Lagi membayangkan seperti inikah perasaan seorang istri perwira yang lagi ditinggal mengemban tugas negara, dikirim ke daerah terpencil jauh dari keluarga. Di rumah dengan berjuta pikiran yang fokusnya hanya kepada "bagaimana suami'ku disana". Ada rasa cemas, kangen, dan perasaan campur aduk dengan pertanyaan yang sepertinya hanya bisa dijawab bila melihat langsung realnya keadaan di TKP. Bagaimana dengan makannya, bagaimana keadannya berharapnya sehat dan baik tapi bagaimana jika badannya kurang enak tidak ada yang merhatiin?
Hawatir yang berlebihan, tiap makan keingat disana dia makan dengan apa..., jangan-jangan maemnya sembarangan atau malah ga sempat makan karena sibuk kerja, bagaimana dengan istirahatnya.... kepikiran dan membuat gundah, ketidak tenangan yang membuat pikiran ga tenang setiap hari. Mungkin seperti inilah yang dirasakan istri yang ditinggal tugas luar oleh suaminya.
Tinggal jauh sehingga tidak bisa melihat dalam jangka waktu tertentu, komunikasi juga terbatas karena kesibukan yang sudah menyita waktunya.
***
Dan pada kenyataannya ini juga yang aku rasakan. Menggelikan ya kalau dipikir-pikir tapi inilah kenyataannya, pikiranku selalu saja bertanya bagaimana yongsa disana..., apakah benar sehat dan daik mudah-mudahan yongsa sehat dan baik terus karena walaupun kurang enak badan yongsa tetap akan bilang 'aku baik' biar ga bikin aku kawatir kali ya makanya berkata begitu, terlebih kalau bilang 'badanku kurang enak badan' bakal deh cerewetnya keluar dan itu bisa saja bikin tambah bikin puyeng karena akan ada pertanyaan ini itu yang terus di ulang setiap waktunya.
Kalau lagi puasa gini tambah kepikiran aja, melebihi waktu yongsa masih di Jogja. Apa jaraknya sekarang yang lebih jauh ya sehingga kepikirannya lebih. Belum ketemu jawabannya kalau yang satu ini tapi aku berharap dimanapun yongsa berada, dia akan baik dan sehat terus. Jaga diri baik-baik ya yo, ga boleh aneh-aneh dan cepet balik ya aku tunggu yo. (28/05/17)
::
cepat balik ke kotaku yo