itu bukan yang instan, melainkan yang berjalan setahap demi setahap hingga bisa dirasakan bagaimana prosesnya, bagaimana perjuangan yang ada di dalamnya demi mendapatkan poin plus hingga mencapai puncak.

Seperti rantai makanan, yang berada di atas tidaklah sepenuhnya pemenang dan tak terkalahkan, memang yang di atas adalah yang berkuasa mendapatkan lebih atau memiliki lebih dari yang lainnya. Namun saat berada di puncak,  lalu masih merasa kurang dan terus saja kurang itu namanya 'tamak' ,terlebih tak ingat untuk membagi apa yang sudah didapat kepada orang lain maka 'tamak' itulah puncak yang berada di tepi pintu menuju ke bawah. "Roda terus berputar" dan 'tamak' akan menjadi alat untuk mengantarkan menuju ke bawah.

"Jalan menurun lebih berbahaya, melelahkan dibanding jalan yang menanjak... (ini menurutku)"
Jalan menanjak, dari awal langkah mengajak untuk perpikir bahwa untuk menuju ke atas dibutuhkan banyak tenaga, perjuangan yang tentunya tak mudah. Ada tujuan yang ingin dicapai, itu menjadi cambuk untuk bergerak atau berkutat agar bisa mencapai puncak tujuannya. Setidaknya ada perkiraan-perkiraan bahwa amunisi atau berbagai macam perbekalan sampai waktu yang juga diperhitungkan sebelumnya. Sepertinya waktu menjadi teman untuk membantu, mengantarkannya hingga menuju puncak.

"Tapi bagaimana dengan turunan..."

Aku pernah membuat coretan tentang tanjakan dan turunan. Sekarang pun garis besarnya masih sama bahwa turunan lebih membahayakan buatku dibanding tanjakan. Turunan membuat terlena sehingga tak jarang hilang kewaspadaan dan menggampangkan (menyepelekan) karena masih terbuai dengan indahnya kesuksesan saat berada di puncak, seakan-akan memudahkan jalan menurun yang ada di depan, tapi tahukah jika sekali menginjak batas dari puncak teratas maka bila tidak berhati-hati akan tergelincir sedikit, terjatuh bahkan bisa saja terguling hingga kembali ke titik awal atau malah ringsek. Berhati-hatilah bila berada di puncak.

Menikmati hasil yang didapat tanpa mengabaikan orang-orang yang ada di sekitar kita. Ingatlah kesuksesan sebenarnya kita dapat bukan sepenuhnya dari kerja keras yang kita lakukan, namun tanpa di sadaru di dalamnya ada andil orang lain di dalamnya; orang-orang tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan kita, orang lain yang membantu pekerjaan, yang mengingatkan, dan orang-orang yang mencambuk agar kita berbuat lebih baik dari yang bisa kita lakukan. Jadi tak ada salahnya untum membalas budi kepada mereka, yaah kita ga tau siapa saja yang sudah ikut andil tapi memberika  bantuan kepada orang lain agar kita suatu saat di waktu yang tak terduga juga akan mendapatkan bantuan orang lainnya lagi. (06/05/17)