H : "Tadi pagi ikut senam gak mbak? kayaknya dari pegawai moxxx"
Sapa pagi darinya namun ketika ingin jawab aku melihat pic bundanya dipajang disana. Otomatis aku melihat ke foto tersebut dan tiba-tiba dada ini kembali sesak, teramat sesak bahkan sempat beberapa tersengal seperti kehanisan udara. Badan yang mulai seperti bergetar di bagian dalam dan parahnya tanganku mulai ikut bergetar kembali. Aaah pagi-pagi sudah seperti ini, makanya aku ga jadi membalas pesan darinya, membiarkannya saja (Maaf)
H : "Lagi ngapa ni mbk? Kayaknya lagi sibuk deh.."
Kembali lagi ada sapa darinya di pagi menjelang siang, namun melihat DP nya masih sama maka ga aku balas. Embiarkan saja pesan itu tetap disana tanpa memembukanya ataupun membacanya.
A : "Enggak sibuk mas, gmn mau cerita apa ni..... Maap ya baru bales"
Baru jam 17:22 aku balas pesan darinya, ketika sudah menyelesaikan semua tugas dan kembali mojok dengan hp di tangan.
H : "Belum ada yang bisa di ceritkan mbk"
A : "Knapa mas malah tambah sedih gtu. Gmn cara agar mas bisa kembali ceria, tertawa lepas lg. Puk puk puuuuuuk....
H : "Puk puk e gak ket wingi to"
A : "Ket wingi kapan"
H : "Hehehe.. Gak gak mbk. Mbak tuh yang perlu di puk puk.."
A : "Lha kok aku, ya mas lah"
H : "Lha mbk ell kan yang nangis" kaya yang ngomong ga nangis aja. Coba kalau ga di tempat umum pasti juga sudah nangis kenceng dah.
A : "Lha kan itu karakter. Meskipun super cuek tapi tetep lemah dalam hal perasaan" pembelaan padahal emang dasarnya cengeng danga tegaan saja"
H : "Betul-betul"
A : "Apanya yg betul"
H : "Perasaan gak bisa di tipu mbk"
A : "Ya emang. Tapi juga tergantung orangnya juga mas kalau perasaannya mati juga ga bakalan mikir orang laen."
H : "Mbak ell pancen istimewa"
A : "Hai hai haaaaaai.... semua ornk istimewa mas. Ga usah dilebih-lebihkan deh, mas belum tau aja sesunggihnya aku"
H : "Lha mbk gmna to? Hehehehe"
A : "Yang tau diri sendiri itu orang lain... Lha mas liatnya gimana, coba deh jabarkan pastinya sedikit banyak sudah punya gambaran donk"
H : "Ak dulu to mbak. Ntar gantian wis"
A : "Ogah aah mas dulu yg jawab. Kan kalau mas udah sering aku bilang tapi kan mas belum pernah bilang"
H : "Sering? Kapan?" Mana bisa ingat, orang pelupa gitu. Tiap ditanya apa yang sudah dikatakan beberapa waktu lalu saja sudah ga ingat. Apa lagi ini bilangnya juga sepotong-sepotong jelas kagak bakal keinget.
A : "Pokoknya sering"
H : 'Contone apa?"
A : "Ini mah namanya mancing. Kagak bakal kepancing. Mas aja bilang dulu nanti baru gantian. Yang pasti jangan hanya yang baik-baik kalau itu udah tau"
H : "Wkwkwk.. Pinter tenan ki mbaku.. Mbak tu tulus orange"
A : "Lalu"
H : "Gantian to"
A : "Kok bisa... Mas aja belum jawab masa udah gantian. Tar dulu aku boleh nanya ga satu aja wes"
H : "Ya. Apa mbak?"
A : "Saat ini hati mas brasa sakit ya. Maap mas bukan niat lancang lho, tp kalau ga mau jawab juga gapapa kok
Tiba-tiba saja aku merasakan emosi yang ga stabil dan amukan yang ada di dalam dirinya sendiri itu jelas tertangkap olehku bahkan kepalaku sampai sedikit pusing.
H : "Huum mbak.. Sakit bukan karena istriku lo. Tapi karena temen ku. Lha wong barange wis tak leboke tas tempat alat di cari ndak katane ndak ada.."
Membaca pesan yang baru saja masuk membuat emosi juga egoku sedikit terusik. Sepertinya itu menegaskan bahwa kali ini tebakanku salah. Padahal aku ga mengatakan apa-apa karena aku hanya menangkap mood yang terjadi sekarang, tidak sampai menjelaskan dengan detail dan memang ga ada pikiran seperti itu.
A : "Nah lho kan ga nyebut merk mas. Maap mas klo omongaku kemaren dianggap menjelekkan istri mas"
Sepertinya penjelasanku kemaren seperti menegaskan bahwa semua persoalan yang membuat moodnya ga stabil, segala yang terjadi atas dirinya itu bersumber dari istrinya. Sebagai penegasan bahwa ini bukan tentang istrinya dan istrinya ga seburuk yang aku bayangkan, mungkin juga dia berpikir bahwa aku membenci istrinya, semua yang terjadi adalah karena ulah istrinya.
Entahlah apa yang sudah terbentuk dari pembicaraan kemaren, padahal aku hanya berkata tentang feelingku, kepekaanku tentang semua yang terjadi juga dari sikap sehari-harinya namun ga ada kata-kata yang menjelek-jelekkan istrinya pembicaraanku hanya menyimpulkan bahwa kebahagiaannya semu ga menyinggung soal istrinya tapi mengapa malah aku seperti orang yang membenci istrinya. Seingatku kemaren aku ga berkata banyak deh malah dia yang menceritakan segalanya dan aku memotong ceritanya jika aku ga mau ikut campur masalah ini.
Enggak sama sekali, bagaimana bisa membenci jika kenal saja tidak bahkan sistrinya bagaimana juga dia ga pernah cerita lalu alasan apa aku membencinya. Bahkan kemarenpun sudah aku tegaskan jika ga mau ikut campur, ga mau ikut masuk ke dalam karena itu sudah menjadi area pribadi jadi terserah bagaimana menyelesaikannya itu sudah bukan menjadi bagianku. Aku hanya menyampaikan apa yang aku tau itu saja ga lebih.
H : "Ndak kok. Ak yang salah ndak bisa bimbing istri"
A : "Klo masalah itu aku ga mau ikut campur mas.... beribu maap mas buat perkataanku kemaren"
H : "Malah aku seneng kok mbk. Ternyata ada yang peduli sama aku"
A : "Enggak mas, memang seharusnya aku ga ngasih alasan. Karena akan timbul masalah-masalah baru. Skali lagi aku mohon beribu maap ya mas"
Entah mengapa hatiku sakit, bukan sakit yang bagaimana tapi karena kecewa sudah mendapat tuduhan itu. Dan tiba-tiba di kepalaku sepintas ada kalimat 'sepertinya ini akhir dari pertemanan' ga ngerti mengapa ada kalimat seperti itu namun aku paham betul maksud dari kalimat itu. Semoga saja tidak terjadi.
Seperti tertuduh, kata-kata yang menyakitkan. Awalnya hanya berniat menyampaikan pesan, dan mungkin inilah mengapa tidak boleh di katakan alasannya karena akan timbul masalah-masalah baru namun waktu itu tetap saja aku ungkap semuanya dengan gamblang dan pertahananku pun jebol mulai lah air mengalir begitu deras. Sungguh ga ada maksud untuk menjelek-jelekkan atau pun sejenisnya piyur kemaren hanya menyampaikan pesan dan yang aku tau saja dan sekarang hanya bertanya ga menanyakan alasan atau menebak alasannya tapi..., ya sudahlah. Ga perlu menyalahkan karena memang ini memang sepenuhnya aku yang salah karena sok tau dengan mood orang lain.
H : "Jangan gitu to"
A : "Bisa ganti tema ga mas jangan bahas ini lagi. Dari kemaren malam, pagi ampe sekarang...."
H : "Ya ya.. Lha tema apa?"
A : "Plz mas jangan perlebar masalah ini, kasihani aku. Udahan dulu ya mas dilanjut besok aja ngobrolnya, klo mas butuh teman buat dengerin aku siap dengerin. Maap juga bbm td pagi baru brani bales sore.
Aku tidur dulu mas, tiba-tiba yesek soale"
H : "Siaaap. Ya mbk.. Met bobo" (06/09)
★Ell