6/07/2014

Andai Aku Bisa Bilang Tidak #2

Telepon yang Membosankan

Botol (nama samaran) ini adalah keponakan nenek angkatku, waktu masih kecil aku pernah diajak beberapa kali ke Solo menjenguk saudara-saudara nenek yang memang sebagian besar berada di Solo. Dan Botol ini adalah anak dari kakak perempuannya, entah anak yang nomor berapa karena seingatku anaknya banyak yang hampir semuanya laki-laki perempuannya hanya satu, itu pun anak terakhir. Karena nenek angkatku yang sering aku panggil mbah uti tidak punya anak, untuk meramaikan rumah mbah uti dan mbah kong (suaminya) mengangkat anak laki-laki dari adik perempuannya yang juga tinggal di kota Solo dan kebetulan rumahnya hanya berada di sebelah rumah kakaknya. Namun setelah menikah anak angkat mbah uti memilih untuk tinggal terpisah di kota lain maka mbah uti mengajak mbak Ida anak dari kakaknya yang kebetulan adik perempuan Botol untuk tinggal bersama mereka dan menyekolahkannya. Saat itu mbak Ida baru masuk SMU. Kalau enggak salah ingat Botol masih punya 2 adik laki-laki dan 1 adik perempuan ya mbak Ida itu. Dulu pas mbak Ida tinggal sama mbah uti saat masuk SMU aku masih SD kelas 3 kalau enggak salah ingat, pokoknya aku masih kecil kok.

Teleponku berdering ada panggilan masuk dari nomor yang gak ada dalam daftar HP.... Mungkin dari Botol, nah benar perkiraanku. Botol ngajak ngobrol dan selama percakapan Botol yang mendominasi. Sebal dan bosan itulah yang aku rasakan menerima telepon darinya, ingin segera mematikan namun ada rasa sungkan. Aku gak suka dengannya, ngobrol dengannya seakan-akan aku ini anak kemaren sore yang enggak mengerti apa-apa. Tema percakapan tentang pekerjaannya, jual-beli barang bekas yang katanya bisa mendatangkan untung besar, terang saja dia kan membelinya dengan harga murah lalu menjualnya kembali dengan harga tinggi, apalagi bila bertemu kolektor bisa mendapat harga bagus. Dengan sekali cerita aku sudah mendapat gambaran seperti apa pekerjaan sehari-harinya. Dia bercerita katanya barang dagangannya banyak sampai di titipkan di kios-kios sebelah punya teman-temannya dan tak hanya di kios di rumahpun dagangan juga menumpuk sampai rumah seperti gudang.

Botol menjadi koordinator atau ketua paguyupan pedagang yang ada di sana, dan tadi dia mesti rapat dulu dengan pak walikota sehingga bari bisa berangkat sore. Pembicaraan dengan mengulang kata-kata yang sama serta cerita yang berulang. Aku lebih banyak diam mendengarkan namun yang paling aku benci dari percakapan dengan Botol adalah penekanan kata "NGERTI" di setiap akhir kalimat yang terucap. Menurutku kata ngerti diakhir kalimat seakan mengistilahkan jika aku ini gak paham dengan yang dibicarakan, istilah trendinya 'bodoh'. 

Sebel aku dengarnya, udah telepon juga lama banget ceritanya sama dan berulang-ulang pula. Tak banyak tanggapan dariku hanya kata-kata singkat yang keluar. Mungkin karena sudah capek ngomong akhirnya telepon pun di akhiri juga, huuuuft..., lega rasanya akhirnya setelah mendengar pembicaraan gak penting selama 3 jam lebih selesai juga. Saatnya tidur dan berharap tidak mimpi buruk.

Obrolan yang melelahkan, sebenarnya inti cerita hanya berkisah tentang kesuksesan Botol menjadi seorang pengepul barang antik dan diantara pedagang yang lain dagangannya lah yang terbanyak. Selain itu Botol juga bangga menjadi ketua dari pedagang-pedagang yang lain. Cowok super narsis yang mengunggul-unggulkan kekayaan serta menjurus ke arah sombong dan otoriter. Dari awal melihatnya aku sudah tidak suka dengannya dan itu lah aku kalau dari awal tidak suka ya tidak suka penilaianku jarang sekali bisa berubah, walaupun aku terkadang masih bisa berbasa-basi namun sulit untuk berubah pikiran.

Aku hanya mengenalnya tidak lebih karena dulu ketika sering diajak mbah uti aku jarang berbincang-bincang dengan Botol ini karena Botol yang jarang berada di rumah hanya saja Botol yang sesekali menyapa ketika bertemu ataupun berpapasan denganku karena waktu kecil aku teramat pendiam bahkan kalau tidak bertanya tidak akan terdengar suara mungkin tidak ada yang menyadari jika aku ada. Aku sudah mendengar banyak cerita tentangnya ketika orang-orang tua sedang ngobrol dan aku masih ingat inti pembicaraannya sampai sekarang.

Sepertinya weekend kali ini akan menjadi hari-hari melelahkan buatku.

BERSAMBUNG