Beberapa hari tidur bareng ibuk, sungguh ga enak rasanya kalau tidur tidak di kamar sendiri tetap saja tampak beda. Mungkin karena kamar adalah tempat yang paling prifasi milik setiap orang sehingga memiliki bau yang berbeda-beda walaupun masih dalam satu atap, akan tampak terlihat jika kita memasuki tidak hanya penataan ruang juga bau yang tercium. Kamar di setting seperti keinginan pemiliknya, jadi menurutku kamar memiliki ciri khas dengan bau orang yang menempatinya. Dan karena ini kamar ibu jadi semua yang tercium adalah bau ibu tidak ada sedikitpun yang menyerempet atau menandakan bahwa aku juga ada disana. Stile ibuk lah pokoknya.
Beberap hari ini aku seperti pecundang, yang lari dan bersembunyi di tempat lain hanya karena sesuatu hal yang aku alamai. Ketakutan itu datang, bukan menghadapi lalu melawannya malah bersembunyi dan itu menjadikan ketakutan itu semakin leluasa menguasaiku sepenuhnya. Aku benar-benar ketakutan, jangankan untuk tidur di kamarku sendiri pada waktu siang yang terang benerang pun aku tak berani untuk naik dan mengambil beberapa barang yang aku perlukan.
Tidur di kamar ibu, malam seperti berjalan lambat. Tak merasakan tidur nyenyak dan ketika terbangun badan ini sakit semua. Ini bukan karena aku tidur di bawah, karena di kamarku pun sering tidur di lantai bahkan malah tanpa alas. Capek yang teramat sangat, tubihku serinh merasakan getaran seperti orang tersetrum dan hetaran itu di sekujur tubuhku bahkan terkadang aku merasakan sesak nafas dan kaki ku terasa sangat lemas.
Ada apa ini sebenarnya, untung saja ada yongsa yang dengan sabarnya mendengarkan keluh kesahku setiap malam bahkan juga ikut merasakan dan sesekali mencoba untuk mengambil segala yang kurasakan, mungkin yongsa ga tega melihatku yang merasa tersiksa setiap hari dengan ketakutan dan getaran yang tak pernah henti datang padaku. Bahkan sempat juga tanpa sepengetahuanku yongsa mencari (mendatangi) sosok yang akhir-akhir ini terus saja membuntutiku untuk memperingatkan bahwa jika benar meebutihkan pertolongan atau ingin berinteraksi untuk menampakkan diri namun jika tidak dimohon untuk tidak mengganggi. Makasih sayang untuk semuanya.
Namun ada satu hal yang sedikit mengganggu, setelah beberapa hari ini tidur di tempat ibuk baik aku maupun yongsa ga bisa saling mendatangi, aku ga bisa menjenguk yongsa, yongsa pun demikian tidak bebas datang ke tempatku. Padahal yongsa sering banget tu datang untuk menjengukku apa lagi ketika sedang tidur tapi sekarang ga bisa, yang terlihat hanya hitam. Seperti ada penghalang yang ada diantara kami dan itulah sebabnya mengapa kami tidak bisa bebas datang untuk sekedar menengok keberadaan masing-masing seperti biasanya.
A : "Met pagi yo. Maap semalam ketiduran ga sempet pamit. Beberapa hari ini kan aku tidur tempat ibuk, aku juga ga bisa liat kamu"
Y : "Iya selamat pagi juga yo. Sarapan yo, nasgor"
A : "Jam segini udah sarapan seh. gimana tidurmu semalam yo"
Y : "Iya, laper banget"
Y : "Lebih tenang dari sebelumnya. Kamu gimana semalem?"
A : " Tidur tempat ibu brasa ga ngapa-ngapain. Tapi badan tetep capek"
Y : "Mungkin ada aktifitas yang kamu sendiri ndak tau"
A : "Ya bisa jadi. Ni gi apa yo"
Y : "Coba dikoreksi lagi yo, tapi santai aja."
Y : "Abis ngrecokin ibu yang motongin kain, trus aku iseng-iseng jahit, setika langsung kebayang ipan gunawan, yasalam..... Langsung aku matiin mesinnya."
Mendengar cerita ini sebenarnya ingin ketawa dan berkomentar namun aku urungkan karena takut yongsa marah, apa lagi ini masih dalam suasana mencairkan suasana yang mulai kaku dan memanas. Semoga ga ada lagi yang bergejolak, aku inginkan kedamaian yang nyaman dengan seluruh cerita tentang kita.
Y : "Yoo kamu kenapa?"
Y : "Kamu kenapa yoo?"
A : "Koreksi gimana. Emang apa yang kamu rasakan"
Y : "Yang maksudku, kamu bedah kejadian saat kamu tertidur itu"
A : "Ga inget apa-apa"
Bagaimana aku harus memulai, menganalisa dan membedah semua yang aku alami di alam bawah sadarku sementara ketika bangun tidak ada satu pun yang bisa aku ingat, ga ada secuilpun cerita yang nyangkut yang bisa aku ingat dan aku bagi denganmu. Semua bercampur, bahkan aku pun ga tau berada dimana dan apakah aku mimpi atau tidak setiap malamnya pun tak bisa aku ingat. Yang aku tau hanya ketika bangun badan ini rasanyasakit semua.
Y : "Itu bukan jawaban dari tanyaku."
Y : "Pelan-pelan ditelusuri"
A : "Yang bagaimana. Udah tiap bangun tidur aku coba ingat semalem tu ngapain tapi ya ga nemu apa-apa hanya hitam"
A : "Aku ga ingat berpetualang kemana, ngelakuin kegiatan apa, berada dimana sama sekali ga ada yang aku ingat"
Selama tidur di kamar ibu aku sama sekali ga bisa mengingat sedikitpun tentang mimpiku, tentang kegiatan yang ada di dalam tidurku. Dan tanpa kamu minta pun setiap hari aku mencoba mengingat segalanya itu yo, tapi hasilnya sama saja ga ada yang aku ingat bahkan aku juga terus mencoba mencari tau bukan hanya semalam juga kemaren dan kemarennya lagi tapi ya kosong, yang aku ingat hanya ruangan hitam tak lebih dari itu.
A : "Emang apa yang kamu rasain yo"
Y : "Banyak, salah satu nya mungkin kamu kehilangan diri kamu sendiri. Tapi semoga aku salah rasa"
A : "Coba jabarkan yo"
Y : "Sepertinya kamu butuh waktu untuk diri sendiri"
A : "Maksudnya gimana seh sayang"
A : "Yo yo yooooo. Terjemahin donk yang kamu rasain"
Y : "Apa perlu dijabarin ketika rasa udah menerangkan semuanya. Bukan kah kamu merasakan hal itu?"
A : "Yang aku rasakan hanya blank. Makanya aku tanya"
Y : "Yoo, hanya tangan dan bahu yang aku berikan, bukan tentang perkataan ataupun solusi."
A : "Ya udah lah"
Mungkin kamu benar yo, aku kehilangan diriku sendiri dan membutuhkan waktu untukku berfikir agar mendapat kejelasan tentang semua yang terjadi. Tapi darimana aku harus memulai bila kau juga tak memberikan panduan atau memberi masukan untukku. Iya aku harua mencarinya sendiri, menjabarkan perlahan tentang yang kualami hingga sekarang.
Aku ga tau apa yang membuatmu jengkel tapi mungkin ada kaitannya dengan kamu yang ga bisa menjengukku disaat malam atau disaat-saat tertentu ketika kamu inginkan. Ya, kamu jengah karena adanya pembatas dan ga bisa menembusnya. Pembatas yang tak terlihat, ga mudah untuk di tembus bagaimanapun kamu berusaha. Padahal biasanya kita bisa bebas kapan saja bertandang ke tempat masing-masing hanya untuk menjenguk dan melihat apa yang sedang dilakukannya, sesuatu yang bisa membuat hati tenang namun saat ini ga bisa kita lakukan. (12/09)
Beberap hari ini aku seperti pecundang, yang lari dan bersembunyi di tempat lain hanya karena sesuatu hal yang aku alamai. Ketakutan itu datang, bukan menghadapi lalu melawannya malah bersembunyi dan itu menjadikan ketakutan itu semakin leluasa menguasaiku sepenuhnya. Aku benar-benar ketakutan, jangankan untuk tidur di kamarku sendiri pada waktu siang yang terang benerang pun aku tak berani untuk naik dan mengambil beberapa barang yang aku perlukan.
Tidur di kamar ibu, malam seperti berjalan lambat. Tak merasakan tidur nyenyak dan ketika terbangun badan ini sakit semua. Ini bukan karena aku tidur di bawah, karena di kamarku pun sering tidur di lantai bahkan malah tanpa alas. Capek yang teramat sangat, tubihku serinh merasakan getaran seperti orang tersetrum dan hetaran itu di sekujur tubuhku bahkan terkadang aku merasakan sesak nafas dan kaki ku terasa sangat lemas.
Ada apa ini sebenarnya, untung saja ada yongsa yang dengan sabarnya mendengarkan keluh kesahku setiap malam bahkan juga ikut merasakan dan sesekali mencoba untuk mengambil segala yang kurasakan, mungkin yongsa ga tega melihatku yang merasa tersiksa setiap hari dengan ketakutan dan getaran yang tak pernah henti datang padaku. Bahkan sempat juga tanpa sepengetahuanku yongsa mencari (mendatangi) sosok yang akhir-akhir ini terus saja membuntutiku untuk memperingatkan bahwa jika benar meebutihkan pertolongan atau ingin berinteraksi untuk menampakkan diri namun jika tidak dimohon untuk tidak mengganggi. Makasih sayang untuk semuanya.
Namun ada satu hal yang sedikit mengganggu, setelah beberapa hari ini tidur di tempat ibuk baik aku maupun yongsa ga bisa saling mendatangi, aku ga bisa menjenguk yongsa, yongsa pun demikian tidak bebas datang ke tempatku. Padahal yongsa sering banget tu datang untuk menjengukku apa lagi ketika sedang tidur tapi sekarang ga bisa, yang terlihat hanya hitam. Seperti ada penghalang yang ada diantara kami dan itulah sebabnya mengapa kami tidak bisa bebas datang untuk sekedar menengok keberadaan masing-masing seperti biasanya.
A : "Met pagi yo. Maap semalam ketiduran ga sempet pamit. Beberapa hari ini kan aku tidur tempat ibuk, aku juga ga bisa liat kamu"
Y : "Iya selamat pagi juga yo. Sarapan yo, nasgor"
A : "Jam segini udah sarapan seh. gimana tidurmu semalam yo"
Y : "Iya, laper banget"
Y : "Lebih tenang dari sebelumnya. Kamu gimana semalem?"
A : " Tidur tempat ibu brasa ga ngapa-ngapain. Tapi badan tetep capek"
Y : "Mungkin ada aktifitas yang kamu sendiri ndak tau"
A : "Ya bisa jadi. Ni gi apa yo"
Y : "Coba dikoreksi lagi yo, tapi santai aja."
Y : "Abis ngrecokin ibu yang motongin kain, trus aku iseng-iseng jahit, setika langsung kebayang ipan gunawan, yasalam..... Langsung aku matiin mesinnya."
Mendengar cerita ini sebenarnya ingin ketawa dan berkomentar namun aku urungkan karena takut yongsa marah, apa lagi ini masih dalam suasana mencairkan suasana yang mulai kaku dan memanas. Semoga ga ada lagi yang bergejolak, aku inginkan kedamaian yang nyaman dengan seluruh cerita tentang kita.
Y : "Yoo kamu kenapa?"
Y : "Kamu kenapa yoo?"
A : "Koreksi gimana. Emang apa yang kamu rasakan"
Y : "Yang maksudku, kamu bedah kejadian saat kamu tertidur itu"
A : "Ga inget apa-apa"
Bagaimana aku harus memulai, menganalisa dan membedah semua yang aku alami di alam bawah sadarku sementara ketika bangun tidak ada satu pun yang bisa aku ingat, ga ada secuilpun cerita yang nyangkut yang bisa aku ingat dan aku bagi denganmu. Semua bercampur, bahkan aku pun ga tau berada dimana dan apakah aku mimpi atau tidak setiap malamnya pun tak bisa aku ingat. Yang aku tau hanya ketika bangun badan ini rasanyasakit semua.
Y : "Itu bukan jawaban dari tanyaku."
Y : "Pelan-pelan ditelusuri"
A : "Yang bagaimana. Udah tiap bangun tidur aku coba ingat semalem tu ngapain tapi ya ga nemu apa-apa hanya hitam"
A : "Aku ga ingat berpetualang kemana, ngelakuin kegiatan apa, berada dimana sama sekali ga ada yang aku ingat"
Selama tidur di kamar ibu aku sama sekali ga bisa mengingat sedikitpun tentang mimpiku, tentang kegiatan yang ada di dalam tidurku. Dan tanpa kamu minta pun setiap hari aku mencoba mengingat segalanya itu yo, tapi hasilnya sama saja ga ada yang aku ingat bahkan aku juga terus mencoba mencari tau bukan hanya semalam juga kemaren dan kemarennya lagi tapi ya kosong, yang aku ingat hanya ruangan hitam tak lebih dari itu.
A : "Emang apa yang kamu rasain yo"
Y : "Banyak, salah satu nya mungkin kamu kehilangan diri kamu sendiri. Tapi semoga aku salah rasa"
A : "Coba jabarkan yo"
Y : "Sepertinya kamu butuh waktu untuk diri sendiri"
A : "Maksudnya gimana seh sayang"
A : "Yo yo yooooo. Terjemahin donk yang kamu rasain"
Y : "Apa perlu dijabarin ketika rasa udah menerangkan semuanya. Bukan kah kamu merasakan hal itu?"
A : "Yang aku rasakan hanya blank. Makanya aku tanya"
Y : "Yoo, hanya tangan dan bahu yang aku berikan, bukan tentang perkataan ataupun solusi."
A : "Ya udah lah"
Mungkin kamu benar yo, aku kehilangan diriku sendiri dan membutuhkan waktu untukku berfikir agar mendapat kejelasan tentang semua yang terjadi. Tapi darimana aku harus memulai bila kau juga tak memberikan panduan atau memberi masukan untukku. Iya aku harua mencarinya sendiri, menjabarkan perlahan tentang yang kualami hingga sekarang.
Aku ga tau apa yang membuatmu jengkel tapi mungkin ada kaitannya dengan kamu yang ga bisa menjengukku disaat malam atau disaat-saat tertentu ketika kamu inginkan. Ya, kamu jengah karena adanya pembatas dan ga bisa menembusnya. Pembatas yang tak terlihat, ga mudah untuk di tembus bagaimanapun kamu berusaha. Padahal biasanya kita bisa bebas kapan saja bertandang ke tempat masing-masing hanya untuk menjenguk dan melihat apa yang sedang dilakukannya, sesuatu yang bisa membuat hati tenang namun saat ini ga bisa kita lakukan. (12/09)
★Ell