CUKUP...
Tolong, jangan lagi mendesakku untuk mengumpat. Terlebih dengan hal-hal yang sebenarnya tak perlu di ungkit dan sudah tersimpan rapat. Aku sudah menerima semua yang terjadi dan meyakini inilah yang terbaik, jadi jangan lagi memprovokasi agar ku mengingat semua yang sudah berlalu.
Walaupun sebenarnya semua itu menyakitkan tapi bisakah untuk membungkam agar tak bertanya dan jangan lagi mencoba untuk memancing. Kalau kau tidak suka lebih baik diam jangan ikut campur yang bukan wewenangmu. Semarah apapun dan bagaimanapun kau tidak suka tolong dengan teramat sangat kumohon bisakah DIAM. Jangan lagi memperkeruh suasana hatiku.
Biarkan saja seperti ini. Kalaupun aku terpuruk, biarlah kusendiri memikul penderitaan, kalaupun aku terjelembab dan terasingkan bahkan menjadi fosil biarkan saja jangan sekali-kali ikut campur ataupun mencoba menasehati. Karena apa yang kau katakan bukan menenangkan malah semakin menyulut emosi dan parahnya tak kau biarkan sebelum benar-benar berkobar sampai memporak porandakan otakku yang sebenarnya sudah kacau.
Bila kau memang peduli, aku mohon. Tolonglah diam dan biarkan seperti ini adanya. Maaf, bukan bermaksud mengabaikan tapi mengertilah. Aku suka kau peduli dan memberi nasehat namun berikan yang benar jangan malah membuat semuanya semakin kacau. Aku hanya sendiri, kalau memang benar peduli cukup tetap berada di sampingku dan jangan katakan apapun kalau hanya itu akan semakin menambah down.
Aku tau dimana yang salah dan seperti apa seharusnya namun aku belum siap untuk bertindak. Aku masih sangat lelah, belum benar-benar bisa menerima kenyataan yang aku alami bahkan percaya ini semua terjadipun tak mampu aku memikirkannya. Ini teramat sadis dan menyakitkanku, maka dari itu tolonglah.... kalau tidak benar-benar peduli diam, jika ingin menolong maka bantu aku berdiri. Ingatkan tentang hari esok yang indah, berikan cerita yang sedukit membuaiku dengan sindiran tajam namun tak melukai egoku. Itu lebih baik dan aku berterima kasih kau peduli. (28/12/19)
Tolong, jangan lagi mendesakku untuk mengumpat. Terlebih dengan hal-hal yang sebenarnya tak perlu di ungkit dan sudah tersimpan rapat. Aku sudah menerima semua yang terjadi dan meyakini inilah yang terbaik, jadi jangan lagi memprovokasi agar ku mengingat semua yang sudah berlalu.
Walaupun sebenarnya semua itu menyakitkan tapi bisakah untuk membungkam agar tak bertanya dan jangan lagi mencoba untuk memancing. Kalau kau tidak suka lebih baik diam jangan ikut campur yang bukan wewenangmu. Semarah apapun dan bagaimanapun kau tidak suka tolong dengan teramat sangat kumohon bisakah DIAM. Jangan lagi memperkeruh suasana hatiku.
Biarkan saja seperti ini. Kalaupun aku terpuruk, biarlah kusendiri memikul penderitaan, kalaupun aku terjelembab dan terasingkan bahkan menjadi fosil biarkan saja jangan sekali-kali ikut campur ataupun mencoba menasehati. Karena apa yang kau katakan bukan menenangkan malah semakin menyulut emosi dan parahnya tak kau biarkan sebelum benar-benar berkobar sampai memporak porandakan otakku yang sebenarnya sudah kacau.
Bila kau memang peduli, aku mohon. Tolonglah diam dan biarkan seperti ini adanya. Maaf, bukan bermaksud mengabaikan tapi mengertilah. Aku suka kau peduli dan memberi nasehat namun berikan yang benar jangan malah membuat semuanya semakin kacau. Aku hanya sendiri, kalau memang benar peduli cukup tetap berada di sampingku dan jangan katakan apapun kalau hanya itu akan semakin menambah down.
Aku tau dimana yang salah dan seperti apa seharusnya namun aku belum siap untuk bertindak. Aku masih sangat lelah, belum benar-benar bisa menerima kenyataan yang aku alami bahkan percaya ini semua terjadipun tak mampu aku memikirkannya. Ini teramat sadis dan menyakitkanku, maka dari itu tolonglah.... kalau tidak benar-benar peduli diam, jika ingin menolong maka bantu aku berdiri. Ingatkan tentang hari esok yang indah, berikan cerita yang sedukit membuaiku dengan sindiran tajam namun tak melukai egoku. Itu lebih baik dan aku berterima kasih kau peduli. (28/12/19)