Y : "Yoo nglilir yoo"
pesan di jam 02.25 dan utu tandanya.... bangun sepertiga malam.
pesan di jam 02.25 dan utu tandanya.... bangun sepertiga malam.
A : "Hu um"
Y : "Langsung aja, ndak usah nunggu lama"
A : "Ni lho udah wudhu"
Y : "Yoo, bangun lagi yo."
Panggilan untuk yang ke dua kalinya 04.22 itu tandanya menyambut fajar.
Panggilan untuk yang ke dua kalinya 04.22 itu tandanya menyambut fajar.
Ibu yang tiba-tiba membuka pintu kamar dan menyalakan lampu kamar. Aku yang tidur menghadap tembok membelakangi pintu seketika terkaget dengan suara pintu yang terbuka dan ruangan yang terang. Masih di bawah sadar aku mencoba mengingat apa yang terjadi, sepertinya nyawaku belum sepenuhnya terkumpul. Aku melihat ibu di depan pintu sambil menangis. Ada apa ini antara sadar dan belum aku coba fokus tapi kepalaku masih pusing karena kaget.
Ibu : "Rizky meninggal..." sambil terus menangis dan sesekali menghapus air matanya dengan baju yang dikenakannya.
A: "haaaaaaa..."
Ibu : "Rizky anaknya Ton meninggal. Kasihan padahal baru saja lulus SMU, orang tuanya baru saja bisa bernafas. Sedikit-sedikit bisa bantu meringankan beban ibunya malah meninggal. Padahal semalam masih ikut arisan remaja, ibunya juga masih berangkat arisan pkk lha kok baru saja dikabarkan meninggal.
Ibu : "Jaga bawah bapakmu muter-muter ngurusi di bawah ga ada orang, mau subuhan dulu" kebetulan saatnya adzan subuh.
Ibu : "Dulu paspak Daman meninggal bu Daman nangis gerung-gerung ibu ga nangis tapi ini dengar Rizky meninggal aku tangisi, sebabnya kasihan ayahnya sudah ga ada, ibunya banting tulang kerja sendirian ketika sudah mau enak beban berkurang bisa bantu-bantu ibunya malah meninggal. Baru lulus kemaren semalam juga masih ikut pertemuan remaja, sehat ga kelihatan sakit.
Setelah itu ibu pun turun, aku masih mencoba mencari-cari anaknya yang mana tapi sekelebat di depan kamarku seperti ada yang lewat. Aku pun bergegas turun karena di mushola suara khomat sudah terdengar itu tandanya ibu juga sudah berangkat.
Dengan lampu redup aku bawa hp untuk hiburan. Duduk di bangku sendirian dengan situasi lengang karena kedua adikku masih tidur di kamar sedangkan bapak lagi di tempat duka sedangkan ibu baru saja berangkat ke mushola.
Hari ini rasanya tidak seperti biasanya, aku mendengar sayup suara-suara dan seperti ada yang memperhatikanku dengan tajam. Rasa takut mulai menghinggapiku tapi ketegaranku sepertinya kali ini tergoyahkan karena tubuhku mulai ada getaran dan tanganku sesekali juga bergetar pelan. Benar-benar gagal bertahan. Banyak motor berseliweran depan rumah, untuk mengusir takut aku keluar sekalian untuk melihat suasana disana. Bersamaan dengan ibu yang pulang dari mushola sambil cerita dengan tetangga masih dengan tema yang sama.
Sekali lagi ibu bercerita sambil terus menangis, bahwa malam masih ikut pertemuan remaja dan ibunya arisan pkk di sebelah rumahku. Tidak ada tanda apa-apa tengah malam dibawa ke rumah sakit untuk memastikan, di rumah sakit memastikan sudah meninggal sebelum sampai entah di perjalanan atau di rumah juga sudah di pacu jantung tapi tetap tidak bisa tertolong. Ketika jenazah ingin dibawa pulang ditahan oleh pihak rumah sakit dengan alasan harus menyelesaikan administrasi dulu karena untuk membawa pulang jenazah tentunya menggunakan mobil ambulans dan itu tidak gratis.
Sampai adu mulut antara yang ngantar dengan pihak rumah sakit yang kekeh harus menyelesaikan administrasi dulu baru bisa dibawa pulang. Uang darimana untuk menyelesaikan administrasi, oleh pengantar akhirnya bercerita bahwa ia ayahnya sudah meninggal, ibunya hanya buruh kasar yang gajinya ga seberapa namun pihak runah sakit ga mau peduli dengan itu lantas salah satu mengantar mengatakan ga usah pake ambulan biar diangkut dengan mobilnya saja dan dengan mempertimbangkan keadaan ekonomi barulah jenazah boleh dibawa pulang. Ibu pun berkata jika banyak orang yang menangis dengan kepergiannya, merasa kasihan karena masih muda terlebih anaknya baik, dan tau membantu orang tua. Merinding mendengar cerita itu tapi tetap saja aku merasa ada yang memperhatikan setiap gerakku.
A : "Ni udah bangun yo. Tapi sholatnya bentar nunggu ibu datang dari mushola suruh jaga bawah"
A: "Yo temenin"
Tak ada tanggapan mungkin setelah sholat yongsa ga melihat hp langsung tidur lagi.
Setelah ibu datang aku kembali ke kamar untuk sholah subuh. Aku ga tenang jujur aku takut seperti ada yang memperhatikan dan mengawasi setiap gerakku. Bahkan ada yang mondar mandir. Ketika selesai shilat waktu masih berdoa aku sempat terusik dengan suara gaduh dan kegiatan di belakangku tepatnya di pintu tapi pas aku lihat disana ga ada apa-apa. Kembali melanjutkan melantunkan doa, mengusir rasa takut yang ada di dalam diriku dan kembali tidur meskipun susah untuk kembali memejamkan mata.
Y : "Iya yoo" ada pesan masuk jam 06.02
Y : "Kenapa yo"
A : "Dari semalam manggil-manggil kamu tapi ga ketemu. Tadi pas subuh brasa ada sesuatu. Rasanya merinding trus pas habis sholat pas lagi baca-baca pintu kamar kaya ada yang ngetuk dibelakang arah pintu kaya ada yang liatin tapi pas aku nengok ga ada"
Y : "Aku semalem seperti diculik, ndak tau kemana. Mungkin ada kaitannya ama ibunya temen kamu itu. Barang kali ada yang mau disampein"
A : "Malam pas bales bbm teman tu aku merasakan nyesek trus aku tanya apa dia lagi sakit hati jawabnya iya tapi dipertegas bukan ama istrinya tapi ama temannya"
Y : "Lalu"
A : "Sedikit sensi juga tu dengernya trus aku minta maap soal ucapanku tempo hari, dia bilangnya malah dia berterima kasih. Beberapa kali aku minta maap ama dia karena waktu itu aku bilang harusnya ga bilang alasannya nanti akan timbul masalah baru trus tiba-tiba aja aku merasakan sesak napas"
A : "Aku coba cari tau ada apa tapi ga ketemu. Tapi mengarah ke sosok beliau. Semakin lama tambah sesek banget ampe nangis aku."
Y : "Jelas kuncinya di beliau."
A : "Seperti paginya itu kan temanku menyapa to tapi pas aku liat dia pasang pic ibunya aku liat ga ada senyum sama sekali, hanya kesedihan dan air mata trus mulai deh tanganku bergerak-gerak ngerasain sesek juga"
A : "Aku harus bagaimana yo... Semalem waktu dia memperjelas kalau sakit hatinya bukan ama istrinya melainkan ama teman sepintas dalam pikiran ini tanda kalau hubungan pertemanan akan berakhir aku ga tau ada pikiran kaya gtu kenapa"
A : "Aku harus bagaimana"
Y : "Udah ada petunjuk lebih dari beliau lagi belum?"
A : "Belum ada. Berkali-kali coba interaksi sosok beliau saja ga seperti ga terlihat"
Y : "Kalau belum, ya kamu tanya aja ama beliau. Beliau sepertinya kepingin ngomong banyak. Ingin menyelesaikan semuanya , namun tetep menjaga pertemanan mereka."
A : "Seperti hanya bisa merasakan kesedihan, gimana sakitnya aja sampai saat ini. Udah aku tanya yo tapi ga pernah bisa, beliau cuma diam. Entah saking sedihnya sampai ga bisa mengutarakan apa mau beliau ato gimana."
A : "Dari kemaren tanganku sering gerak sendiri lho tapi cuma pelan"
Y : "Mungkin belum waktunya, ya seperti yang kamu rasa, beliau masih dalam keadaan sedih. Jika sudah membaik dan siap, beliau akan memberi petunjuk.
A : "Kalau seperti yang aku rasain itu sedih banget lho yo, nyesek sampe napas saja terlalu sulit (kaya orang sesak napas). Apa aku harus menulis biar beliau hadir dan menyuarakan lewat tulisanku"
Y : "Boleh dicoba itu, siapa tau lewat tulisan bisa menjelaskan. Sebenarnya kalau memang udah siap, beliau akan mengutarakan. Sendiri, entah langsung berinteraksi ama seseorang atau juga ditunjukan lewat mimpi."
A : "Tadi pas adzan subuh ibu bangunin aku pas nyuruh jaga dibawah ibu bilang kalau ada tetanggaku yang meninggal ampe ibu nangis yang meninggal tu baru lulus sma udah ga punya bapak, ibu mikir baru saja lulus baru mau bisa bantu ibunya soalnya neneknya tu itungan banget padahal katanya malam masih ikut kumpulan remaja.
Nah pas di bawah itu brasa takut, ada suara-suara ga jelas apa lagi kan sekarang kepekaan pendengaran ama penciuman sudah mulai terbuka makanya aku minta temeni kamu"
A : "Kalau beliau belum siap kenapa hanya menunjukkan kesedihan hatinya saja"
Y : "Hanya ingin berbagi dulu, beliau terlalu rapuh untuk memikul. Kesedihan itu. Butuh waktu, butuh ketegaran, kekuatan untuk menyampaikan dan menjelaskan nya"
A : "Gtu ya. Baiklah kalau itu bisa sedikit mengurangi beban beliau, bisa membuat beliau tersenyum aku siap"
Y : "Mungkin. Aku juga belum pernah. Kalau beliau datang, ya disambut, trus tanya maksud tujuannya, jika beliau diem dan hanya memperlihatkan kesedihannya, yang kamh tegur aja dengan sopan."
A : "Aku ga bisa melihat sosoknya yo. Udah pernah nanya apa yang ingin disampaikan tapi ga ada suara apa pun"
Y : "Ya berarti kamu harus berkata dalam hati (andai beliau hadir) --> wahai ibu berwujudlah, nampaklah. Atau dengan bahasamu sendiri. Intinya untuk diperlihatkan sosok beliau."
A : "Gtu ya. Apa karena kepekaanku kurang jadi ga bisa melihat dimana keberadaan beliau"
A : "Ni gi apa yo"
Y : "Mungkin. Tapi sepertinya beliau memang sengaja ndak menampakkan sepenuh nya. Hanya memberi isyarat bahwa beliau ada. Misteri."
Y : "Selesai mandi yo."
A : "Brati aku nunggu aja ni. Tumben jam segini udah mandi, emang mau kemana. Yanh bicara dari tadi benar kamu apa yang laen yo"
Y : "Jika ada tanda-tanda beliau ada disekitar, ya kamu sambut trus kamu suruh beliau nampak didepanmu, tapi dengan nada sopan."
Y : "Ndak kemana-mana Kepingin mandi aja. Aku ndak bisa membedakan aku atau yang lain. Entahlah."
A : "Iya aku coba mengenali waktu beliau datang. Ngerasanya kaya mendapat wejangan dari seseorang yang bijak, sabar"
A : "Trus semalam kmu diculik kemana yo"
Y : "Pan udah ada tanda-tandanya, seperti yang kamu bilang ke aku."
A : "Maksudnya? Maksudnya yang mana"
Y : "Ndak tau kemana, diculik siapa yanh ndak tau. Tujuannya apa juga ndak tau. Ngerasa kaya mndapat............................. Itu lho"
A : "Trus keadaan disana kaya apa"
A : "Iya dari pagi ngobrol tu bukan seperti ngobrol ama kamu yo tapi ama seorang bapak yang sudah berumur yang bijak, beliau juga sabar"
Y : "Ndak tau seperti gimana. Yang ada hanya gelap. Akupun dalam keadaan tidak sadar waktu diculik"
Y : "Masa sih?"
A : "Petualangan aneh. Iya benar yo aku ngerasanya gtu."
A : "Kenapa tiba-tiba kangen ya"
A : "Kamu kenapa lagi yo brasa ga semangat gtu deh"
Y : "Emang aneh. Seperti hanya meminjam 'aku' saja, tapi tanpa melibatkan 'aku'. Haha.."
Y : "Aku malah ndak tau. Hadeeh"
Y : "Kangen siapa yo?"
A : "Hati-hati lho yo jangan sampai dimanfaatkan"
Y : "Ndak kenapa-kenapa yo. Biasa aja. Pan emang seperti ini yo. Piye too"
A : "Kangen yang lagi baca.... tu tu tuuuuu"
A : "Enggak, brasa laen malah lebih parah dari kemaren. Apa karena kamu capek"
Y : "Iya. Padahal aku selalu berdoa sebelum tidur. Minta petunjuk yang bisa aku mengerti fahami dan bisa aku jalani, diberi bimbingan, dijaga dan didampingi sepanjang masa serta banyak lagi. Malahan setiap tidur aku bari play hasbunalloh berulang kali sampai aku terbangun dipagi hari baru aku matiin. Andai dimanfaatin pun tidak mungkin."
Y : "Yang lagi baca aku yoo.
Y : "Dulu keseharian umum, aku ndak ada aktifitas yang menguras tenaga maupun fikiran. Lalu apa yang menyebabkan rasa capek itu? Apa mungkin ada aktifitas diluar kesadaranku?"
A : "Bisa saja yo, sekarang banyak orang jahat. Yang jelas kamu hati-hati ya jangan mudah terpengaruh dalam hal apa pun coba lebih kenali suara-suara yang datang
A : "Aktifitas disaat tidur sama waktu siang lebih banyak waktu tidur, banyak energi yang keluar setauku begitu... Tapi buat orang yang normal mungkin malam benar-benar waktu buat rehat 100% "
Y : "Iya. Bantu ya sayang. Iya, aku ngerasa juga seperti itu. Malah lebih melelahkan."
A : "Iya, saling mengingatkan aja yo."
Y : "Malahan akhir-akhir ini aku sering beraktifitas di saat tidur, namun aku belum juga memahami akan hal itu. Apa dan bagaimana aktifitas itu."
A : "Aku pernah nanya temanku itu hal biasa suatu saat bisa ngontrol pikiran kok. Katanya sekarang turuti saja apa maunya nanti gantian mereka yang akan menuruti kita"
Y : "Iya"
Y : "Hu'um. Makanya aku pasrah aja mau diapain. Mungkin untuk membersihkan diriku."
A : "Iya yang penting mencoba berbuat yang terbaik aja yo. Berpikir positif dan merubah hal-hal jelek."
Y : "Hu'um. Kamu masuk apa yo?"
A : "Masuk jam 2 kenapa mau nganter kah..."
Y : "Emang setiap hari kamu tuh siapa yang nganter? *sinis*
A : "Yang nganter ya abu
Y : "Hahaha"
A : "Ada doraemon yo" ketika melihat acara televisi tak sengaja menemukan film kartu, lumayan lah daripada nonton gosip artis atau sinetrom yang isinya hanya tangis-tangisan dan rebutan warisan doank.
Y : "Dimana?"
A : "Rcti"
Y : "Ini malah ibu nonton emenci tipi. Biasalah emak-emak. Ndak boleh diganggu gugat lagi. Mau keatas males."
A : "Sinetron tangis-tangisan pasti"
Y : "Ah you know lah. Besok kamu kalau udah tua juga gitu paling. Hahahaa"
A : "Nononooo. Ga suka sinetron tapi kalau drama korea ya mikir-mikir lah. Hehehehe"
Y : "Halaaaah sama aja?"
A : "Beda lah"
Y : "Kalau drama korea itu yg aku suka cara mereka berbincang berdialog. Beda ama gaya bacara indonesia"
A : "Sini aja yo nonton bareng sekalian nemenin rumah sepi"
A : "Nah tu kan beda"
Y : "Lah emang lagi pada kemana? Tadi dapet wejangan dari ibu trus dapat omelan juga. Hahahaa"
A : "Adeku cewek masih ngendon dikamar, bapak ama ibu lagi layat ade cowok maen. Wejangan apa"
Y : "Kenapa kamu ndak ikut ngelayat? Ya gt dah. Tentang usaha."
A : "Ga berani"
Y : "1 hal yang bikin menyipitkan mata dan mengerutkan dahi, yaitu soal pernikahan. Yaa, disuruh buruan nikah. *langsung pura-pura blo'on*
Y : "Apa yang ditakutkan?"
A : "Kalau ngelayat juga cuma diluar ga brani masuk... Kalau liat ga bisa tidur kebayang-kebayang terus kadang ampe ga berani tidur sendirian"
A : "Hahahaha"
A : "Kalimat sakti para ornk tua."
Y : "Lah ko' gt. Apa terlihat menyeramkan gtu? Atau ada alasan lain?"
A : "Ga tau. Kalau liat tu terus kebayang-bayang bahkan merem pun masih kebayang. Trus kalau tidur suka gelisah dikit-dikit bangun"
A : "Kalau menyeramkan seh enggak yo. Cuma kaya ada sesuatu aja tapi ga tau itu apa"
A : "Kan sebenarnya aku penakut"
Y : "Lahir didunia dalam wujud bayi trus beranjak masuk TK, SD, SMP, SMU, kuliah (kalau mampu), kerja, menikah, membesarkan anak, menimang cucu kemudian meninggal. Itu sirkulasi yang gimana to? Apa memang harus seperti itu? Ndak adakah sesuatu yang lain yang harus dikerjakan? Hiduuuuuuup
Y : "Kamu terlalu menghebohkan sayang."
A : "Sirkulasi sebagai makluk sosial"
Y : "Penakut yang tangguh kamu itu."
Y : "Trus harus mengikuti itu sirkulasi. Ya, memang sih kita harus melewati dan berada di lingkaran itu. Tapi hanya itu kah yang akan dilakukan?"
A : "Buat sebagian besar akan mengikuti alur yang sudah terjadi sebelumnya, seperti tinggal lewat jalan yang udah dibentuk pendahulunya tapi untuk kelompok kecil lainnya berpikir hidup untuk orang lain, mengabdikan dirinya membuat senyum-senyum mungil"
A : "Hahahaha mana ada penakut tangguh yo"
A : "Itu tergantung individunya masing-masing yo, ada yang hanya mengikuti alur, ada yang ngikuti alur tapi juga sambil melihat-lihat sekitarnya, ada yang menyerempet sedikit membuat jalan tapi masih sejalan dengan jalan utama ada juga yang melawan arus bahkan membuat jalannya sendiri"
Y : "Tapi kenapa seakan di desak untuk segera, padahal kan bila tiba waktu nya juga bakalan mengalami."
Y : "Ada. Iya kamu itu penakut yang tangguh.. Eeh yoo dikakimu ada ulet, kloget kloget. Hahahaa"
A : "Karena bagi orang tua kebahagiaan terbesar melihat anaknya sudah punya keluarga sendiri menimang dan bermain dengan cucu (saat itu mungkin mereka bisa melepas lelah setelah menjaga kita) karena mereka ga tau akan hidup sampai kapan. Makanya disuruh cepet-cepat yo. Kagak takut
Y : "Bisa jadi seperti itu, tapi pan dalam lingkup keluarga ku udah ada yang ngasih cucu ((NGASIH CUCU)). Dan menjadikan alasan yang kamu utarakan itu luntur. Toh juga udah mempunyai cucu dari adekku.
Terkadang aku bingung maunya apa, entah dari keluarga yang disini maupun keluarga yang disana, sama aja. Menyebalkan. Aku juga kepingin nikah dan memberi keturunan. Tapi kan ndak segampang itu untuk mencari pasangan. Terlebih ortu ku semua nya pernah gagal. Makanya aku ndak mau itu terlulang menurun di kehidupan ku. Kalau asal-asalan mah udah dari 3 tahunan lebih aku nikah. Aaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk"
A : "Haaai... anak ibu bukan saja ade, kamu kan juga bagian dari keluarga. Orang tua pengen liat semua anaknya 'mentas' agar tanggung jawabnya berkurang."
A : "Iya tau, orang tua bilang seperti itu hanya mengingatkan bahwa anaknya sudah besar sudah pantas untuk memiliki keluarga sendiri. Bisa jasa kan ibu kamu berpikir kalau kamu udah mampu memikul tanggung jawab menjadi kepala keluarga begono loooh....
Cie cieeeeee yang ga bisa terlupakan itu ya"
Y : "Malahan aku disuruh kerja di pabrik, trus suruh nyari istri orang pabrik. Hadeeeeh, entah lah ibu itu apa maksudnya. Bukan merendahkan atau apalah, bukan. Masukan dari ibu kebanyakan bertolak belakang dengan ku. Aku yang tidak mau terjebak dalam waktu, masa' dari sekolah SD sampai kerja selalu ditentukan oleh waktu, JAM. Di pukul (arahan jarum jam) ini harus ini itu. Trus bebas nya di 'pukul' sekian. Membosankan. Aku kepinginya bebas, tapi tetep tau batasan, dan masih terarah. Lagi-lagi serangan ibu bertubi-tubi. Yasalam.
A : "Hahahahaha"
Y : "Udah gede baru merasa punya tanggung jawab? Hadeeeh. Bukan menuntut lho ya, tapi saat aku kecil dimana rasa tanggung jawab itu? Disaat aku jadi gelandangan/anak jalanan, dimana rasa tanggung jawab itu? Bukan dendam atau apalah, tapi hanya mempertanyakan. Serius aku tidak ada rasa dendam atau benci."
A : "Mikirnya ibu kamu disuruh kerja di pabrik kan nantinya punya penghasilan tetap, kalau masalah istri orang pabrik nangkapku karena mereka terbiasa kerja keras, ga banyak ngeluh dan karena ibu kamu lebih familiar dengan mereka"
Y : "Siapa yang ndak bisa terlupakan. iiiiiihk. Ya memang waktu itu rada susah, sulit untuk melupakan, tapi seiring berjalan nya waktu udah bisa netral. Kalau orang nya sih jelas masih inget, tapi kalau ditanya tentang rasa, ya udah NOL, netral."
A : "Yo itu hanya mengingatkan bukan sebuah tuntutan karena ibu sadar anak kecilnya sudah dewasa, sudah saatnya menikah apa lagi selama ni kamu ga pernah ngajak cewek maen kerumah dan ngenalin ama ibu itulah yang sedikit menjadi pikiran"
A : "Aah yg bener udah netral ni. Hahahahaha"
A : "Sebenarnya cinta itu apa seh"
Y : "Bukannya bersukur, atau mengutuk lho ya. Aku kepingin lebih dari sekedar ekonomi dilingkup orang buruh pabrik"
Y : "Dewasa saja belum cukup. Aku sendiri juga belum merasa dewasa. Kesiapan yang lain juga aku belum memiliki."
Y : "Iya udah netral, pan udah ada kamu yo.
A : "Mungkin saja ibu kamu punya pandangan melihat seseorang yang bikin srek. Trus mulai persiapan kapan..."
Y : "Cinta itu adalah................ Aku belum bisa menterjemahkan nya. Emang apa meneurutmu?"
A : "Ihiiiiir
A : "Ga tau"
Y : "Pandangan seorang ibu tidak selalu benar."
A : "Pernah berpikir beberapa kali yang katanya jatuh cinta tapi saat udah disakiti purus kagak ada istilah balikan ga ada gregetnya lagi. Sampe sekaranh pun ga inget ga ada yang ampe jadi kenangan terindah (kata samson gtu). Nah itu, makanya kamu juga harus selektif tapi juga jangan mengabaikan kacamata orang tua"
A : "Menikah itu bukan hanya suka dengan anknya tapi juga keluarga besarnya karena itu sepaket"
Y : "Kalau persiapan, udah sedari dulu dipupuk, yang utama didalam. Ya, meski tidak terlalu fokus ke persiapan namun sedikit-sedikit belajar dari sekitar. Karena ada sesuatu yang aku cari juga. Makanya mungkin sedikit tertunda. Untuk mengatakan SIAP, aku ndak tau kapan nya."
Y : "Hmzz gt. Iya, selektif. Karena ini bukan main-main."
A : "Kalau menurutku seh ga perlu siap untuk melangkah tapi yakin itu yang utama. Ditanya siap apa enggak bisa dipastikan akan jawab enggak"
A : "Hu um"
Y : "Waktu itu ibu bilang gini ke adek --> gimana ya kalau nanti istrinya masmu ndak pinter ama ibu, ndak pinter ama ortu? Aku kan ditangga, jadi denger. Trus aku nengok wajah ibu, seperti ada air mata yang akan jebol. Aku hanya diem. Kamu tau pan arti kata pinter?"
A : "Iya paham"
Y : "Siap tanpa yakin, jadi nya seperti apa? Yakin tanpa siap, bisakah ?"
A : "Siap tanpa yakin bukankah siap tanpa persiapan. Seperti hanya berpikir untuk hari ini saja. Jika sudah yakin itu sebuah kepercayaan, sebuah tekat kalau ga jadi bukankah itu namanya ga yakin.
Contoh ya yakin bisa menghidupi, bisa membuat bahagia, yakin dia orang yang tepat dan terbaik"
Y : "Oh gt to.
A : "Sepertinya begitu"
Y : "Berarti kalau 'yakin' itu udah paten ya? Dalam artian tidak naik turun seperti hal nya 'percaya' yang bisa luntur."
A : "Yakin itu kan mantep berarti memiliki kepercayaan penuh *begitu ga seh
A : "Sebaiknya memilih dengan hati."
Y : "Entar dulu.. Sekarang gini, yakin itu apa? Sedangkan percaya itu apa?"
A : "Yakin itu sebuah kepercayaan penuh jadi bisa dibilang levelnya diatas percaya"
Y : "Lalu arti percaya itu sendiri apa?"
A : "Yakin lebih mengarah pada pilihan yang kita anggap benar (lebih ke diri sendiri) Sedangkan percaya itu mengarah ke orang lain"
A : "Seperti kata kamu percaya bisa saja goyah"
Y : "Og gt to"
A : "Conyohnya gini andai hub LDR bilang percaya walaupun jauh tapi tak dipungkiri kadang ada pikiran 'janganjangan' itu kan sama saja sudah goyah. Kalau yakin sudah pasti ga ada pikiran 'janganjangan'
Y : "He'em"
Y : "Ko' km manis sih ?"
A : "manisan polo"
Y : "Hahaha..."
A : "Ngegombalmu nanggung yo"
A : "Oh ya boleh nanya ga yo tapi janji ga boleh marah"
Y : "Nah kan disangkanya ngegombal. Aelaaaah."
Y : "Iya silakan. Sebisa mungkin aku jawab dan tidak ada rasa marah."
A : "Hahahaha... habisnya kan jarang-jarang kamu muji"
A : "Benar ya... tapi maap dulu ni aku cuma sdikit penasaran aja. Kenapa kamu lebih suka dirumah, apa ga ada niat buat kerja gtu. Di rumah terus kan bosen yo"
Y : "Halaaaaaah. Aku tak pandai memuji. Sekalinya bilang malah dikatain gombal."
Y : "Gombal ki piye to? Opo aku sing terlalu kuno?"
Y : "Iya. Jadi pertanyaan kamu itu apa?"
Y : "Coba ulangi pertanyaan kamj itu?"
A : "Gombal tu ga penting. Ya itu..."
Y : "Hmzz"
A : "Maap lho ya cuma penasaran aja"
Y : "Jadi tentang pekerjaan?"
A : "Iya. Masalahnya aku di rumah kelamaan aja bosen masa kamu enggak"
Y : "Kenapa ya kebanyakan orang itu selalu memepertanyakan / menuntun suatu pekerjaan. Terlebih yang mengajukan pertanyaan itu adalah lawan jenis, bahkan nanti juga ortu dari orang tersebut. Hmzz. Entah apa lah alasannya.
Aku pan dirumah (kudus ) baru waktu/saat ini, jadi memang tidak ada aktifitas atau apalah namanya yang menyebutnya suatu pekerjaan. Lain ketika aku di jogja atau diluar kota lainnya. Aku kerja. Ya, aku kerja, Namun kerja ku berbeda dengan pada umumnya. Tak banyak orang yang tau akan pekerjaan yang aku lalui. Suka duka aku jalani. Aku bekerja diladang Nya tuhan.
A : "Aku bukan mempertanyakan seperti orang yang berujung pada satu tuntutan, Hanya bertanya sebegitu banyak waktu yang ada, apa ga bosan bila hanya untuk bersantai saja Begono looh sayang"
Y : "Iya aku tau."
A : "Awas ya kalau kerjanya macam-macam mengarah ke hal yang ga bener"
Y : "Iya, aku masih dan tetap dijalur yang seharusnya."
A : "Pokoknya ga boleh nyerempet yang ga bener"
Y : "Iya."
A : "Kamu udah maem yo"
Y : "Dulu aku sering juga mendengarkan bisikan setan. Bukan, bukan untuk menurutinya, hanya sebagai tolak ukur dan perbadingan.
Disitu ada rentetan penjabaran. Disitu pula aku tau mana yang baik dan mana yang buruk. Dari hasil 2 bisikan yang berlawanan, kita bisa menyimpulkan dan membuat keputusan. Barulah kita melangkah dijalan yang seharusnya."
Y : "Udah, kamu ?"
A : "Tapi sekarang ga usah di dengerin ya. Langsung bunuh saja bisikan menyesatkan karena saat pikiran agak sedikit nyeleneh bisa saja malah menuruti yang salah ketimbang yang benar"
A : "Udah donk"
Y : "Oia, semalem kebangun jam 2 lebih itu pas aku WA kamu, aku kan sholat trus tidur lagi. Aku bermimpi. Kita ada beberapa gerombolan, aku, kamu dan yang lainya aku ndak begitu faham. Kita sedang berada digunung, entah gunung apa. Kita berdua tidak berbincang, hanya saling menatap, trus saling curi-curi pandang secara bergantian, sesekali bareng saat melirik. Dan yang ndak bisa terlewatkan adalah ketika kamu sedang senyum. Entah apa arti senyum itu, tapi yang aku lihat suatu kesenangan, keceriaan. Aneh ya, belum pernah ketemu dan bahkan tidak tau wajah yang sebenarnya tapi bisa seperti itu."
A : "Cocuiiit banget yo mimpinya"
Y : "Ko' ndak ngajak? Ko' ndak saling suap? iiiiiiiiiikh. (Bahasa anak ABG) hahaha"
A : "Lah biasanya kan kamu maem lebih pagi"
Y : "Hahaha. Kenapa ndak ada perbincangan?"
A : "Perbincangan apa"
Y : "Iya sih. Hehehe. Ya perbincangan apa kek pas waktu dimimpi itu. Masa iya cuma bahasa tubuh doang. Mana paham akunya?"
A : "Lah selama ni kan juga gtu. Emangnya kamu bisa romantis"
Y : "Iya sih, tapi kalau ketemu fisik secara langsung masa' yang seperti itu juga, diem juga, cuma nyengir-nyengir doang."
Y : "Gampar termasuk romantis ndak sih? Kalau iya, berarti aku jagonya."
A : "Itu karena kita masih sibuk menenangkan hati yang meletup-letup"
A : "Lha ya ga tau"
Y : "Maksudnya gimana to? Hadeeeh"
Y : "Yoo, kamu ndak tidur apa? Buat jaga stamina nanti pas kerja?"
A : "Pastinya saat itu deg degan banget yo ampe ga bisa ngomong"
A : "Enggak. Kan cuma ampe jam 10 doank"
Y : "Knp harus deg degan? Oh, takut nya kamu kecapean nanti pas di tempat kerja"
A : "Coba tanya ama dirimu sendiri. Kecapean ngapa dari tadi juga cuma senam jari doank"
Y : "Xixixii ☺ Lucu
A : "Apanya yang lucu"
Y : "Jawaban dari diri sendiri Hahahaa...."
Y : "Jangan tanya apa dan kenala, bahkan segala macam nya."
A : "Yeeeee ge er sapa juga yang nanya"
Y : "Haha
A : "Pasti nanya ama dirisendiri trus ditambah-tambahin deh"
Y : "Ndak lah
A : "Ga salah. Hahahahaha"
Y : "Ko' ngledek?"
A : "Mana mana manaaaaaa"
Y : "Wooooooooooooooo..."
A : "Hahahaha
Y : "Yoo, ada solusi untuk gedein badan?"
A : "Fitnes"
Y : "Aku ndak cacingan lho yo, serius.
A : "Yeeeee sapa juga yang mau bilang gtu"
Y : Pitnes? Hadeeeeh. Ada yang lain?"
A : "Nikah. Katane kalai udah nikah jadi gemuk"
Y : "Yasalam -____- Balik lagi ke bahasan nikah.
A : "Lah itu juga denger dari orang-orang. Hehehehee"
A : "Itu solusi yo bukan topik bahasan"
Y : "Huuuuuh"
A : "Klo bilang makan yang banyak juga klise lha kmu emang ga bakat gemuk"
Y : "Aku ndak kepingin gemuk, tp besar. iiiiiiiiiikh"
Y : "Kalau aku kecil gini, gmna nanti saat aku boncengin kamu? Malah jempalik kabotan sing diboncengne? *eh
A : "Bedanya dimana kan cuma beda tipis"
A : "Woooooooo. Makanya gede in tu badan tar dikira ga diurus lagi"
Y : "Besar ama gemuk itu teteb beda. Ndak ada kata beda tipis. Tetep beda jauuuuuh"
A : "Jauhnya gimana. Eh seberapa deng"
Y : "Ya beda. Gemuk itu kebayakan lemak. Kalau besar pan ndak."
A : "Trus bisa besar gimana kalai ga ada lemak. Oh ya ada 1 cara jitu yo buat besarin badan"
Y : "Tp pan gimana gitu kalai gemuk lemak. Apa itu?"
A : "Nyindir ni. Di gelonggong kaya sapi
Y : "Yee siapa yang nyindiiir."
A : "Tar yo mau siap-siap. Udah sholat belum ni, ayo buruan sholat dulu"
Berada di rumah sendirian membuat jantungku seperti genderang yang dipukul bertaku-talu bergemuruh dan berdetak sangat keras. Ade perempuanku baru saja pergi ke kampus sementara ade cowok entah kemana kagak jelas. Rasanya ingin kabur dan mencari teman untuk menemaniku di rumah.
Terus saja mencoba menenangkan hati agar tak dikuasai rasa takut namun sepertinya susah, terlebih lagi sejak pagi ada yang mengawasiku dalam jarak dekat itu menambah ketakutanku bertumpuk. Karena tidak ada orang di rumah saat siap-siap untuk mandi aku kunci semua pintu, perasaanku kacau tak bisa menahan detak jantung yang semakin kencang menyuarakan kegelisahan hati. Mandi pun tidak berani lama karena suasana sepi seperti lebih meyakinkan ketakutan yang menyelimutiku saat ini.
Takut dan takut, jantung berdegum semakin kencang dan kemanapun aku bergerak seperti ada yang mengawasi dalam jarak dekat. Entahlah sejak kapan aku menjadi seorang penakut seperti ini namun aku yakin jika benar aku di ikuti seseorang dengan posisi sangat dekat. Untung saja ade perempuanku perginya tidak lama jadi sebelum aku berangkat dia sudah datang. Setidaknya masih ada teman di rumah.
Y : "*tampung*
Y : "Ok. Belum, yaudah giih buruan sholat."
A : "Aku mah mandi dulu yo. Kmu duluan aja deh sholat dulu biar tambah caem"
Y : "Yowis sono mandi. Aku mah udah cakep dari lahir yo, jadi ndak usah meragukan ke caem an ku.
A : "Kalau udah sholat kan cakepnya nambah"
Selama di kantor aku juga sedikit merasa ada yang ngawasi namun karena posisi masih banyak orang jadi ya ga begitu aku pedulikan
Y : "Hayoooooo.....Udah sholat maghrib belum? Kalau udah, Kalau belum ayoo cuus wudhuan. *bsik-bisik ditelinga kanan*
A : "Emang udah adzan. Disini ga kedengeran yo" jam menunjukkan angka 17:53 mungkin juga sudah adzan karena di dalam tidak terdengar suara adzan dari masjud di sekitar sini.
A : "Kmu udah yo"
Y : "Udah adzan sayang."
Y : "Aku juga belum sholat maghrib."
A : "Halaaaah kirain udah. Padahal udah siap-siap mau kasih hadiah kalau udah magrib an ternyata belum juga"
Y : "Pan ngajak bareng yoo.. Ko' malah sewot gitu siiih.
A : "Lha ni di tv baru adzan"
A : "Iiiih sensi bener seh mau dapet ya pak *kabuuuuuuuur "
Y : "Iya mau dapet, dapet sesuatu dari kamu.
Y : "Ayooo cuuuuus."
A : "Aku wudhu dulu. Tadinya gtu, tapi kan belum juga jadi ya bataaaaal
A : "Ayooooo buruan"
A : "Udah yo"
Y : "Sekarang aku udah selesai yo. Mana sesuatu itu? Mana mana manaaaaaa"
Y : "Yo km udah makan?"
A : "Ya ga jadi lah. Kan barengan"
A : "Ni bru maem, mau ga ni. Maem nasi padang. Kmu udah maem yo"
Y : "Kalau mau ngasih sesuatu itu ya dikasih, jangan bilang nya ndak jadi, apapun itu alasannya.
*maksa alus*
Y : "Oh lg maem to, yo wis selesaiin dulu kalau gitu.
Aku td sore udah maem."
A : "Kan tadinya ngasih buat hadiah udah sholat duluan tp kan ternyata kamu belum sholat juga. Maem ama apa"
Y : "Nanti kl udah selesai maem nya kabari ya. Maemnya pelan-pelan aja, dinikmati setiap kunyahannya.
*bari namati kamu maem*
A : "Ga bisa maem pelan. Daripada cuma liatin sini skalian maem"
Y : "Udah maem dulu. Kesedak lho."
A : "Ni juga mau habis"
Y : "Mulai sekarang pelan-pelan sajaa *bari nyanyi lagune kotak* kemudian kenangan berguguran~
A : "Kesedak seh enggak tapi kalau geloloden sering"
Y : "Pokonya pelan -pelan."
A : "Hahahahaha. Tadi siang to kan aku drmh sendirian tu, adeku cewek pergi trus pas bilang mau siap-siap pintu aku kunci semua tapi malah aku takut sendiri. Brasa aneh, kaya ada yang liatin aku mondar mandir gtu. Apa lagi pas nutup jendela kamar ibu langsung merinding"
Y : "Selesaiin maem nya dulu.
*plototin*
A : "Udah selesai sayang. Kan nasinya separo jadi cepet maemnya"
Y : "Udah beneran selesai?"
A : "Sampon"
Y : "Hmzz. Trus km tau siapa yang memperhatikan kamu?
Itu uang bukan disana tempatnya, apa lg tissue.
*tabook*
A : "Enggak tau. Cuma ngerasanya ada yang liatin terus kemanapun aku pergi
Uang kembalian beli maem, kalau tisunya baru kok belum kepake mau buat pipis"
A : "Maap yo balasnya lama
Aku ga tau diliatin sejak kapan tapi ngerasanya dari subuh tu brasanya ga enk aja"
Y : "Udah coba interaksi ama beliau?
Halaaaaah, alesan aja kamu tuuuh.
Kembalian ya mbok langsung dimasukin ke kantong/dompet.
Tissue buat pipis ko' bergeletakan gt. Huuuuuuu" Nah kan bawelnya itu lho yang bikin gemes. Kalau udah ngomong ga bisa berhenti tapi kalau udah ngambek sangaar... tapi selalu ada kelembutan yang meneduhkan disana.
Y : "Sosok baru atau sosok lama/sering yg datang ntu?"
A : "Belum bisa. Ga biasa ngantongin uang, dompetnya di tas yo.
Eeeeeh belum dibuat pipis baru mau pipis
Kan belum dirapiin tar jalan sambil rapiin. Begono loooh"
Y : "Hmzzz
A : "Ga tau itu sosok baru ato lama yang pasti sedikit terusik dengan kehadiran beliau"
Y : "Yowis lah sekarepmu, alesane pancen oyeee tenan. Haha"
A : "Ga ada alasan karena itu benar adanya seperti itu
Sepertinya tar tidur ga berani pake lampu remang kaya biasanya deh"
Y : "Kalau belum bisa berinteraksi berarti memang sosok yang baru atau bisa juga sosok yang lama namun kamu baru bisa menangkap signal ntu.
Iyoo iyoo
Lah kenapa? Kamu biasa pake lampu remang? Kenapa ndak gelap sekalian. Aku aja gelap, cuma beberapa hari ini nyala ding. Ya kami tau lah alasannya.
A : "Aku ga tau tapi bisa jadi juga keduanya
Lah kan udah dibilang aku tu penakut ga ada cahaya sama skali ga bisa tidur, kalai mati lampu posisi pas tidur aja ga brani buka mata kok tetep merem soalnya klo buka mata berujung ga bisa tidur"
Y : "Beliau membuntuti sampai tempat kerja ndak?"
A : "Ga tau. Yang pasti setelah jam 5 kan aku diruangan sendirian rasanya ga seperti biasanya. Tadi aja pas magrib an brasa agak gimana gtu"
Y : "Jangan takut akan gelap.......... Lagune sheila on sepen kae loh. Ayoo dicobo tidur tanpo cahaya."
A : "Ga mau, ga bisa aku"
Y : "Mungkin beliau, mungkin lain lagi, cz banyak yang kepingin ama kamu"
A : "Knapa gtu"
Y : "Ayolah, coba sekali aja, aku temenin wiiis."
A : "Emang aku knapa"
Y : "Apanya yang kenapa?"
A : Nyerah tanpa syarat deh yo kalau suruh tidur gelap
Tadi kan kmu bilang banyak yang kepingin ama aku itu maksudnya gimana"
Y : "Biasanya mereka juga milih-milih orang untuk dimintain tolong.
Mereka juga melihatmu, mereka percaya bahwa kamu sanggup dan bisa.
Beneran ndak mau nyoba?"
A : "Ga berani sayang
Kalau menurut feeling kamu sosok itu siapa yo?"
Y : "Serius, ndak mau mencoba? Malam ini aja
Aku ndak bisa nembus yoo. Tapi sepertinya beliau kepingin menyampaikan sesuatu, tapi ndak tau juga
A : "Ga brani yo. Apa lg masih kaya gini
Kamu aja tar temeni aku ya, beneran malam ni sepertinya ga berani tidur sendiri"
Y : "Sosok lama apa baru"
Y : "Masa ndak berani, tidak akan terjadi apa-apa yoo. Percaya lah."
A : "Sepertinya seh sosok baru dan sekarang juga ada disini deh"
Y : "Iya, nanti akan aku coba temani kamu, semoga bisa."
A : "Jendelaku tu ga ada hondennya, aku cuci belum dipasang lagi. Makasih sayang
Y : "Ya, aku juga merasa itu sosok baru, tapi yang udah lama.
Pan bisa ditutup pake kain apa ke' "
A : "Maksudnya gimana"
A : "Gmn caranya lha besinya aja aku copot"
Y : "Beliau sosok baru yang memberi tanda, tapi udah lama mengirim sinyal. Mungkin."
A : "Apakah beliau yang beberapa hari ini kita bicarakan"
Y : "Ya diakali lah.
Kalau pun ndak malam ini besok nunggu hordennya kering, baru deh tidur dalam kadaan gelap"
A : "Hordennya udah kering lama tapi belumaku pasang aja
Y : "Aku ndak tau yo, aku ndak bisa nembus."
Y : "Perasaanku beliau seorang wanita. Tapi beberapa hari lalu yang ada di rumah juga sepertinya mondar mandir kaya orang gelisah
Coba kamu konsen lagi yo siapa tau bisa... Beneran brasa ga nyaman yo"
Y : "Tuh bilang nya belum kering, sekarang udah kering lama. Canggih yaa. *kagum*
Iya, beliau sosok wanita. Yoo, aku ko' jadi merinding gini, ndak seperti biasanya.
Kaki kananku (dibagian telapak) berasa kek kesemutan, tapi beda ama kesemutan."
A :Bilangnya ga ada gordennya.
Aku daritadi yo brasa gimana gtu deh"
Y : "Orang tua, tepatnya nenek-nenek. Itu sih yang aku tangkap."
A : "Brati benar yo, beliau
Yo ganti topik aja ya"
Y : "Bener gimana?" Apa yang ada di feeling kamu?
Iya udah ganti yook."
A : 'Beliau yang beberapa hari ni kita bicarakan.
Aku mau crita"
Y : "Hmzz... Cerita apa yoo."
A : "Kan aku pernah ni beli gelang (perhiasan) trus karena sesuatu hal akhirnya aku gadein dan ga aku ambil tapi ampe sekarang masih kepikiran. Tapi ya cuma gelang itu doank sementara yang laen biasa aja malah ada yang lupa tak taro mana'
Y : "Kenapa ndak diambil? Pas waktu beli, dapat arahan atau memang pilihan sendiri?"
A : "Uangnya kurang, kalau cuma bayar bunga pastinya nombok waktu itu harga emas lg turun. Srek aja ama motifnya"
Y : "Oh gt to. Mending tebus aja yoo."
A : "Udah ga bisa lah. Kan udah ga dibayar, istilahnya udah masuk lelang. Trus sekarang lg pengen gelang tali-tali. Ga tau jg knapa ketertarikan am gelang kok kaya ga pernah luntur"
Y : "Nak kan masuk lelangan, ya kamu ambil lah. Gelang tali yg gmn?"
A : "Udah ilang yo. Kan udah lama juga, waktu itu juga masih belum ada uang buat nebus. Ga tau juga kaya apa"
Y : "Duuuuh. Trus jenis gelang itu seperti apa?
Dari pernak pernik atau emas?"
A : "Pernak pernik. Tapi ada juga ketertarikan ama perhiasan emas"
Y : "Pernak pernik
Alasan ketertarikan dengan emas knp?"
A : "Ga tau. Intinya suka aja ama gelang"
Y : "Tertarik tanpa tau alasannya, itu gmn ceritanya? Haduuuh
Se enggaknya ada sesuatu yang bikin tertarik. Apa mungkin memang suka ama emas nya? Entah apapun bentuknya, yg penting gelang emas, gituukah atau gimana kah?"
A : "Hahahahhaa... Coba deh kalau ada waktu aku pikirin alasannya kenapa"
A : "Lanjut ntar ya yo. Makasih udah nemenin" waktunya pulaaaaang
Y : "Sama-sama yoo."
A : "Yo "
Y : "Iya yoo"
A : "Gi apa yo"
Y : "Gi tiduran bari play musik. Km?"
A : "Gi rebahan juga"
Y : "Pasti capek."
A : "Enggak"
Y : "Akhir-akhir ini aku pasti play hasbunalloh, pokonya dr mau tidur ampe pagi subuh.
A : "Kan udah biasa. Efeknya apa ke kamu denger lagu itu sampe tidur"
Y : "Hebaaaat. Jadi tenang, berasa ada yg jaga"
A : "Aku kadang dengerin surat-surat pendek klo ga sholawat"
Y : "Aku pernah dikasih tau, jangan dibacaiin ayat kursi, jika dibacain berarti nantang."
A : "maksudnya gmn"
Y : "Maksudnya jangan baca ayat kursi."
A : "Enggak. Seringnya sholawat seh yang aku puter"
Sudah 2x aku merasakan sesek napas
Y : "Sehari ini apa pas dirumah selepas pulang kerja?"
A : "Iya. Barusan yo. Ini juga masih brasa nyeseknya"
Y : "Kamu berani negur tegas ndak yo?
Tp bukan nantang lho ya, cuma tegas, dalam artian suruh menampakan diri lalu tanya tujuannya apa gitu?"
A : "Enggak. Berkali-kali aku tanya, aku coba mencari sosok beliau tapi sama skali ga terlihat"
Y : "Coba berani kan diri, dari pada kamu ngrasain seperti itu terus, aku jd ndak tega.
A : "Kmu bisa ngerasain ga yo, coba aku ttansfer ya. Pegang tanganku. Kenapa malah kmu ambil smua yo"
Untuk bisa merasakan aku posisi rebahan dengan tangan kiri di samping badanku dan terbuka. Konsentrasi fokuskan pada obyek yang akan dituju, dan setelah yongsa meraih tanganku dan menggenggamnya mencoba tetap rileks agar energi yang ada di tubuh bisa mengalir juga kepada orang lain. Bagaimana bisa tau...???! Itu karena adanya seperti ikatan batin, aku juga ga tau persisnya kaya gimana yang pasti aku dan yongsa bisa sama-sama merasakan, bisa saling berbagi dan merasakan kehadiran masing-masing.
Y : "Yooo. Ko' gini rasa nya?"
A : "Kaya gmn"
Y : "Awalnya trasa sengkring kecil"
A : "Trus"
Y : "Geter gimana gitu"
A : "Lah kamu tu ngerasain apa to kok malah laen seh. Getarnya kaya di dalam kulit di tulang-tulang kan"
Y : "Awalnya sengkring gitu trus geter lalu diluar kulit terasa hangat."
A : "Trus apa lagi"
Y : "Emang apa yang kamu transfer, trus yang kamu rasa?"
A : "Aku pengan kamu juga ngerasain gmn nyeseknya. Tapi emang sekujur tubuh kaya sdikit kesemutan gimana gitu dibagian dalam
Coba di ulang yo, genggam tanganku dan konsentrasi"
Y : "Atau mungkin belum semuanya aku tangkep? Hanya itu yang aku rasa."
A : "Gimana? Yg kmu rasain apa"
Y : "Masih seperti awal, tp sengkring kesemutannya rada berasa ketimbang yg pertama.
Trs ada aliran yg langsung menuju otak, sekarang kepala bagian kiri rada sakit.
Didada terasa nyekit, kakiku dingin."
A : "Nyekit tu apa"
Y : "Nylekit gitu loh, apa sik bahasanya?"
A : "Lha ya ga tau kan itu bahasa kmu yo."
Y : "Ya intinya seperti itu yg aku rasa."
A : "Tp nyekit itu apa yo" Kalau sudah behini, sebelum ada penjelasan akan di uber sampai ada penjelasan yang dirasa masuk akal.
Y : "Tp beneran sebelm aku pegang tanganmu, aku biasa aja."
A : "Brasanya ga karuan to"
Y : "Nylekit yoo, ini rasa nya hampir mirip waktu aku bilang kalau ambil napas panjang aku berasa sakit di dalam dada. (Bukan sakit benjolan itu loh ya)
Iya."
A : "Kaya nyesek gimana gtu kan. Ambil napas tp pas dihirup udaranya habis seperti itukah"
Y : "Hu'um. Seperti ndak napas skilas, berasa udaranya ilang."
A : "Nah seperti itu yg aku alami. Sekrang masih kok"
Y : "Terus menerus kah? Aku udah ndak merasakan nya lagi"
A : "Aku kalau malam jarang minum aer putih tapi dari kemaren tiap bangun rasanya haus banget tenggorokan kering
Kadang ada jeda brenti sebentar lalu balik lagi gtu. Ya jelas aku lepasan tanganku kok. Tapi tadi sempat kamu ambil semua gtu kok"
Y : "Mulai lah banyak air putih yoo.
Aku aja pasti ada 1 botol. Itu aja masih kurang, kadang harus ambil lagi kedapur sekalian pipis."
A : "Dikamar aku sedia botol-botol isi aer putih"
Y : 'Bisa gitu ya yoo.
Aku baru kali ini mengalami seperti ini. Bisa nerima transferan.
Sedia doang tapi ndak diminum ya percuma dong ah"
A : "Entah ini sugesti apa nyata tadi aku ambil tasbih panjang trus aku buat gelang di kanan kiri lalu barusan aku pindah ke tangan kanan perlahan netral.
Masaseh baru kali ini
Diminum kalau pas nnyon tv trus haus tapi kalau malam aku jarang kebangun yo
Kalau pun bangun cuma melek trus merem lagi ga pernah ampe yang nyari minum"
Y : "Nyata yoo, bari dzikir yo."
A : "Lha gimana tasbihnya aja tak pake"
Y : "Maksudku baru ama kamu, gt"
A : "Tasbeh kecil darimanik-manik yang aku buat sendiri tak cari ga ketemu di saku tas
Tapi udah donk ama yang laen"
Y : "Emang ndak punya tasbih yg kecil?"
A :"Ibu mah punya yang panjang semua. Punyaku di atas, tadi pas mau ambil hp aja maju mundur pas mau masuk kamar brasa gelap kamarku padahal ada lampu kelap kelip kecil"
Y : "Seinget ku dan sesadarku, udah 2 kali kupingku berdengung semenjak aku pindah kekamar.
Td pas dibawah juga beberapa kali. Kemarin-kemaren yang kiri."
A : "Knapa gtu
Y : "Pake ruas jarikan bisa yoo."
Dan yang diajak ngobrol udah ngorok tanpa pamitan dan tanpa penjelasan lebih lanjut. Maap yoo... (08/09)