Pagi seakan cepat datang, aku belum puas menenangkan otakku untuk berhenti sejenak beroperasi tapi suara adzan pertanda matahari mulai bersiap-siap menjalankan aktifitasnya lantang terdengar dari toa mushola yang kebetulan hanya berada di seberang jalan.
Terang dan menyilaukan, melihat dari balik jendela kamar yang beberapa hari menjadi kebiasaanku terlihat bulatan menyerupai bola voli berwarna kuning keemasan sudah bersiap mengajak penghuni planet bumi untuk menyibakkan selimut dan mulai meregangkan otot-otot mereka yang kaku.
Paman matahari sudah kembali berkuasa, lantang dan gagah menyiapkan pasukan untuk berlomba-lomba mengayuh semangat. Oke, aku ikut perintah tapi dengan syarat berikan aku sepetak langit untukku bersenandung dan mengurai kisah-kisah tentang hidup dan kehidupan, tentang rasa dan harapan, tentang hujan dan bintang, serta tentang aku dan tuanku.