Y : "Yoo"
A : "Yo bangun"
Kebiasaan yang mulai ada dengan menyapa atau membangunkan di kisaran jam 2 untuk sholat, ya seringnya yang ngebangunin ya yongsa. Selalu keduluan dia yang bangunin. Seperti perjanjian tak tertulis untuk saling mengingatkan disaat waktu sholat tiba untuk sesegera mungkin menjalankan kewajiban kepada sang Pencipta.
Ya asik juga dan lebih semangat untuk melakukannya karena seperti mendapat dorongan atau penyemangat dari seseorang. Dan itu sangat sesuatu menurutku.
Y : "Bangun yoo" kali ini panggilan untuk sholat subuh datang darinya.
A : "Udah bangun ni baru selesai subuhan. Kamu gapapa kan yo...?!"
Y : "Aku ndak apa-apa yoo. Terimakasih yoo"
A : "Semalam habis kamu minta trus kan aku rebahan juga tangan kiriku di samping badan brasa kamu pegang awalnya biasa tapi lama-lama jadi kenceng lama itu trus tangan kananku juga ikut getar bentar setelahnya perlahan peganganmu mengendur dan kamu lepasin agak lama mataku ber aer"
Y : "Semalem ada yang mau masuk berulang kali lewat telapak kakiku yang kanan, namun aku menolak. Lagi, dan terus mencoba masuk lagi, aku tetep menolak. Sampai kaya ada paksaan untuk masuk ketubuh, makanya genggamanku semakin kuat. Sempat aku menengokmu, aku lihat kamu, kemudian aku lepaskan, yaa aku sengaja melepaskan genggaman itu. Aku lihat kamu kesakitan. Jelas banget. Antara tidur dan tersadar.. Sampek aku nyebut berulang kali, trus aku mencoba berkomunikasi dengan yang mau masuk itu, siapa dan apa tujuannya. Tetiba digelap mataku langsung ada cahaya terang trus membentuk suatu benda. ( Entah apa, tapi aku yakin keris)
Trus aku ndak ingat lagi. Oia sebelum itu didadaku terasa nyeri berulang. Yang aku tau tidurku banyak tingkah. Entah jam berapa aku terbangun, tau-tau aku batuk-batuk mulu. Trus aku kebawah minum makan pisang 1 minum lagi trus wudhu."
A : "Iya emang habis mataku ber aer aku cari kamu tapi ga ketemu hanya gelap yo. Sempat ngerasain kamu kesakitan tapi aku ulurkan tangan kamu juga ga mau pegang."
Pesan sudah aku tulis tapi ternyata belum aku kirim. Lupa kalau tombol enter untuk pindah baris bukan untukmengirim.
A : "Maap yo lama aku tinggal nganter ibuk beli soto buat sarapan teman-teman adeku yang mau pulang soale" kebiasaan jika hari jumat sabtu minggu ada dua orang teman adeku yang cewek nginep di rumah. Karen jika kuliah di laju juga ga mungkin karena pulang saja sudah malam dan kalau kos juga kasihan karena hanya di tempati saat weekend saja. Makanya sama ortu di sarankan untuk tidur di rumah.
Y : "Maap yoo. Yaudah bantuin ibu dulu"
A : "Emang salah apa"
Y : "Melibatkanmu"
A : "Kalau kamu ga melibatkan aku malah itu salah yo. Sekarang udah baikan apa masih sakit yo"
Y : "Aku udah baikan. Tapi kepala masih rada pusing."
A : "Buat rehat aja yo. Buat teh hangat trus sarapan dulu Biar tenaga kamu pulih"
Y : 'Iya.. Ini tadi selesai sarapan. Kamu udah sarapan?"
A : "Belum. baru minum teh aja"
Y : "Sarapan dulu atuh"
A : "Semalem kan aku bilang tangan kananku getar kan trus tadi pagi getar lagi aku ga tau kenapa karen aku mejamkan mata buat nyari tapi tetep ga ketemu. Aku buka bbm trus aku liat tmnku pasang foto ibunya yang udah ga ada (yang kemaren aku crita) tanganku getar kali ini agak lama ingin coba interaksi apa yang beliau ingin sampaikan tapi ga bisa. Cuma seperti merasakan kesedihannya dadaku lama-lama sesek kaya ada beban beraaaat banget sampai kaya sesak napas ga ada udara yang mengalir. Apa itu yanh beliau rasakan ya"
A : "Bentar lagi yo masih ga enk perutnya. Jangan sedih gtu yo"
Y : "Mungkin. Tapi ndak tau juga. Aku ndak sedih yoo. Serius. Hanya plola plolo, bingung"
A : "Puk puuk puuuk (bighug)
Y : "Yoo"
A : "Ya. Ada apa yo"
Y : "Sepertinya nanti aku balik kejogja."
A : "Tapi kan kamu masih kaya gini yo"
Y : "Tapi nanti sore pula adek mau kejakarta ikut suaminya.
Ibu dirumah sendiri.
Y : "Sepertinya ibu ndak mau aku temeni."
A : "Tuh kan... trus ade kmu balik kapan. Kenapa bisa mikir gtu yo"
Y : "Bilangnya sih adek cuma seminggu. Aku rasa seperti itu."
A : "Nunggu ade pulang aja to. Itu hanya perasaanmu aja, kalian tu sama-sama keras makanya suka miskom"
Y : "Tapi adek itu ndak bisa pasti. Bilangnya seminggu nanti bisa molor ampe 2 minggu. Aku ndak tega, tapi nanti aku bicarakan ama ibu."
A : "Ya harap dimaklum yo namanya juga ketemu keluarga. Hu um, tapi ga pake emosi lho ya"
Y : "Ndak emosi yoo. Kalau ibu ngomong tuh aku cuma diem, nunduk. Meski otak rada gimana gitu"
A : "Siiiiip Belajar melihat dari sisi laen aja yo biar ga gimana gimana"
A : "Yooooooooo"
Y : "Iya yoo. Aku ketiduran"
A : "Ya udah kalau masih ngantuk tidur lagi aja yo. Biar benar-benar bugar"
Y : "Udah cukup. Kamu gi apa yoo? Ndak ada acara keluarkah?"
A : "Ni gi nyelesein coretan dari awal bulan ampe mau ganti bulan belum kelar-kelar. Udah tadi jam 10an pergi maketin sprei"
Y : "Hadeeeh, lama bener dah"
A : "Berkali-kali nengok kamu tapi ga begitu jelas trus brasa kamu lagi blank seddikit sedih juga. Makanya itu harus segera diselesaikan yo"
Y : "Enggak sedih yoo. Yowis, selesaiin giih."
A : "Trus kenapa lesu gtu. Hu um. Makan dulu yo udah sore lho"
Y : "Lemes, mungkin akibat semalem. Semalem pan tidurku ndak pules. Banyak tingkah. Iya"
A : "Ya udah maem dulu sana, aku selesein ni dulu ya. Tar malam aja mojok lagi
A : "Aduh aduuuuuuh sabarnya daritadi duduk diem nemeni corat coret... makasih yo"
Y : "Hehe. Bisa aja. Emang km tau?"
A : "Ya tau lah. Daritadi kan kmu duduk liatin aku ketak ketik tanpa banyak gerak. Cuma diem. Entah dah lagi mikirin apa, soalnya sesekali senyum-senyum ga jelas gtu"
Y : "Sayaaang sayaaaang.
Y : "Aku sementara nemenin ibu yoo, dalam waktu yang belum bisa diperkirakan."
A : "Nah gtu donk itu namanya ank berbakti
Y : "Hehe"
A : "Jujur aku lebih suka kmu di kudus tapi alasannya apa juga ga tau"
Y : "Yoo boleh jambak rambut kamu ndak? Bukan meluapkan rasa kesal atau apa, pokonya kepingin jambak aja."
Y : "Lah, aku malah bekum menemukan kenyamanan dikudus yang bener-bener tik dihati, ndak tau deh nanti kedepannya gimana."
A : "Boleh, silahkan aja. Itu tantangan yo. Tapi aku sreknya kamu di kudus kok"
Y : "Haha. Gemes tauuuuu."
Y : "Masa sih? Yoo, maghrib dulu nyook"
A : "Hahahahhaa Emang aku gemesin
A : "Ayoooooook. Ingat ya pake doa ga langsung ngabur setelah sholat"
Y : "Nah kan mulai."
A : "Mulai knapa ik"
Y : "Biasa nya kalau sehabis sholat maghrib, aku lanjud sholat toubat, setelah selesai aku duduk sila. Ya gitu lah."
A : "Siiiiip"
Y : "Wudhu dl yoo. Cuuuuuuuuuus"
A : "Ayoooook to jangan bales-balesan terus"
Sesaat ga ada kegiatan untuk berbalas pesan. Sementara off untuk sesuatu yang lebih penting daripada sekedar senam jari.
A : "Udah yo"
Y : "Udah"
A : "Gi apa sekarang"
Y : "Yoo, ko' setiap aku tarik napas panjang berasa sakit ya di dada bagian dalam. Ini gi duduk desebelah kamar ibu, ibu malah tidur. Duuh"
A : "Sejak kapan yo. Ngapain duduk disebelah kamar tu"
Y : "Waktu itu cuma sakit aja, pas ada benjolan yang aku cerita itu lho. Sekarang benjolannya udah ndak ada, dipegang juga ndak sakit. Tapi semenjak bangun tadi pagi berasa sakit kalau ambil napas panjang. Kalau napas biasa sih ndak sakit. Tadinya mau nemenin ibu motong kain, eeh ditinggal sholat udah masuk kamar aja. Piye too ibu tuh."
A : "Mungkin cuma memarnya yo, di liat besok ya kalau masih sakit di periksain aja yo biar tau penyebabnya"
A : "Hahahahaaa... Disusul aja to ke kamar. Emang kain dipotong buat apa yo"
Y : "Biasa nya enggak yoo. Aku ndak mau berhubungan dengan dokter, rumah sakit dan semacam nya. Pokonya ndak mau. Disusul gimana, ibu kalau udah masuk kamar tuh ndak boleh diganggu gugat. Pernah dulu aku masuk trus tiduran dipaha, eeh malah ditendang. Kepingin manja gtu, aah entahlah ibu tuh bener-bener rock n roll. Cadas."
Y : "Ibu kan ada usah konveksi kecil-kecilan gtu, ya ibu motong kain buat kegiatan aja."
A : "Kenapa ga mau. Jangan- jangan kmu juga takut ya ke rumah sakit. Kalau aku seh mikirnya itu karena memar yo setelah kejadian tempo hari. Kaya orang kejedot itu lho awalnya kan benjol memar trus benjolnya ilang tinggal memar dikit-dikit setelah beberapa hari baru deh biru"nya ilang dan sembuh total. Hahahahahaaa..."
A : "Lha emang kalau masuk kamar ngapain, kan baru jam segini"
Y : "Masuk RS langsung kliyengan ini kepala walau hanya jenguk orang sakit. Pernah muntah juga. Apa lagi liat jarum, duuuuuh. Lemes"
A : "Ndak ada bekas memar yo, Cuma benjolan kecil doang. Ndak ada biru juga. Sakit nya tuh nyeri-nyeri gimana gtu."
A : "Hahahahaa... Berati kamu lebih parah yo dibanding aku. Tapi aku ga pernah di suntik deng selalu minta obat aja kalau periksa tapi kalau donor darah berani."
A : "Bekas memar-memarnya ga kliatan sayang itu di dalam jadi ga kliatan. Diliat aja dulu 2 hari kedepan masih sakit apa enggak"
Y : "Kalau keadaan kek gini kejantananku ndak bakalan luntur kan ?
Obat juga, ndak pernah mau konsumsi obat, kalau udah ndak kuat baru mau minum obat. Kalau masih bisa menahan dan melawan, ndak bakalan minum obat. Pan kalau didada tipis kulitnya, lagian ditengah tapi pinggir. Kalau pun ada memar biru pasti kliatan dong."
Y : "Iya."
Y : "Kamu gi apa iikh"
A : "Hahahahaaha... luntur enggak tapi ilang x. Biasanya obat dari dokter juga ga aku minum, periksa biar tau aja sakitnya apa. Paling sering cuma minum tonikum buat penambah darah biar ga keliyengan"
A : "Hai haaai haaaai.... ini kan petarungan batin bukan silat si pitung kalau luka mana kliatan. Emang bisa tembis pandang ya"
A : "Gi tiduran aja sambil mikir"
Y : "Hadeeh. Yowis selamat berfikir."
A : "Trus kamu mau kemanaaaaaaa"
Y : "Aku mau membaca. *pake kacamata*
A : "Baca apa"
Sudah ga ada tanggapan, mungkin benar lagi sibuk atau malah sudah ngorok juga ga tau dah.
A : "Yoo sholat dulu tar keburu ngantuk lho"
Tetep ga ada tanggapan, yaaah benar dah paling sudah tidur. (06/09)
★Ell