8/31/2013

Belatung Aneh

Sore itu pak Tomo pulang kerja dengan muka pucat dan lesu, tanpa mengganti pakaian dan mencuci tangan terlebih dahulu seperti kebiasaan yang dia lakukan setelah pulang kerja namun langsung menuju ke kamar dan merebahkan dirinya. Memang sudah semingguan ini pak Tomo sakit, walau sudah berobat ke dokter namun masih belum sembuh. Sambil terbatuk-baruk dan menahan sakitnya pak Tomo berteriak kepada anak gadisnya untuk mengambilkan minum. Setelah meminum teh yang memang telah disajikan istrinya Mira setiap pulang kerja, pak Tomo memejamkan mata mencoba untuk tidur dengan harapan agar sakit yang dia rasakan saat ini bisa segera hilang ketika bangun.

Malam mulai beranjak dan pak Tomo yang saat itu terbangun meminta anak bungsunya untuk mengambilkan obat dari dokter yang memang belum habis dikonsumsinya, hanya satu suap nasi yang masuk namun itu saja juga keluar lagi. Beberapa kali pak Tomo muntah-muntah hingga membuat badannya yang tak termasuki makanan itu semakin lemas. Memang saat sakit seperti inilah baru menyadari betapa nikmat dan berharganya sehat, namun kadang pak Tomo suka menyepelekannya dengan bekerja tanpa mengenal lelah sampai-sampai jam makan siang pun tak jarang dia lewatkan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Bahkan saat pekerjaan sudah menunggu, cepat-cepat ia berangkat sampai tak sempat sarapan. Semua itu pak Tomo lakukan dengan iklas dan rasa tanggaung jawabnya terhadap pekerjaan karena tak mau mengecewakan apalagi membiarkan pelanggannya menunggunya.

Kehidupan pak Tomo seperti orang kebanyakan di lingkungannya, sebuah keluarga sederhana dengan 3 anak yang manis-manis, anak pertama perempuan bernama Aida sedangkan anak keduanya cowok yang bernama Abin dan anak bungsunya juga perempuan yang diberi nama Aira. Demi ketiga buah hatinya dan istrinya Mira inilah pak Tomo bekerja tanpa kenal lelah hanya ingin memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang dia cintai.

Saat itu Aida anak pertama pak Tomo yang sedang menuju ke kamar mandi ketika berpapasan dengan Abin di ruang makan sempat ditakut-takuti, namun takut apa toh di kamar mandi ada lampu penerangannya. Bergegaslah Aida ke kamar mandi, ketika berada di kamar mandi tiba-tiba Aida teriak hingga mengagetkan seisi rumah, langsung saja ibu Mira dan Aira muncul dari balik pintu kamar mandi. Ternyata di dalam kamar mandi sudah banyak belatung entah darimana datangnya. Belatung-belatung itu ada di segala penjuru, di balik gayung dalam bak air, di dinding, dimana mata melihat selalu ada belatung. Namun ada sedikit kejanggalan karena saat belatung-belatung itu dilihat terus menerus tiba-tiba saja hilang dan yang tadinya dinding dilihat tak ada belatung saat mata berkedip belatung sudah menempel disana. Sambil bergelayutan dengan ibunya Aida melihat sekeliling kamar mandi yang masih terdapat banyak belatung. Belatung-belatung itu paling banyak di sekitar toilet, "apa belatung itu keluar dari sana...?" pikir Aida sambil menahan rasa penasaran dan ketakutannya yang menjadi satu. Karena takut akhirnya Aida tidak jadi menggunakan kamar mandi dan bergegas meninggalkan kamar mandi tersebut. Oleh Ibu Mira belatung-belatung itu hanya disiram dengan air agar hanyut terbawa air keluar dari kamar mandi.

Masih terdengar suara batuk-batuk pak Tomo namun kali ini pak Tomo muntah di kamar karena belum sempat beranjak dari tempat tidur. Dengan telaten dan penuh kesabaran ibu Mira memijit-mijit tengkuknya agar rasa mual yang pak Tomo rasakan bisa segera hilang dan muntahnya segera berhenti. Kali ini muntah pak Tomo lebih banyak dibanding yang sebelum-sebelumnya. Setelah reda dan mengganti baju yang kena cipratan muntahnya tadi pak Tomo pun kembali berbaring. Aira yang daritadi berada di samping ayahnya langsung mengambil air dan pel untuk membersihkan lantai yang kotor sedangkan Aida yang takut dengan orang sakit tidak berani mendekat hanya berada di luar kamar dengan perasaan takut dan was-was.

Ketika pak Tomo muntah inilah di kamar mandi ada banyak belatung dan ketika pak tomo selesai muntah dengan sendirinya belatung-belatung itu berangsur-angsur menghilang. Entah kemana perginya tak ada yang meduliin. Semuanya masih sibuk dengan sakitnya pak Tomo, berharap agar orang yang mereka kasihi ini segera sembuh dari sakit. Merasa tak tega melihat salah satu anggota keluarga yang sakit, meringik menahan sakit yang entah seperti apa hanya yang sakit saja yang merasakannya.

Malam yang sudah semakin terjaga, kedua anak perempuan pak Tomo masih asik menyaksikan acara televisi sedangkan ibu Mira mendampingi suaminya sambil memijit-mijit kepala pak Tomo agar pusingnya hilang, sedangkan anak lelaki pak Tomo masih belum nampak di rumah sejak tadi siang, masih asik main ke rumah teman. Aida yang penakut setelah kejadian tadi belum berani ke kamar mandi sendiri takut kalau belatung-belatung itu masih ada disana. Tiba-tiba pak Tomo menyuruh Aira untuk memanggilkan Abin, di telponlah Abin untuk disuruh segera pulang. Tak berapa lama abin pun pulang dan menengok ayahnya entah apa yang dibicarakan namun tiba-tiba saja abin mendekatkan tangan kanannya beberapa centimeter diatas dada pak Tomo. Beberapa menit tanagn Abin berada disana, setelah melakukan hal itu Abin pergi dari kamar menuju kamarnya tanpa sepatah katapun dan menonton televisi sambil tiduran.

Setelah itupun pak Tomo baru bisa tidur pulas dan tidak batuk-batuk lagi. Mungkin pak Tomo merasa enakan setelah bisa muntah dan dipijit-pijit oleh istrinya bahkan saat pagi tiba pak Tomo sudah bisa duduk-duduk di luar. Saat ditanya juga katanya badan sudah enteng cuma masih agak sedikit lemas saja.

Yang diinginkan oleh orang sakit hanya satu yaitu SEHAT