9/19/2016

Candu

Minggu pagi akan dumulai perjalanan menuju salah satu kota di Jawa Timur untuk menghadiri acara pernikahan sepupuku. Berangkat pukul 5:30 namun bangun pukul 4:00, langsung ribet untuk mempersiapkan perlengkapan yang akan di bawa karena semalem belum sempet mempersiapkan apa pun.

Berangkat perut belum terisi, terlebih belum meneguk segelas teh hangat di pagi ini. Perjalanan bisa dibilang lancar sampai tujuan dengan laju mobil normal. Sampai di tempat aku sudah mulai kelimpungan mencari teh hangat, namun karena sang pemilik rumah masih melangsungkan acara di gereja maka aku dan rombongan hanya duduk-duduk di tempat yang sudah disediakan. Tak berapa lama rombongan bu dhe datang, ini karena Noah yang rewel saat acara berlangsung sehingga memutuskan untuk pulang duluan. Karena acara masih lama, sedangkan perut sudah meraung-raung minta di isi maka kami (rombongan Semarang, Klaten, dan Jakarta) memutuskan untuk keluar mencari makan.

Ternyata mencari makan di kota ini sedikit susah kebanyakan hanya pertokoan sedangkan rumah makan hanya segelintir saja yang ditemui. Sampai di warung sederhana yang menjual penyet dan soto. Semua memesan soto dan es teh hanya 3 orang yang memesan teh hangat, namun es teh yang aku dapat. Mungkin penjualnya saking banyaknya permintaan jadi tidak menghitung. Ya sudahlah terpaksa aku minum juga (semoga sehat) mengingat aku minum es hanya pas pengen banget biasanya serba panas.

Segelas es teh belum menuntaskan candu dari teh hangat yang biasa aku minum. Sampai sore aku hanya minum segelas es teh, itu membualku sedikit pusing, hingga menjelang malam kepalaku bertambah pusing sementara beberapa kali bolak-balik ke dapur tidak ada teh yang di buat, mau buat pun teremos aku kocok berasa ringan tidak ada isinya. Bapak meminta untuk di bikinkan teh kepada adik perempuanku namun bukan teh hangat yang di dapat hanya teh sedikut kental dan dingin.

Aku benar-benar merindukan teh panas saat ini. Nonton tv pun serasa gelisah, kepala semakin pusing dan pada akhirnya aku balik lagi ke dapur melihat si embak lagi merebus air, aaah... lumayan aku minta segelas untuk menyeduh teh. Tapi celingak-celinguk melihat ke lemari, tempat cuci piring dan beberapa tempat lain tidak menemukan gelas besar semuanya kecil. Ya terpaksa aku buat teh panas dengan gelas kecil, rasanya kurang nendang kalau cuma gelas kecil terlebih air tehnya bening hanya sedikit sepat saja sama sekali ga nendang.

Segelas teh panas gelas kecil masih belum bisa menenangkan otakku, candu teh sepertinya sudah menyuruhku untuk mencari lagi. Aku turun dan berkutat di dapur tapi sama sekali ga menemukan gelas besar. Aaaah..., bagaimana ini, ya akhirnya aku buat lagi aja teh panas. Hari ini aku hanya menyeruput dua gelas teh panas bening itu penyiksaan buatku. Andai disana dekat warung burjo sudah nekat dah untuk membeli segelas teh hangat.
** @ **

Pagi harinya bangun tidur setelah bersih-bersih, aku bergegas untuk ke dapur. Aku bertekat mau masak air sendiri untuk membuat teh gelas besar. Di dapur sudah ada si mbak yang lagi repot memasak. Aku masak air, namun sama si embaknya air yang aku masak malah di seduh terlebih dahulu untuk membuat kopi untuk tujang-tukang yang lagi membongkar panggung wayang semalam. Ya sudah aku masak lagi, membuat teh buatku juga untuk yang lain. Aku juga merebus air untuk mandi omku yang terbiasa mandi dengan air hangat baik pagi ataupun sore. Akhirnya aku mendapatkan segelas teh besar walaupun rasanya kurang nendang namun lumayan untuk menenangkan pikiran. Dua gelas teh untuk pagi ini. Namun kurang mengena.

Ketika pulang di tengah perjalanan bapak berhenti di minimarket untuk membeli air mineral juga cemulan. Aku ikut turun sekalian saja, aku ambil teh kotak sama snack. Satu buah teh kotak menjadi kepusinganku kali ini.
Sepertinya candu teh sudah kelewat batas, sudah harus di kurangi secara perlahan agar tidak lebih ketergantungan. (19/09/16)



☆ el