1/09/2016

Bersamamu ~ Berbagi

Cerita imajinasi yang aku buat disela-sela pekerjaan kantor.
Membayangkan seoraag suami pulang kerja setelah seharian berpeluh dengan panasnya sinar matahari membuatku tersenyum. Kamu yang tanpa mengeluh mencoba memberikan yang terbaik untuk keluarga kecil kita.

Ketika sore menjelang engkau pulang dan bergegas mencariku, tak seperti biadanya yang selalu mendapati sambutan hangat di depan pintu atau dari arah dapur teriakan istri ketika pulang kerja. Kau aduk seisi rumah sambil berteriak-teriak memanggil namaku dari dapur, kamar, ruang tengah dan di setiap sudut rumah minimalis yang tak begitu luas tempat kita menghabiskan waktu berdua namun tak kau dapati istrimu disana.

Kesal...
Lelah raga ini membuat tubuh semakin payah dengan lelah yang semakin terasa ketika tak mendapati apa yang dicari.
"Sebenarnya kamu kemana... mengapa pergi tak meminta ijinku terlebih dahulu seperti yang biasa kamu lakukan yo". Lelah badan semakin limpung dan bertambah kesal dengan perbuatan istrinya. Sudah telefon ga di bawa, ga bilang juga pergi kemana. Aaaah, kau membuatku gila yo. Sebenarnya kau pergi kemana sayang, tak seperti biasanya kamu seperti ini. Terus saja segala macam rutukan juga kehawatiran bercampur di otak. Sambil bersandar du kursi panjang depan televisi tempat yang sering mereka gunakan untuk bersantai sambil bertukar cerita, hingga tanpa sadar mata itu terpejam karena.

Tak berapa lama berselang istrinya datang sambil membawa kanting plastik di tangan kirinya. Melihat motor suaminya sudah terparkir di garasi dia pun bergegas masuk dan meecari suaminya, sambil melirik ke arah jam dinding di ruang tamu. "Ternyata aku pergi lama..." melewati ruang tengah dia melihat suaminya yang tertidur di kursi.

Tak ingin membangunkan suaminya yang terlelap dia pun beranjak ke dapur untuk menaruh belanjaan yang dibawanya. Tiba-tiba dia dikagetkan dengan suaminya yang sudah berdiri di depan pintu "kemana saja seh...?!" Tanya suaminya dengan tampang garang. "Ke warung beli kecap" Masih dengan ke kagetannya dia pun menjawab pertanyaan suaminya sambil meraih gelas dan mengisinya dengan air putih untuk suaminya dan menyerahkan gelas itu kepada suaminya untuk di minum dan menyerahkan gelas yang sudah kosong itu kepadanistrinya.

Dan suaminya itu pun berlalu dari dapur kembali ke tempat duduknya semula di ruang tengah. Istrinya pun mengisi gelas yanh sudah kosong itu lalu menaruhnya di meja dekat suaminya duduk. Tanpa menunggu persetujuan dari suaminya ia pun duduk di sebelahnya sambil memandangi suaminya "maaf yo perginya lama. Awalnya cuma mau beli kecap karena pas mau buat sambal kok kecapnya tinggal dikit ga cukup kalau dibikin sambal, lalu aku lihat jam masih siang pikirku juga sebenta ke warung cuma beli kecap lalu pulang. Lalu di perjalan pulang ketemu bu ardi di depan rumah dan di tanpa tentang arisan darwis yang kisruh itu (beberapa hari aku sudah cerita sepertinya ama kamu deh yo) ya sudah ngobrol-ngobrol eh tau-tau sudah sore aja, ya sudah lalu pamitan pulang deh. Nyampe di gerbang lah kok ada motor kamu, tadi juga sempat lihat jam dan sepertinya hari ini kamu pulabg lebih awal. Gitu sayang ceritanya". Sambil mencubit hidung suaminya dan spontan mencimnya.

"Ooh gtu. Kebiasaan ya ibu-ibu kalau sudah ketemu selalu saja ngerumpi ga inget suami sudah kelaparan di rumah". Sambil mengacak rambut istrinya dan memeluknya erat.
"Enak aja, ini kan tanpa di sengaja yo. Hmmmm... tumben-timbenan kamu pulang cepat ada apa ini" sekali lagi aku gida suamiku yang mulai terlihat nyantai.
"Ooow jadi ga boleh ni kalau suami pulang cepat. ya udah lain kali ga pulang cepat, mending main dulu aja kalau ga lembur aja terus biar yang di rumah bisa puas main"
"Ya jangan yo, kalau bisa pulang cepat saja terus" sambil membenarkan letak sandaran kepalanya di bahu suaminya agar lebih nyaman.
"Eeh yo kamu belum mandi ya, bau keringat. Sana mandi dulu, jorok aah pulang kerja ga langsung mandi kan kena banyak debu sayang. Kuman pada ngikut ke rumah gimana" kesadaran menarik tubuhnya dari pelukan suaminya dan suaminya pun tertawa keras mendengar istrinya yang cerewet ini kembali menceramahinnya, hal seperti inilah yang di sukainya cerewey istrinya walaupun kadang terlihat lebai dan dilebih-lebihkan.
"Kenapa baru sadar sekarang yo, tapi masih wangi kan."
"Wangi apa an, bau keringat..." ketawa suaminya semakin meledak dan pelukannya pun kembali di pererat dengan kedua tangannya sampai istrinya berteriak-teriak.
"Yo mandi dulu sana bauuuu... buruan mandi sayang biar wangi. Tadi bilangnya lapar" tau jika perlaeanannya sia-sia dia pun hanya memandangi suaminya dengan lekat meminta perhatian.
"Iya aku bau, makanya kamu ga mau dekat-dekat lagi. Giti kan"
"Iiiiih sensi bener ya, lagi dapat ya pak. Dah sana mandi aku siapin makannya".
"Yo, gimana kalau kamu yang mandiin, ya bener kamu saja yang mandiin".
"Enggak. Aku udah mandi, udah wangi ntar basah lagi kalau mandiin kamu".
"Ya gapapa to, sekali-kali lah. ya anggap saja belajar mandiin anak biar nanti ga canggung."
"Kalau anak mah bayi dulu sayang enggak langsung segede ini. Lagian udah sering juga mandiin kamu. Udah sana mandi dulu aku siapin bajunya"
"Ga mau, maunya di mandiin" sambil berdiri dan menarik istrinya untuk ikut dan karena istrinya tetap ceret dengan segala macam alibi, maka suaminya segera membopongnya menuju kamar mandi.
"Yo mau dibawa kemana seh, turunin ntar basah lagi"
"Alasan di tolak titik" ambil melihat lekat ke arah istrinya di dalam gendongannya.

Dan setelah mandi mereka berdua pun menuju ke meja makan. Aku persiapkan sayur lengkap dengan lauknya di atas meja dan mengambilkan nasi untuk suaminya. Mereka makan tanpa ada obrolan, karena menurit mereka makan adalah saat untuk nikmati makanan yang tersedia di hadapan jadi saat makan tidak boleh ngobrol. Jangan makan secara tergesa-gesa nikmati tiap suapnya dan yang terpenting tidak boleh mengeluh ataupun membenci makanan. Syukuri yang bisa dimakan karena tidak semua orang seberuntung kita yang bisa menikmati makanan seperti yang tersedia di meja makan.

Menu masakan yang tersaji di meja makan tidak banyak, hanya sayur dan lauk dan itu juga hanya semangkuk kecil cukup untuk mereka berdua. Di rumah ini memang ada sebiah kesepakatan jika masakan yang di hidangkan adalah masakan fres masak langsung makan dan harus langsung habis sehingga tidak menyisakan banyak makanan untuk keesokan harinya. Boleh menyisakan sayur namun dalam bentuk mentah atau belum di olah, bahkan itu malah di anjurkan sehingga di kulkas ketersediaan sayuran selalu ada untuk berjaga-jaga di segala kondisi.

Selesai makan, sang suami tidak langsung pergi untuk bersantai di depan televisi melainkan membantu mengangkat bekas alas makan mereka untuk di cuci. Sementara sang istri mencuci perabot sang suami sibuk mengelap meja dan merapikan beberapa barang untuk di taruh di tempatnya semula. Mereka selalu bekerja sama, sang suami tidak sungkan membantu pekerjaan rumah istrinya, sedangkan istrinya tidak mengeluh menyelesaikan semua pekerjaan rumah walaupun dia juga bekerja di luar rumah.

Setelah dirasa sudah bersih sang suami pun pergi untuk melihat televisi. Beberapa kali memencet tombol mencari channel yang menayangkan acara yang berkualitas namun belum juga di temukannya. Sang istri pun duduk di sebelahnya, tak heran melihat suaminya yang menggonta-ganti saluran dengan remot yang di pegangnya. Barulah berhenti ketika ada saluran yang menayangkan film bioskop. Mereka duduk bersebelahan menikmati tayangan televisi. Perlahan tangan sang suami menjulur ke belakang dan memberikan pelukan di pundak sang istri sementara tangan satunya memegang jemari istrinya dan memainkan jari-jari kecil istrinya. Dan mulai lah cerita tentang kesibukan mereka hari ini menjadi dialog yang menyita perhatian satu dengan lainnya hingga acara televisi pun menjadi kalah reting menurut mereka. Mungkin saja bila bisa bicara televisi itu memilih untuk menonton adegan mesra mereka ketimbang di anggurin seperti yang sudah-sudah. (09/01/16)


★Ell