Siang ini langitku yang cerah mendadak menumpahkan hujan, mungkin
langitku terlalu rindu ingin merengkuh kasihnya. Dari balik jendela kuterpaku melihat hujan yang turun,
tercium aroma khas tanah bagai meluapkan kegembiraan akhirnya hujan
yang dinantinya kini ada bersamanya. Terpisahkan jarak hingga hanya
bisa menyapa dalam diam menanti ketidak pastian kapan kekasihnya akan
datang kembali. Langit tak sabar menunggu awan kelabu menyuarakan salam
rindu untuk pujaan hati. Terdengar gemericik air jatuh dari atap yang tak
sabar saling berlomba menyusuri pipa plastik di pelataran rumah untuk menyematkan rindu pada tanah.
Terlihat
beberapa orang dewasa berlari dengan sesekali mengambil langkah lebar
dan menggunakan jemarinya sebagai pelindung kepala, mungkin dipikirnya
dengan jari-jari kecil itu bisa menghalau hujan yang membuatnya basah
kuyup, sepertinya mereka tak suka dengan hujan yang datang tanpa permisi. Sementara di sisi lain anak-anak kecil berlari-larian seakan
menantang hujan, tak menghiraukan baju bersih mereka menjadi basah dan kotor terkena percikan lumpur dari genangan air, mereka asik dengan dunianya hingga tak
mengindahkan larangan ibu tetap saja berlarian mencari pancoran dari atap.
Tubuh kecil bertelanjang baju menari di bawah guyuran hujan, sesekali
terdengar teriakan kegembiraan dari mereka.
Langit masih betah menyuarakan kerinduannya, seperti bocah-bocah yang masih bertahan di bawah guyuran hujan udara dingin yang menyapu tubuh tak mereka pedulikan. Dibawah pancuran tubuh-tubuh kecil itu sedikit menggigil namun mereka masih tetap bertahan di bawah pancuran, apa sebenarnya yang mereka pikirkan....?!
Meski bibir mereka mulai bergetar menandakan dingin yang mulai menusuk hingga ke tulang, terlihat sesekali tangan mereka satukan hingga menutupi dada dengan jari yang mengepal meredan dingin yang mereka rasakan namun mereka tak bergeming dari bawah pancuran, masih tetap mempertahankan tempat yang dianggapnya nyaman. Mereka tau bila pancuran ini adalah tempat yang hangat bila dibanding dengan air hujan dari langit yang langsung mengenai tubuhnya.
Terdengar teriakan seorang ibu memanggil anaknya untuk segera pulang, mungkin sang ibu menghawatirkan anaknya akan sakit bila berlama-lama berada di luar bermain bersama hujan. Bocah-bocah itu masih asik dengan dunianya, tak menjawab teriakan meskipun ia mendengar. Berkali-kali panggilan itu diulang namun masih tetap sama hingga ibu dengan paksa nenarik tangan anaknya dan emmbawanya pulang.
Seperti halnya petir yang memberi tanda kepada hujan untuk segera menuntaskan kerinduanya karena waktu mereka bercengkrama sudah habis. Dengan berat hati hujan perlahan meninggalkan kasihnya sendiri di tempat yang sama, lihatlah pelangi selepas hujan itu yang seakan mengabadikan cerita indah pertemuan hujan dengan pujaan hatinya. Meskipun sebentar namun pertemuan itu terasa begitu indah. janji hujan untuk datang kembali dan kesetiaan tanah dalam penantian.
Memory, 13 Juli 2014