Lelah...., biarkan mengering dan terhempas oleh angin yang datang sekedar menyapa. Oleh alpa dari pikiran yang berontak dengan segala hiruk pikuk seakan tak berkesudahan. Biarkan hati ini mengadu.... biarkan pikiran ini menjerit.... dan biarkan lelah sejenak menguasai raga.
Terdiam di dalam riuhnya suara yang mencari jalan untuk menyudahi dilema yang dirasakannya. Apa sebenarnya yang terjadi..., tak bisakah ini semua segera berlalu dari alam pikiranku.
Kucoba mencari jalan untuk kembali, semakin kulihat gelap yang semakin pekat. "Haaaai, ada orangkah disana.....???!" Aku coba memastikan bahwa nyali masih berada bersamaku, tapi tak ada suara hanya bulukudukku yang menjawab. "Dimana aku....???!! Tersesat diantara ilalangkah, atau aku yang salah mengambil arah ketika berada dipersimpangan....?!" Harus ku bertanya kepada siapa jika tak ada seorangpun yang terlihat.
Kuberjalan di dalam gelap, ketakutan yang terus saja menggoda dan mengelabuhiku untuk menyudahi langkahku lalu meneriakkan "aku menyerah..." Namun kedua tangan yang saling bertautan ini memberiku keyakinan bahwa langkah ini adalah yang terbaik. Teruslah melangkah karena tak berapa lama akan kudapati sinar yang begitu terang yang akan menerangi setiap perjalanan.
Keraguan, ya aku masih ragu walaupun keyakinan sudah tertancap bahkan mengakar namun keraguan silih berganti datang, menggelitik hingga tak jarang rasa takut pun datang. Dan jika itu terjadi maka rasa ingin menyerahpun sekali lagi datang. Otakku yang mulai lelah bagai memberi tiket untuk benar menyudahi semianya tapi kebaikan hati masih terus membujuk untuk meyakini apa yang sudah aku sepakati di awal.
Aku masih punya dua tangan yang kuat untuk saling menggenggam, aku masih punya dua kaki yang kokoh yang akan terus melangkah hingga lelah pun mengiba. Aku masih punya raga yang sehat dan yang terpenting otak, otakku masih waras, pikiranku yang akan dituntun oleh hati yang bijak untuk terus menjadi kompasku. otakku yang akan mengarahkan dan menjadikanku orang hebat.
Rasa lelah senantiasa datang di dalam kehidupan, yang akan menggelitik untuk melumpuhkan syaraf otak hingga membujukku untuk berhenti. Untuk menjadikanku seorang pecundang yang tak berani melihat kenyataan, seorang pengecut yang lari dari kenyataan yang seharusnya dihadapi. Aku bukanlah prajurit yang lagir dari pecundang, di dalam darahku mengalir kesatria yang tak akan terua berjuang sampai nafas yang terakhir. Ya, tetap terus terfokus pada satu keyakinan untuk suatu tujuan pasti. Berjuang hingga akhir. (13/05/17)