7/28/2014

Sahabat Lebih Mengerti Diri

"Siapa dia...?!" Sambil meneguk es teh yang sudah mulai mencair memberi dingin yang menyegarkan dari seteguk air membasahi tenggorokan yang sudah mulai kering karena udara di luar yang sangat terik. Terlontar satu pertanyaan yang tak aku sangka-sangka sebelumnya
"Siapa.....?!" Seakan menanyakan balik pertanyaan yang baru saja di ajukan kepadaku. Menoleh ke arah perempuan yang ada di depanku yang masih asik mengaduk-aduk es teh dengan sedotan seakan gak sabar untuk melelehkan es yang masih nampak wujudnya.
"Orang yang bisa membuatmu seperti ini..."
"Maksudnya..." Aku pandangi wanita tanpa dosa yang masih sibuk dengan gelas di hadapannya.
"Kamu beda, ini bukan Elly yang aku kenal. Teman yang selalu jail, bawel, gak bisa diem, ngeyel, peduli dengan siapa pun dan suka penasaran cenderung nekat" Menatapku lekat, menghentikan keasikanya dan mengatkan kedua jarinya di depan gelas yang sudah dipenuhi embun di bagian luarnya.
"Ini masih teman yang sama kok, gak ada yang berubah" Aku coba tersenyum untuk meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Siapa bilang, walaupun sudah lama gak ketemu dan gak kontak-kontak tapi aku bisa bedain ini bukan dirimu. Siapa dia...?!"  Tanpa berkedip mencari kebenaran di balik sinar mataku
"Masih sama kok gak ada yang berubah" Aku mulai ragu, pertahananku sepertinya sudah bisa ditembus musuh. Tak berani aku menatap teman yang aku kenal sejak berstatus sebagai mahasiswa. Aku sandarkan tubuhku ke kursi, mungkin dengan begitu aku mendapat sedikit kekuatan untuk membangun pertahananku kembali.
"Dulu jaman kuliah kamu selalu menjadi tempat curhatku apa pun suasana hatiku tak bisa aku sembunyikan darimu, begitu juga dengan Anis, Tria dan Tuti bahkan ketika Tria jatuh cinta dengan mas As pun kamu yang sadar pertama kali, mendorongnya untuk berani memberi respon balik tanpa sengaja memberi jalan untuk mereka bisa berdua-duaan bahkan sampai jadian. Dari dulu aku tak pernah bisa mengerti jalan pikiranmu diantara mbok dhe-mbok dhe yang lain kamu orang yang paling ngirit cerita kalau ada masalah tapi kalaupun kamu cerita aku juga tak pernah ngasih solusi deng :D "
"Enggak Na, kamu sudah banyak bantu, aku tak butuh solusi hanya butuh seseorang untuk mendengarkan saja kok. Maaf ya kamu sering menjadi pelampiasanku"
"Mending aku dengerin cerocosanmu kalau pas gi sensi dari pada mesti jalan sama robot. Bingung kalau sudah liat kamu diem, 'anteng gak nyilyilan kaya singgat' seperti biasanya"
"Memangnya aku separah itu ya..." Sedikit mengernyitkan dahi dan mencondongkan badan untuk tegap kembali.
Obrolan yang sudah mulai cair, sedikit terbebas dari desakan yang menurutku sangat membuat tidak nyaman untuk menceritakan.
"Kamu cewek ajaib yang gak bisa diam" Ina mengulurkan tangan meletakkan jarinya di atas tanganku yang ada di atas meja.
"Enak aja kamu juga, diam kok. Pas nunggu di luar kelas, pas pelajaran enggak pernah berisik bahkan enggak pernah bolos kuliah juga" Beneran aku dulu begitu, sebuah pertanyaan yang ada di otakkau dan aku tujukan kepada diriku sendiri
"Hahahaha...., diam dari Hongkong. Ingat gak pas teriak-teriak di jendela, di jalan naik motor cekikikan, sering ngajak desak-desakan diantara orang-orang yang antri ngisi KRS padahal kita tinggal nguber tandatangan dosen wali, apalagi kalau lagi penasaran cari info boro-boro kalau yang dicari info gebetan lha ini cuma iseng-iseng doank. Memangnya waktu itu dari sekian cowok yang kamu kenal enggak ada yang nyangkut"
Memang seh dulu aku dan Ina memiliki kebiasaan aneh yang suka ikut desak-desakan diantara keramaian, namun itu tidak hanya aku sendiri dia juga begitu bahkan malah Ina yang bisa menerobos barisan sampai depan ketimbang aku.
"Enggak ada. Nyari info juga gara-gara sering ditanya sama cewek-cewek pinky"
"Termasuk Om Gatot sama sepupunya mas Ikwan"
"Itu lain cerita, kalau om Gatot itu kan gara-gara pas OSPEK liat dia lucu aja cuek alakadarnya trus yang paling menarik ada gantungan mickey di tas yang sering di tentengnya. Kalau sepupunya mas Ikwan gara-gara selama ini belum pernah lihat, orangnya kecil tapi pake motor besar dan tiap berangkat boncengin temennya yang gendut sampai gak kelihatan, udah gitu orangnya cuek dan anti cewek padahal fans-nya banyak kamu denger sendiri kan pas cewek-cewek nitip salam ke temennya yang gendut itu"
"Sama kaya kamu, cuek dan anti cowok"
"Anti cowok bagaimana, dikampus yang aku kenal kan kebanyakan cowok. Mana ada kenal banyak cowok tapi di bilang anti cowok"
"Itu kata-kata dari kelompoknya Henny dan anak-anak IC yang lain, mungkin yang dimaksud kenalan banyak tapi enggak ada yang diajak pacaran"
"Hahahahaa...., tapi terbukti kan...." 
"Terbukti apa...?!"
"Terbukti kalau bukan anti cowok lah"
"Harusnya kamu dulu buka jasa konseling aja ell, info komplit sering jadi tempat mencari solusi masalah cinta dan sampai ada beberapa juga yang jadian"
"Eeh tar dulu kamu jadian sama Adi bagaimana ceritanya, perasaan selalu ini aku enggak pernah melihat kamu dekat-dekat Adi kenapa tau-tau jadian, itu juga gara-gara kepergok pas di mall mungkin kalau enggak kepergok sampai hari ini kagak aku tau kalau kamu sudah jadian sama Adi kali. Gila loe sama sobat sendiri pake di tuttup-tutupi"
"Hehehehehe...., kayanya ada yang masih penasaran ni...."
"Ceritain to ell...."
"Sudah berlalu Na. Masalahnya aku gak bisa kalau kemana-mana berdua, kan lain jurusan. Kaya om Mickey, kalau janjian sama ceweknya di warung batagor depan kampus kalau di dalam ya sendiri-sendiri."
"Kenapa kamu gak jadian sama mas Fredy ato mas Ikwan aja. Dulu aku kirain kamu jadian sama M3 (merah mantan manager alias mas Fredy)"
"Mas Fredy punya Ika lho ya (baca: gebetan)"
"Ingat gak pas bubaran kuliah ketika satu lift dengan kelompoknya Adi, kelompok tante ganjen (Henny I, vita, Lina), Epa, Anam. Trus Epa bilang sama Adi kalau dapat salam dari Henny sampai satu lift riuh dengan sorakan, itu kamu sudah jadian belum..."
"Udah, gara-gara kejadian itu Adi marah sama aku"
"Kok bisa, harusnya kan kamu yang marah"
"Aku ledekin dia terus"
"Kalau dipikir-pikir aneh juga ya Na, awal masuk kamu yang ngecengin Adi, malah aku yang jadian sama Adi"
"Iya juga, aku ngecengin Adi kamu ngecengin Hendy dan mereka juga selalu berdua, bukan jadian sama Hendy malah kamu jadian sama Adi"
"Hmmmm..., yang benar harusnya aku hadian sama HTW deh" Kali ini kata-kataku mengena ke sasaran yang membuat Ina gak berkutik.
"El jangan to...., kamu boleh jadian sama siapa saja tapi jangan HTW" Seperti anak kecil, Ina mengguncang-guncangkan tanganku yang seakan menyuruhku mencabut perkataanku barusan.
"Hahahahaha.... "kemenangan kali ini berpihak padaku, yang membuat Ina lupa dengan pertanyaan di awal-awal obrolan tadi.

Maaf Ina sayang, meskipun kita sahabat namun dalam hal satu ini aku gak bisa cerita. Biarkan waktu saja yang menyimpan sepenggal kisah yang telah usai ini.