11/13/2019

Kidung sendu

Berkali-kali tangan ini mencari tapi tak menemukan apapun disana.
Hanya hampa, hembusan angin dingin yang menembus pori-pori.
Untuk apa sebenarnya semua ini aku lakukan...
Satu-persatu semuanya pergi. Haaai..., tak adakah satupun yang sudi tinggal sebentar lagi?!
Tak apalah, mungkin memang harus seperti ini dan bisa jadi inilah yang benar.
Jaga pandangan matamu, jangan biarkan seorangpun menyadari sendu dimatamu.
Meski tangan ini kosong, namun tetap saja terasa berat dan semakin berat saja.

Hangat tangan ini setidaknya bisa menghalau angin yang berdesir menyapa tubuh yang mulai lelah.
Ingin rasanya meninggalkan hati di lubang semut lalu menguburnya.
Cantik, tapi tetap tak bisa terjamah oleh pikiran karena cantiknya mimpi hanya sebatas permainan disaat tidur saja.
Aku ingin pulang. Pulang untuk mendapatkan satu pelukan hangat.

Aaaah..., omong kosong. Siapa juga yang bersedia menengok sampah usang ini terlebih memberikan perhatian khusus.
Dibawah guyuran hujan luka ini terasa sangat mengerikan.
Jangan lihat aku bila hanya untuk memperlihatkan senyum palsu.
Namun jika itu membuatmu bahagia boleh lakukan, teruslah mencibir dan memakiku. Tak mengapa, terserah asumsi seperti apa yang diciptakan tak peduli.
Yang tau aku hanyalah diriku, bukan kau, dia, apalagi mereka. Kalian tak punya hak untuk itu terlebih menghakimiku.
Aku bisa sendiri, mungkin itulah yang bisa menjadi penghiburanku saat ini.
Tak kubiarkan air mata ini jatuh lagi. Cukuplah sakit yang kurasa sampai ditempat ini saja.
Aku tetaplah aku (12/11/19)