8/04/2014

Aksara

Menulis adalah pekerjaan hati untuk mengikat makna lalu menterjemahkan dalam untaian aksara. Menulis tak hanya membutuhkan waktu namun juga membutuhkan imajinasi dan ruang. Menulis merupakan ruang eksistensi dan transformasi pribadi seseorang. Ide yang mengalir terkadang menyeruak tak dapat dibendung, hingga berserakan di media sosial seperti catatan diary, notulen, kronologi atau wall, dan berbagai media lain yang sekarang ini banyak jenisnya. Adakalanya menulis membutuhkan ruang lebih luas bernama blog atau web. Saat ide yang masih metah berupa ceceran kata-kata itu dirangkai menjadi sebuah tulisan penuh makna, maka rentetan kata bukan saja bertransformasi menjadi beragam kisah dan warna kehidupan, namun ternyata ia juga dapat menghidupkan rasa, asa dan impian-impian bagi penulisnya.

Ide menulis bisa apa saja dan bisa datang dari mana aja, akan tetapi sebuah ide tidak muncul begitu saja, terkadang mesti dipancing keluar. Dalam menulis dibutuhkan kepekaan terhadap semua hal yang dilihatnya untuk diterjemahkan menjadi cerita atau quote untuk bisa dinikmati orang lain. Setiap orang memiliki style yang berbeda ketika menulis apa yang dipikirkannya.

Memancing ide untuk menulis tergolong gampang-gampang susah, bisa saja ide datang bersama hal-hal konyol yang terlihat sebagai satu keunikan untuk diceritakan melalui tulisan dengan racikan kata yang terarah dan mudah di mengerti. Misalnya di kelas ketika guru dengan tiba-tiba mengadakan ulangan dadakan respon murid yang kesulitan menjawab soal ada yang garuk-garuk kepala yang gak gatal, menggigit-gigit ballpoint, tengak tengok melihat situasi untuk membuka buku, melihat kelangit-langit kelas sekedar mengingat-ingat pelajaran lalu, dan ada juga yang memilih bertukar jawaban melalui sobekan kertas (jadi ingat masa-masa sekolah). Hal ini dapat mengenali sebuah kondisi individual seseorang saat dalam satu kondisi tertentu.

Keusilan yang sering aku alami adalah ketika angan pikiran tak sejalan dengan hati ini hanya akan membuat sketsa yang terbaca oleh pikiran namun tak terkejar oleh jari-jari yang mengikuti merangkainya untuk bisa dinikmati.

Menikmati perjalanan dan ngamati kehidupan disekitar kita yang tertangkap oleh mata dapat juga menjadi pematik ide, akan membersitkan sebuah tema tulisan di kepala kita. Hal sederhana yang dapat membangkitkan ide adalah dengan mendengarkan musik/ lagu, menonton film, memandang alam, menikmati secangkir minuman hangat, bahkan kamar kecil ini juga bisa menjadi memunculkan gagasan baru. Hanya menatap langit malam, senja, pantai, bukit atau apa yang saat itu kita rasakan juga dapat memunculkan ide.

Intinya banyak hal untuk dapat menjadi inspirasi lalu menuangkan sebuah pemikiran kedalam tulisan. Dan tentu saja ini membutuhkan ruang untuk menampung kreasi untuk buah pemikiran kita dari apa yang kita lihat, dengar dan rasa. Semua ini tak mudah namun bisa dipelajari dan sedikit membiarkan pikiran berimajinasi mencari karakter, tokoh juga menentuka alur serta ending dari ceria.