3/18/2015

Bercengkrama Dengan Hujan


Pasang status, mantel sudah melekat di badan, sepatu berubah jadi sendal jepit dan hujan juga belum menunjukkan lelahnya malah semakin di geber dan meninggi. Saatnya bermain air, kapan lagi punya kesempatan seperti ini apa lagi selama awal tahun baru kali ini hujan berpihak padaku. Tancap gas menuju ke arah atas, meskipun tidak tau mau kemana asal jalan saja nanti juga tau akan kemana. Wah semakin kesana hujan semakin lebat bahkan genangan air pun sudah menggenang disebagian jalan, malah aku sudah melihat genangan air yang cukup banyak ada di semua badan jalan (bisa dibilang banjir lokal). Terlihat di emper toko, di halte pengendara motor memilih untuk berteduh dan menunggu hujan sedikit bersimpati agar mereka bisa melanjutkan perjalanan. Mungkin mereka malas menerjang genangan air kali ya karena aku lihat diantata mereka yang berteduh juga sudah mengenakan mantel.

Masih belum tahu ingin kemana nurut saja asal jalan dan karena malas menunggu lampu lalin berubah hijau kupuyuskan untuk berbelok kiri sehingga tak perlu menunggu. Eeh ternyata sampai Tembalang, nah kan sudah tahu tapi bukan berbalik arah malah tetap melaju, ini gara-gara melihat genangan dan mobil yang melesat digenangan tanpa mengurangi kecatan, hmmmm... Sepertinya asik. Masih melaju dan menerjang setiap genangan bahkan di terowongan banyak pengendara yang berhenti, sedikit heran apa mereka tidak berani melalui sedikit bajir atau mereka memang ingin berhenti saja disana.... Awalnya mau ikut-ikutan berhenti tapi melihat mobil di depan yang membuat cipratan air yang sangat wow akhirnya ikut-ikutan.

Benar-benar kalap setiap ada genangan main terjang meskipun berharap airnya yidak mengenai orang lain ataupun masuk ke warung-warung yang ada di pinggir jalan. Sepertinya aku sudah terlampau jauh masuk dan semakin lama semakin sepi, cuma sesekali saja terlihat mobil yang melintas. Sampai di kampus undip atas akhirnya aku putuskan untuk berbalik arah dan kembali ke jalur awal.

Lagi-lagi dipertontonkan adegan ciprat menciprat mobil yang melaju di depanku dan ketika aku sedikit menambah kecepatan hingga sejajar dengan mobil di depanku gelombang air yang dilalui mobil dan tertahan motorku membuatku sedikit goyah, hahahaha.... Tetep saja kekeh mensejajarkan dengan mobil meskipun pada akhirnya mengalah karena halangan lamou merah dan breees... Mobil yang melaju dari arah sebaliknya (di lampu merah patung diponegoro) mencipratkan banyak air sampai helm dan seluruh mantelku kena semua, yang bener saja untung pakai mantel kalau enggak udah kaya kucing kecebur bak mandi dah.

Sedikit lama menanti akhirnya bisa jalan juga dan di tengah jalan ada mobil yang sembarang saja berputar arah, tidak ambil jalur tengah tapi dari pinggir langsung menikung memotong jalan, sepertinya ada yang aneh waktu itu karena kecepatanku bisa dibilang sedikit tinggi dan aku juga ga lihat kejadiannya karena lagi asik mengamati kanan kiri tapi kenapa aku bisa berhenti tepat dibelakang motor yang sudah berhenti duluan. Nah inilah namanya jika barang sudah sejiwa dengan pemiliknya. 

Bila di semarang atas hujan angin begitu derasnya tapi di semarang bawah tidak begitu hujan sama sekali belum turun, jalan masih bersih tidak ada tanda-tanda terjamah air hujan. Hingga aku sampai di rumah pun hujan masih rintik-rintik, baru deh beberapa saat ketika sudah sampai rumah hujan mulai berangsur deras.