9/11/2015

Y ~ Rasaku Adalah Rasamu

Y : "Yoo bangun"
Seperti biasa pesan membangunkan dari Yongsa untuk sepertiga malam, sekedar mengingat segala nikmat dan bersyukur kepada sang pencipta.
A : "Yo bangun"
Kali ini panggilan sholat subuh sekalian menyambut pagi yang selalu tampak indah mempesona.
Y : "Udah yoo"
A : "Ga tau kenapa tidur di kamar ibuk tidur ga tenang, nge-blank, juga bangun malah badan brasa capek banget.
Trus ni gi apa yo"
Y : "Mungkin karena pikiran yang lagi ndak karuan, trus perasaan kamu juga lagi ndak stabil.
Gi tiduran. Semalem, aku malah mimpi adeku kemasukan setan, aku berantem, eeh aku dibanting.
Kebangun lah aku, liat tembok seperti ada gambar yang macem-macam
Serem gitu lah, hadeeeeeh"

A : "Eyalaaah jam segini masih tiduran aja. Lari pagi sana, angkat barbel biar sehat
Ade kamu mudah kemasukan ga seh
Lalu setelah bangun apa yang kamu lakukan selanjutnya."
Mengingat hari sudah siang 07:28 tapi masih saja belum beranjak dari tempat tidur.
Y : "Hehe, Jangan kan angkat barbel, angkat kaki aja berat nyaaaaa."
A : "Ya udah sarapan aja dulu sambil nonton kartun
Coba deh yo posisi tidur kamu dirubah. Maksudnya tempat tidurnya ya yang posisinya dirubah bukan kamunya yang muter. Kamu kan hanya mengikuti arah kasur"
Y : "Sering, dulu waktu masih sekolah, awalnya pas kemah basecamp gt. Pas bangun saat barengan teriak allahu akbar. Trus aku ambil hp liat jam. Baca alfatehah trus hentakan kaki ke lantai sekali dengan penuh rasa yakin (keras namun bukan emosi yang aku keluarkan saat menghentakkan kaki)"
A : "Hentakan kaki buat apa. Wah rawan juga ya kalau mudah gtu"
Y : "Udah selesai mandi dong.
Y : "Kasurnya dipindah gt? Aku rasa ini udah tepat ko' posisinya.
Ndak tau, spontan aja. Setelah itu hawa nya jg beda."
Ketika Yongsa mengatakan menghentakkan kaki memoryku terbuka dan sepertinya ini pernah terjadi, entah aku yang keseringan dejavu sampai kadang ga bisa membedakan mana yang asli dan mana yang semu tapi lama aku pikir tidak ketemu apakah kata-kata itu memang sudah pernah terucap darinya atau hanya ilusi.

A : "Iya agar tidur malam dengan posisi berbeda"
Y : "Dulu, tapi sekarang udah ndak, udah dipageri.
Kamu gi apa yoo"
A : "Beda gimana yo. Syukur deh kalau gtu. Gi ngeteh"
Y : "Ya beda aja pas ketika kebangun, ya gitulah, trus ada rasa merinding pula.. Tapi selah itu ndak berasa lagi.
A : "Ooow, kanapa ga ambil aer wudhu malah ambil hp"
Y : "Aku juga ndak tau."
A : "Yang penting kamu gapapa yo."

A : "Maap yo sebelumnya kok dari kamu liatin foto sunres pas di atap ditambah cerita kamu yang ngerasa sesuatu di rumah kenapa pikiranku brasa ada sesuatu ya di rumah"
Y : "Aku ndak apa-apa"
A : "Siiiiip"
Y : "Maksudnya?"
A : "Maksudnya ada yang ga beres gtu. Aku ga tau ini emang tanahnya yang dari awal 'ga bersih', atau kiriman atau 'pendatang' baru ga tau dah tapi ngerasanya ada yang jahat. Ada di rumah itu yang jahat, bikin isi keluarga ga tenang yo"
Y : "Ya memang seperti itu kurang lebih nya. Dan aku sekarang ditempat biasa duduk, melihat kejendela. Mataku sempat menyorot tajam kearas sosok wanita, dialah yang mengirim."
A : "Brati ada yang jahat ingin celakain keluarga kamu gtu yo. Kayanya emang ada di lantai 2 "
A : "Bighug

A : "Jangan sedih gtu donk yo. Puk puk puuuuuk..."
Y : "Barusan aku turun kebawah, ibu juga melihat kearah luar. Dan aku menyaksikan pemandangan yang membuatku lemah."
A : "Pemandangan apa"
Y : "Ya, aku melihat raut wajah ibu, tubuh ibu yang lemah, mata ibu yang layu yang sedang melihat wanita itu. Bukan kah itu pemandangan yang paling menyakitkan?"
A : "Itu tugas kamu yo menjadikan ibuk ceria lagi"
Sebenarnya aku ingin mengatakan 'ajaklah ibuk ngobrol' namun itu urung aku katakan karena aku tau jika kamu dan ibuk ngobrol bukan keakraban yang terjadi namun malah membangunkan emosi dari kedua belah pihak.
Asal kamu tau yo, sebenarnya ibu itu baik, beliau sayang dengan kamu namun beliau memilih membuat pagar untuk bisa bercengkrama denganmu ini dikarenakan karena beliau sampai sekarang merasa bersalah denganmu dan ga bisa mengubur segala peristiwa yang dulu pernah dialaminya. Coba rengkuh hatinya yo, kata-kata kasar itu sebagai senjata untuk menghancurkan hatimu agar kamu ga mencoba untuk mendekat.


Y : "Untung ada tamu ibu datang, jadi bisa membuyarkan keadaan. Aku ndak kuat, aku naik lagi."
A : "Yang terpenting bersihin dulu rumah, biar ibuk emosi ibu stabil. Kalau masalah kesedihannya, bisa diciptakan keceriaan sambil jalan"
Y : "Iya"
A : "Kamu ada kenalan to yang bisa bantu"
Y : "Ada, tapi kontak nya hilang. Udah diurus adek kalau masalah ini. Adek juga ada kenalan"
A : "Hu um, mudah-mudahan cepet selesai ya"
Y : "Iya."

Y : "Ngopi yoo, bari nyemil biskuit."
A : "Maem aja yok. Ni ada nasi goreng sini aku suapi"
Y : "Nasi goreng? Pake minyak apa margarin?"
A : "Minyak. Minyak nya banyak apa dikit?
Pusing lah kalau minyak nya banyak.
A : "Dikit sayang"
Y : "Aseeekk. Nasi goreng nya kering kan? Ndak lembek gitu. Mauuuuuuuuuuuuuu"
A : "Dengan komposisi lemak jenuhnya paling sedikit dibanding yang laen, garam yang digunakan juga khusus.
Ya enggak lah yang lembek itu bubur"
Y : "Manteeeeeb.
Tapi ini siapa yang bikin nasi goreng nya?"
A : "ibuk"
Y : "Nah nah nah."
A : "Hehehehehe..."
Y : "Diiih bangga dia nya."
A : "Ya iya donk membanggakan orang tua itu wajib"
Y : "Kamu jangan sampai gugur karena ndak bisa masak. Ini simpel tapi ndak bisa disepelekan.
Lebih bangga mana ketika kamu yang masakin trus ibu yang maem, kemudian ada celoteh ibu yang seakan mengejek tapi sebenarnya memuji. Apa lagi di elus-elus rambutmu oleh ibu. Hmmmmmmzzz, tiada tara."

Andai itu benar terjadi yo, mungkin aku adalah orang yang akan berbahagia dengan sempurna di dunia ini. Dan itu akan aku jadikan hari besar paling bersejarah dalam hidupku. Mendapatkan pujian dari ibu bukanlah hal yang gampang, meskipun sudah berusaha sebaik mungkin tapi masih sering terlihat salah dimatanya, dan apa lagi mendapat elusan di rambutku mungkin itu hanya mimpi yang akan indah disaat terlelap. Aku terima takdirku dan ga berharap apa pun kecuali tentang kebaikan orang-orang yang aku sayangi itu saja mimpiku yo.

A : "Bisa masak sayang cuma ya standart doank. Sepertinya kalau itu mustahil terjadi. Beberapa kali masak ibuk ga pernah nyentuh"
Y : "Hadeh. Mungkin karena masakan kamu biasa aja, maksudnya masakan yang sering diamasak ibu juga. Masak lah dengan sesuatu yang berbeda, trus ambilin buat ibu. Suruh nyicip gitu."

Ibu ga suka makanan yang aneh-aneh, bahkan jika aku masak dengan aneka macam bahan ibu hanya bertanya masak apa itu juga sambil lewat ga benar-benar memperhatikan. Dan walaupun dapur setelah masak sudah bersih selalu aku mendengar kata 'hmmmm...' yang menandakan seperti dapurnya sudah diacak-acak. Andai kamu tau yo apa yang aku ingin dan apa yang terjadi sebenarnya....

A : "Ya emang masakan biasa tapi kan yang masak beda, ngicip aja enggak. Tapi kalau puding / agar-agar mau.
Dulu sering buat kreasi agar-agar tapi yang sering ngabisin ya putra"
Y : "Mungkin karena ibu udah menghirup aroma masakan, jadi ibu udah tau rasanya tanpa harus icip. Artinya masakanmu kurang greget.
Ampuuuuuun *kemudian surtil melayang*
A : "Ya bisa jg gitu"
Y : "Hmzz."

Y : "Oia putra gimana kabarnya? Sudah lama kepingin tanya kabar putra tapi lupa, bukan nglupain lho ya.
Puk puk puk. Belajar masak lagi yah.
A : "Udah lama ga pernah maen kesini
Sama sekali kalau pun liat di luar gtu aja langsung nyingkir masuk rumah"
Membicarakan Putra perlahan air mataku mulai dipenuhi air yang mencoba mendesak untuk keluar dari sudut mataku. Dan benar saja tak butuh waktu lama air itu pun sudah membasahi kedua pipiku, rasanya sedih dan yang pasti aku kangen. Kangen untuk bisa memeluknya, membacakan cerita untuknya, membuatkan nasi goreng juga mentuapinya dan bermain bersamanya. Dan yang paling bikin kangen celotehnya yang menggunakan bahasa seperti orang dewasa.
Y : "Kenapa?"
A : "Ga tau"
Y : "Ada apa?"
A : "Katanya seh pas disini di ejek ama yang ada di rumah ini, pas di kamar bawah setelahnya kan ga pernah mau di bawah datang langsung ke kamar adeku. Tapi setelah kenaikan kelas 3 sama skali ga pernah kesini
Ya mungkin maksudnya bercanda"
Y : "Dulu sebegitu dekatnya tapi seakan sekarang renggang, ndak mungkin kalau ndak ada sebabnya
Udah tau putra ini beda dari anak yang lain, doi udah mengerti namun masih polos."
A : "Ga tau yo, kita semua juga sama. Kalau ksini slalu ada jajan kalau ga ada ya tak ajak turun beli jajan semau dia. Susu juga ada, ampe pasta gigi shampo semua udah ada yo
Iya"
Y : "Ndak ada salah nya lah kamu main ketempat putra dan ajak lagi main kerumah."
A : "Kelas 2 kadang-kadang masih dikesini tapi sangat sangaaaat pendiam. ditanya ini itu cuma diam. Malah ibu pernah diceritain ama yang punya warung kalau pas jajan ga teriak tumbas apa gimana langsung ambil trus uangnya dikasih sambil liatin yang dia ambil. Sama skali ga ngomong apa-apa.
Gimana mau maen sayang, kalau rumahnya ga pernah bukaan. Kalau ada yang hajatan mau ngasih nasi kotak aja pake gedor-gedor ampe jari sakit juga belum tentu kebuka.
Masalahnya pintu depan ama tengah di kunci mereka di kamar"

Y : "Ndak tau kenapa aku merasa putra mempunyai beban, entah itu apa"
A : "Iya. Dia emang masih kecil tapi pemikiran dewasa
Dia harus jaga ibuk ama kakak perempuanya. Ibuknya tu pemikirannya aneh wes to kalau kakaknya masih kekanak-kanakan malah dulu pas masih sering kerumah sering cemburu ama putra. Kan putra disini kaya dimanja"
Y : "Anak seusia putra, tapi seperti masuk dalam dunia orang dewasa. Jadi ndak tega.
Ko' aku jadi khawatir akan kedepannya putra."
A : "Pas ayahnya meninggal aja dia paling kuat lho, dia juga yang liat arwah ayahnya keluar.
Ga cuma kamu yo, semua orang juga merasa iba
Sangat sangaaaaat berubah, jarang ngomong, ga permah keluar rumab, kalau keluar pas ngaji kalau ga ya ikut ibuknya bakar sampah kalau ga ya cuma duduk di depan rumah itu juga ga lama"
Y : "Iya, bahkan untuk meneteskan air matanya aja putra ndak disembarangan tempat.
Mungkin kamu tau raut wajah putra waktu itu, kejadian itu. Betapa tegarnya putra dihadapan banyak orang, bahkan dikeluarganya."
A : "Sepertinya dirumah juga jarang ada komunikasi antara ibuk dan kakaknya mereka sibuk sendiri-sendiri.
Iya. Aku aja pas tau sampe nangis terus di kantor
Yang aku pikirin ya putra. Bahkan beberapa hari setelah kejadian itu bapak slalu pulang cepet bawa jajan atau mainan buat putra. Aku baru tau bapak nangis ya setelah kejadian itu padahal embah kakong meninggal aja bapak  ga nangis"
Y : "Semoga putra selalu dijaga."
A : "Masih ingat saat kejadian malam kan putra tidur tempatku liat wajahnya sungguh ga tega yo. Bahkan bangun tidur dia bisa cerita gimana ayahnya meninggal. Sampe ga mau maem lho ama kluargaku udah di usahain segala macam biar mau maem. Tapi untung aja pas diajak ke indomart mau dibujuk beli mie. Aamiin..."
Y : "Mungkin bapak tau dan bener-bener faham dangan apa yang ada dibalik semua ini."

A : "Nah sebelum kejadian itu juga awal aku mendapat firasat tentang ornk lain.
Bapak seperti di pasrahin buat jaga putra. Ampe sekarang kalau bapak beli jajan selalu suruh ngambilin bilangnya kasihan ga pernah jajan
Tapi ibuknya juga aneh, udah dikasih tau buat dagang lumayan buat nambah-nambah bilangnya capek.  Suruh buat es batu buat tukang yang bangun perumahan (dulu) bilangnya ngabisin strum, bisa buat kue kan bisa tu di titipin warung/penjual sayur bilangnya repot"
Y : "Udah yoo, aku sampai ndak tega hati melihat keadaan itu."
A : "Aku cerita gini aja ampe nangis"
Y : "Bighug"
A : "Makasih yo"

A : "Tau ga saat aku mejamin mata apa yang tergambar"
Y : "Terkadang kita bisa sangat-sangat merasakan kepedihan orang lain, tapi belum tentu orang lain itu bisa merasakan tentang kepedihan yang kita alami.
Dan ada juga orang yang bener-bener saling merasakan keadaan yang dirasa, tanpa dia membagi nya.
Hmzz kehidupan, dengan berbagai macam cerita dan sebuah kisah nya.
Terkdang aku bertanya-tanya, kenapa kehidupan ini penuh dengan sesuatu yang menyesakkan. Kenapa pula sepertinya kebahagiaan itu teramat mahal bahkan sulit untuk menggapainya, atau memang kebahagiaan yang sesungguhnya itu hanya lah kesemuan saja?
Bukan, bukan menuntut keadilan, tapi dimanakan letak keseimbangan itu?
Dan yang lebih parah nya, aku sengaja membuat dosa akan tulisan ini."

Y : "Emang apa yang tergambar dibalik gelap matamu?"
A : "Pernah bayangkan jika semua orang bisa saling merasakan apa yang menjadi kegamangannya itu sama saja membuka borok orang lain dan membuat daftar dosa yang lebih panjang untuk yang melihatnya karena akan membicarakan.
Pernahkah berpikir jika semua orang bahagia lantas bagaimana kita belajar untuk menjadi kuat, berproses dan bisa peduli dengan orang lain.
Kebahagiaan itu nyata yo, juga bukan dicari karena kebahagian ada di dalam diri masing-masing  hanya saja tak jarang kita disibukkan dengan hal duniawi, kehawatiran yang ga beralasan dan segala kegamangan yang berujung sibuk dengan kesedihan sampai melupakan bahwa dia juga memiliki kebahagian. kebahagiaan dan kesedihan itu seperti tangis dan tawa. Pada saat sedih malah akan tertawa dan saat tertawa malah ada air mata yang keluar dua hal yang hadir bersamaan.

A : "Habis cerita saat mejamin mata terlihat jelas aku nyender.
Kamu duduk di sebelah kiriku dan tv di sampingmu agak jauh trus aku nyender menghadap ke tv jari kiriku genggam jari kananmu dan jari kananku ada hp. Rasanya nyaman banget yo dan aku juga ngerasain kamu nya tenang menikmati semuanya
Dan tayangan di tv film barbie
Y : "Mungkin itu lah yang dinamakan sebuah keseimbangan, hanya saja aku yang belum sadar.
Mungkin juga aku yang kurang bersyukur atas semua ini, hingga mataku dibutakan, hatiku dimatikan, yang ada hanya menuntut sebuah kebahagiaan, dan mengutuk sesuatu yang bersifat sedih."
A : "Manusiawi yo tapi coba melihat dari sisi yang berbeda kmu akan lebih mudah menemukan kebahagiaan. Akan ada senyum tulus disana"
Y : "Hahahaa. Keadaan yang kita alami itu sebenarnya apa yoo?"
A : "Ga ngerti"
Y : "Nah kan mulai ngledek pake acara barbie segala. Duuuuh... Iya"
Sepertinya ada yang masih sensi masalah karpet frozen yang sempat aku liat dan menjadi bahan ledekan buatnya.

A : "Iiiih emang lho nonton barbie kan tadi habis nutup mata trus melek lagi yang tayang ya tetep barbie lha wong belum selesai. Tapi aku ngerasanya kamu lebih tenangan sekarang dibanding tadi"
Y : "Nanti kalau aku beneran jatuh cinta sama barbie gimana?"
A : "Ya gapapa asal jangan terobsesi aja"
Y : "Iya, aku merasakan perubahan itu. Dulu waktu masih jadi gembel (anak jalanan), parah abis, emosi ndak bisa ditahan. Sekalinya terpancing langsung main fisik, brantem gt, pake kopel lah pedang lah pokonya yang ada langsung bawa. Ya Tuhan sudah berapa banyak tangan dan kakiku ini melukai orang.
Trus beransur merubah, hanya dengang ucapan yang ketus, saat melampiaskan emosi. ( Mungkin orang yang aku katai masih ada rasa sakit sampai sekarang)
Sekarang ndak tau gimana nangani emosi yang datang. Oia kepala jadi pusing, trus brasa panas gt kalau lagi emosi.
Terobsesi?? Amit-amit."
A : "Kan kemaren udah aku bilang pusing itu karena ada perlawanan. Dalam dirimu mencoba untuk meredam emosi. Ya ibaratnya orang lagi ngamuk-ngamuk trus kamu datang buat nenangin gtu yo tau kan gimana susahnya."
Y : "Hu'um"

A : "Aku malah pernah pas di kerjaan kan lagi enk browsing tu tiba-tiba kepala sakit luar biasa trus ada teman yang bbm dan cerita kalau dia habis ngamuk, temanku cerita gtu kepalaku tambah pusing aku coba nenangin tapi dianya masih tetep emosi wah rasanya kepala kaya mau pecah sakitnya luar biasa. Akhirnya ya aku bilang off dulu bbm nya masalahnya udah ga nahan."
Y : "Gt to. Iyo iyo paham."
A : "Tumben anteng
Y : "Hehe. Pan udah PW
A : "asek aseeeeeek"
Y : "Kamu bisa berdansa, sekarang ayo berdansa denganku.
*kata salah satu peri*
A : "Aku ga bisa berdansa....."
Y : "Yasalam. Baru aja mau pokus nonton, eeh malah bubar barbie  nya. Pan sialan banget. -____-
A : "Ga boleh bilang gtu yo itu kasar. Bsok masih ada kok jam ½ 10 "
Y : "Iya. Maap"
Y : "Besok udah lain cerita lah yoo.

A : "Kalau tiap hari ceritanya sama bosen yo
Kenapa ya akhir-akhir ni suasananya kaya hari sabtu, ampe ga percaya kalau masih harus kerja mikirnya sabtu
Trus suasananya juga nyaman brasa perlahan dibawa kemasa lalu"
Y : "Maksudnya gini, lain cerita itu --> aku nya ndak ada keinginan untuk nonton. Tadi kepingin aja, eeh malah udah selesai."
A : "Trus kalau ga nonton gimana caranya kan stelnya barbie"

Y : "Ada apa dengan hari sabtu? Masa lalu yang seperti apa?
Hahahaa"
A : "Enggak tau dari kemaren-kemaren brasanya libur. Ampe yakinin diri kalau masih hari kerja.
Ga jelas masa lalu yang seperti apa yang aku tau cuma nyaman, adem, tenang"
Y : "Berasa libur gitu?
Sebenarnya kamu ada sesuatu yang harus kamu siapkan untuk hari sabtu besok. Ko' malah asik-asikkan liburan gt."
A : "Iya. Maksudnya dari beberapa hari lalu tu kan masih hari kerja kan tapi aku ngerasanya seperti hari sabtu gtu loh sayang"
Y : "Didalam kitab apa (aku ndak berani menyebutkan, karna mungkin aku salah dalam mengurainya).
Jadi gini--> Aku (tuhan) menciptakan kehidupan ini selalu berulang dari masa kemasa dan akan terluang lagi seperti demikian, seperti halnya aku menciptakan hujan (air yang dari bawah akan naik dan akan turun lagi)
Jadi bukan hal yang aneh jika masa lalu itu berasa dimasa kini. Ada sebagian orang yang masih inget dimasa lampau di 1jt tahun bahkan sribu tahun silam, dan orang itu ada di masa kini.
Oh gt to, ndak tau yoo. Mungkin ada sesuatu penantian di hari setelah sabtu."

A : "Kalau kaya terseret kemasa lalu sering yo, di jaman leluhur tapi ini kenapa brasa libur aja gtu
Makanya semalam pas kamu kasih tantangan sedikit bingung kenapa sabtu....
Apa lagi pas kamu bilang turuti aja apa yang ingin diperlihatkan tapi jangan mau kalai dibawa ke dunianya kecuali leluhur itu tambah bikin gimanaaa gtu"
Y : "Aku juga ndak tau kenapa aku bilang sabtu, trus nambahin itu kata-kata. Beneran aku ndak tau."
Aku percaya yo jika kamu ga tau mengapa bisa bilang begitu, karena terkadang ada sesuatu yang bersuara diluar kendali kita. Bahkan terkadang ketika membaca kembali coretanku seakan tercengang dan ga percaya jika itu aku yang menulis. Sepertinya penalaran dari pikiranku ga sampai sejauh itu berpikir untuk mengurai sesuatu, dan kata-katanya ga aku kenal.
A : "Nah kan semakin ngemesin aja deh
Oh ya sabtu besok dateline coretanku semua harus kelar juga. Nah kan nambah lagi sabtu"

Y : "Ada apa sabtu esok dibulan ini?"
A : "Ga tau
Y : "Ini suatu kebetulan / ndelalah 'ngepasi wae' atau memang udah dijadwalkan, dan sesuatu yang tak terbantahkan?"
A : "Bingung juga kenapa semua menjurus ke sabtu. Bisa jadi udah menjadi hari yang di jadwalkan.
Kalau masalah coretan dikasih perpanjangan 2 minggu buat nyelesein dan hari terakhir ya sabtu bsok. Boleh tayang tapi harus disamarkan"
Y : "Hayoooo lhoooooo."
A : "Kalau brasa hari sabtu dan libur ya beberapa hari ini lah. Jam segini lho (kirasan jam 10 ke atas) brasanya hari sabtu dan libur. Suasana sama seperti hari-hari kemaren"
Y : "Kalau disamarkan berarti aku ndak bisa menikmati kumpulan aksara yang kamu gores, dong. Ini sesuatu yang luar biasa atau malah sesuatu yang biasa, atau aelah gt aja terlalu dihebohkan, atau gimana ini?"
A : "Bisa cuma butuh kejelian yo. Ga tau aah aku juga bingung ini apa. Tunggu aja ampe hari H nya tiba"
Y : "Iya, memang butuh kejelian."

A : "Kmu gi apa yo"
Y : "Menunggu ? Sepertinya bukan penonton.
Lah wong kamu pemeran nya ko' malah menunggu. Piye to iki. Kalai aku menunggu, ya wajar.
Gi ngobrol ama kamu, bari mencetin idung kamu.
A : "Kan sambil nyelesein coretan piye to. Woooo, enk aja makanya idungku sekarang pesek"
Y : "Welah. Yowis ndang digarap disit. Haha"
A : "Pijitin dulu jariku. Pegel yo"
Y : *mlipir*
Kerjain dulu gih. Aku mau rebahan dikasur.
*loncat indah*

A : "Kamu ga maem yo. Perasaan dari pagi belum pamitan aaem deh"
Y : "Udah maem aku.
A : "Kapan. Kenapa ik"
Y : "Ndak kenapa-kenapa. Udah kerjain dulu too ah"
A : "Jariku pegel sayang. Yo adzan udah daritadi lho"
Y : "Aku udah selesai sholat dzuhur. Baru aja. Mana hadiah buat aku? Kamj udah belum?"
A : "Tu hariahnya
Aku tadi pas mandi inget sabtu besok temanku nikah tapi entah kenapa ga ada niat buat hadir alasan selain tempatnya jauh (sala3) juga ada sesuatu yang aku sendiri ga ngerti itu apa. Gmn menurutmu yo"
Y : "Aseeeeek.
Yau dah kamu ndak usah hadir aja, yang penting kado/amplop nyampai ditangan pengantin."
A : "Emang kalai gtu gpp. Aku udah juga lho
Tar yo brangkat dulu lanjut kalau udah nyampe ya"

A : "Yoooo bangun udah sore, mandi trus sholat"
Y : "Aku udah sholat dong
Hayooo kamu udah belum?"
A : "Belum, ni baru mau sholat
Pinteeeeeeer Tambah pinter aja seh yongsaku"
Y : "Yowis sholat dulu giih. Uhuuk *batuk elegan*
*kalem*

A : "Sudaaaaaaah"
Y : "Siiiiiip. Makan sudah?"
A : "Belum, pengen capjay. Beliin yo
Emang kamu udah maem yo"
Y : "Capjay itu apa? Aku udah maem, bangun langsung maem, baru deh sholat.
A : "Makanan yang isinya sayur-sayuran
Iiih bangun tidur ga mandi dulu malah makan. Brati ni belum mandi juga ya"
Y : "Oh itu to, hehe...
Belum. Setelah bangun tidur, sampai sekarang, hp ini udah mati 3x. Duuuuuuuuh.
Hp tinggal satu-satunya juga
Y : "Lha mati knapa. Jangan-jangan kena virus tu"
Duuuh hp ku sayang, jangan tinggalin aku. *peluk hp*
A : "Hahahahaha
Tumben biasanya ga peduli ama hp. Udah meraung-raung juga ga tergerak membiarkan sendiri di pojok meja"
Y : "Nge restart sendiri, ampe 3x
Virus gimana? Kamu jangan nakut-nakutin gitu to ah.
Hp ku ini aku rawat dengan baik. Bahkan ndak pernah disentuh orang lain."
A : "Ya bisa aja kan kena virus. Lha restart sendiri kok"

Y : "Virus apa yoo
Cara melumpuhkan virus nya gimana yo?"
A : "Virus dari gambar, lagu, dari pas browsing juga bisa"
Y : "Aku ndak mau pisah ama hp ini. Banyak historis nya.
A : "Ga tau caranya gimana. Cieee cieeeeee hp kenangan ni critanya"
Y : "Haduuuuh piye iki?"
A : "Coba tanyain ke conter dulu to. Tapi yang terpercaya ya jangan yang abal-abal"
Y : "Iya ini hp kenangan.
Waktu aku dibekasi, sebelum hp ini kan aku ada hp bb yang gemini, trus rusak jatuh ditoilet trus kena air. Nabung buat beli bb ini, perih pokokna mah.
A : "Hadaaaaah... hp kok ga bisa awet"
Y : "Ini yang paling awet yo. Yang lainnya mah Kalau ndak rusak( ndak disengaja, karena jatuh) ya ilang."
A : "Katanya dirawat dan dijaga dengan baik kok masih aja ilang/rusak"
Y : "Punya android juga ilang, dijambret orang, pas konser shaggi dog"

A : "Jatuh itu emang ga disengaja tapi karena teledor"
Y : "Trus yang hp 1 nya diambil ama temen, itu malah parah, masa' ama pakaianku segala. Haduuuh"
A : "Hp ku dari yang cdma ampe sekarang masih awet, rusak karena emang udah umur tu
Hahahhahaa... Itu brati kmu kurang amal yo"
Y : "Ini baru aja pas dikudus, malah masuk mesin cuci. Haduuuuh *jleb*
Iya kali ya."
A : "Ya coba lebih teliti aja yo jangan grusa grusu.
Yang masuk mesin cuci di benerin dulu to baru yang ini biar bisa buat gantian. Kalau ga yang ini skalian di tanyain penyakitnya apa
Y : "Hu'um."
Yang masuk mesin cuci aku biarin. Hahaha. Paling udah berkarat."

A : "Mandi dulu yo udah malam lho
Walah walaaah benar-benar ga sayang barang deh"
Y : "Udah di kasih saran untuk ngejual, tapi masa ya cuma 800rb. Haduuuuuuh.
Nanti setelah adzan maghrib mandinya"
A : "Kalau bisa tu jangan jual-jual barang tar jadi kebiasaan lho"
Y : "Bukan ndak sayang barang, tapi lagi ndak ada duiiit.
A : "Sekarang aja sayang, keburu malem ga baek mandi setelah jam 5, itu saat perubahan suhu aer jadi kurang bagus di tubuh. Yeeeeee sama aja tu"
Y : "Ndak pernah aku jual barang. Malahan tadi ada kepikiran sore ini ndak mandi.
A : "Yoooooooo mandi ga"
Y : "Siaaaap. Aku mandiiiiiiiii."
A : "Jorok aaah"
Y : "Ini emak jangan ampek marah, berabe urusannya.
Iya iya, aku mandiiiiii. Aku mandi sayaaaang."
A : "Pokoknya ga mandi ga ada manja-manjaan. Nah gtu donk.
Buruan mandi keburu adzan"

Y : "Udah selesai yoo. Udah wangi ganteng pula, trus piye meneh jal? *kode*
Yoo udah adzan, ayo sholat."
A : "Sini belum kaya'e. Ya udah sana sholat duluan yo baru deh mojok
Y : "Selesai. Yoo udah?"
A : "Nah gtu donk kan tambah cakep tu. Trus ni gi apa"
Y : "Gi nonton tipi. Kamu?"
A : "Acara apa... Gi ga ngapa-ngapain"
Y : "Naruto. Kenapa ndak mengerjakan coretan aj yo"
A : "Ini mau mindah biar besok ga kebanyakan
Y : "Yowis selamat mengerjakan ya yoo.

A : "Ni gi maem. Mau ga yo capjay"
Y : "Mauuuu, tapi ndak beserta kuah nya ya."
A : "Kenapa dengan kuah"
Y : "Eh yo, semenja terakhir aku berantem ama ibu itu, sekrang ibu udah beda lho.
Pernah suatu ketika aku beli capjay, tapi kuah nya berasa banget penyedap nya jadi eneg. Aku buang aja kuah nya trus isinya (sayur) aku siram pake air panas. Baru deh aku makan."
A : "Beda gimana. Ini kan capjay nyemek aernya dikit riques ga pake micin"
Y : "Kenala dengan wortel? Ada apa?
Kau mengingatkanku dengan seseorang yang ndak doyan dengan wortel.
A : "Ga enk"
Y : "Ya beda gitu, lebih lembut kalau ngomong, trus seperti hati-hati gitu kalai mau ngomong. Ko' aku merasa bersalah gini ya"
A : "Wortel, kacang panjang, kecambah, coklat semuanya ga enk. Hahahahhaa
Itu bisa jadi ibu mulai mengenal kamu yo
Mulailah ambil peran biar perlahan ibu bisa menyadari kehadiranmu dan menjadi anak lelakinya kembali"
Y : "Biasa aja tuh rasanya.
Dalam makanan aku ndak pernah pilih-pilih, mau enak mau gimana ya yang ada aku makan.
Sering aku marahi ibu, setiap makanan ndak habis pasti dibuang. Aku benciiiiiiiii.

Y : "Tapi aku ndak bisa tinggal terlalu lama disini.
Aku ingin terbang. Aku tidak mengkhawatirkan semua orang tuaku, aku yakin percayakan kepada Tuhan."
A : "Rasanya aneh, mau gigit aja kaya gimanaaa gtu. sama halnya kaya durian yang katanya raja buah tapi tetep aja itu ga suka
Sementara jangan dulu yo. Orang tuamu masih membutihkan kamu"
Y : "Hahahaa, sepertinya aku harus memblebekmu ((MEMBLEBEKmu)) dengan makanan yang kamu hindari itu.
Apalah bahasanya kek gini amat. -____-
Y : "Sepertinya memanga aku dilahirkan layaknya pengembara."
A : "Benar Tuhan melindungi semuanya tapi selalu melalui tangan-tanga orang yang ada disekitarnya bukan secara langsung dan bisa saja itu kamu yo yang terpilih.
Sampai kapan kamu akan menjadi pengembara.
Saatnya kamu belajar menetap, bagaimana keluargamu kelak (ank istri) apakah juga akan kamu serahkan kepada Tuhan
Y : "Dan jika memang aku yang terpilih, nanti aku akan mendekati dengan sendirinya."

A : "Ogaaaaaah kmu aja yg makan smua
Y : "Akan ada masanya, saat aku udah menikah nanti.
Pengembaraanku juga akan berbeda. Bukan untuk selalu meninggalkan istri dan anakku."
A : "Susah yo bila kamu ga belajar dari sekarang"
Entah mengapa selalu saja begini, disaat dia mengutarakan keinginannya untuk balik ke Jogja atau pergi dari tempatnya sekarang ada sedikit pemberontakan di dalam diriku yang sepertinya ga terima. Aku ga tau apa lasannya bisa begini, padahal dulu asik-asik aja dia mau berada dimana suka-suka dia tapi beda dengan sekarang seakan ingin selalu menahan agar dia ga pergi dari kota Kudus, ingin dia berada disini. Bahkan sempat juga pernah aku sedikit lagi akan meluapkan emosiku jika dia ga mengalihkan pembicaraan. Ada apa dengan kota ini, misteri apa yag ingin diperlihatkan kepadaku, kepada dia atau bahkan kepada kami berdua.
Y : "Pokoknya tak blebek."
A : "Ga mau"
Jangan sampai membuatku marah yo, kamu tau aku ga suka di paksa dan jika itu terjadi tanggung sendiri akibatnya. Entah aku tega atau enggak tapi yang jelas aku ga suka dipaksa, seperti halnya kamu.
Y : "Bukan hal yang susah sebenarnya, ini aku juga dalam pencarian sosok istri yang bisa memahamiku, sembari mencari sesuatu yang aku sendiri belum tau apa yang aku cari.
Aku jagonya blebek orang, nanti kau akan jatuh cinta ama makanan yang kau hindari itu."

A : "Ya terserah kamu aja yo, toh ini hidup kamu, kamu yang jalani, kamu juga yang ngerasain
Noooooo"
Y : "Entah aku yang terlalu keras atau memang aku yang belum sadar.
Sekarang kamj bisa bilang nooooooooo. Tapi kelak kau akan bilang yeeeeeeeess."
A : "Ga tau juga. Coba saja tanyakan pada dirimu sendiri
Ogaaaaah.... sekali ga tetep ga"
Y : "Iya. Sekali ndak tetep ndak? Hahahaa, liat keSekianKALI berikutnya kelak."
A : "Jujur kalau aku ga setuju kamu terus berkelana tapi ya mau gimana lagi itu hidup kamu, aku hanya orang lain yang mencoba kasih masukan aja dengan alasan yang mungkin juga terlihat bodoh. Enggak"
Y : "Kamu masih menganggapku orang lain.
*jleb* Ngena banget.
Oke, aku tampung masukanmu.
Terkadang, dipertengahan jalan kita selalu disadarkan dan diarahkan oleh seseorang serta diitunjukan jalan yang seharusnya bahkan dengan rela menuntun dan mengantarnya. Mungkin kamu orangnya.
Simpan dulu penolakanmu itu, jangan sampai makanan yang kamj hindari itu 'mengejekmu' dikemudian hari."
A : "Aku ga menganggap begitu. Tapi mungkin dengan kamu menganggap begitu ga akan memberatkan langkahmu
Aku ga akan melarangmu ataupun memberatkan langkahmu yo karena itu sudah menjadi keputusanmu.
Aku ga bisa meminta untuk tinggal bila itu malah akan membuatmu terluka"
Dan perlahan pertahananku goyah mulailah hujan di sudut mataku yang tanpa dikomando, sudah ga tau cara bagaimana untuk bisa menahanmu, karena di satu sisi aku juga ingin melihatmu bahagia. Tapi aku ga suka kamu pergi.

A : "Dari kemaren kalau ngomongin keinginanmu ini rasanya aneh aja. Tapi ga usah di pikir lah
Bukankah semuanya akan baik-baik saja seperti yang kamu bilang
Aku ga mengejek hanya ga tega bila aku makan lalu terbuang lagi"
Y : "Iya"
A : "Maap yo"
Y : "Maap kenapa yo?"
A : "Ga sepaham ama kamu"
Y : "Bukan ndak sepaham, mungkin belum menemukan titik temu.
Bukankah beda jalur tapi dengan tujuan sama itu lebih baik dibanding sejalur tapi beda tujuan?
Andai tidak ditemukan titik temu, Seenggaknya ketidak sepahaman itu juga bermanfaat, disitu kita bisa melihat lebih dari segi lain, asal ketidak sepahaman itu mempunyai alasan yang kuat. Dengan ini juga bisa menjadi bahan perenungan.

A : "Ga usah dipaksain yo. Selama kamu bahagia itu jauh lebih penting"
Y : "Bukan 'dipaksain' kata yang tepat. Namun sebagai manusia bukan kah mengusahakan itu diharuskan? Diwajibkan?
Lalu dimana salahnya?"
A : "Ga ada yang salah"
Rasanya ingin mengeluarkan emosiku, namun aku ga bisa marah dengannya. Andai bisa berkata 'udahan dulu yo ngobrolnya kepalaku pusing banget' tapi tetap saja ga bisa.
Y : "Lalu kenapa ada kata --> dipaksain?"
A : "Maap. Aku tarik kata-kataku"
Sungguh sudah tak ada minat lagi untuk melanjutkan pembicaraan ini, karena kalau dilanjut pun hanya akan meebuang energi dan malah akan menambah emosiku. Mungkin dengan mengalah, menganggap kata-kataku yang baru saja terucap adalah sebuah kekeliruan bisa menjadikan semuanya menjadi baik dan ga membuat jarak seperti dulu dimana hanya bisa menyapa dalam diam.

Y : "Yoo. Maap, jika ada kata yang salah."
Aku yakin sepenuhnya jika dia merasakan bagaimana berkecamuknya moodku dan dia pun juga ga ingin jika ada jarak lagi diantara kami.
A : "Ga ada yo. Kamu benar kok"
Y : "Lalu kenapa seakan kamu sedih dengan perkataanku barusan.
Disini tidak ada yang salah, tidak pula ada yang benar."

Y : "Yoo"
A : "Dalem"
Y : "Kamu kenapa? Maap"
A : "Ga knapa-kenapa ik. Emang kamu ada salah apa yo"
Semarah apa pun aku ga bisa mengabaikannya, dan dia pun juga tau jika mood ku belum balik. Masih mendung gelap yang menakutkan. Diamku memang menakutkan untuk sebagian orang.
Y : "Ndak tau kenapa, aku melihat kesedihan dikamu atas perkataanku barusan"
A : "Ga ada sayang, aku baik-baik aja kok"
Y : "Aku bukan orang lain yang mudah dikelabuhi.
Jika kamu ndak mau menjabarkannya juga, ndak apa-apa, karena aku tau gimana yang sedang dirasa.
Mungkin aku memojokkanmu, maap"
A : "Jabarin apa"

Y : "Udah sholat isya' belum yo?"
A : "Belum, nanti yo dirumah aja. Kamu ni gi apa"
Y : "Aku selesai sholat. Ini gi rebahan.
Udah mau pulang kah?"
A : "Pinteeeeeer...
Masih nanti lah, kan masih 21:35 "
Y : "Ini gi apa yo?"
A : "Habis mindah coretan
Tar yo mau siap-siap dulu
Lanjut kalau udah nyampe rumah aja ya"
Y : "Oh. Oke, jangan sampai ada yang ketinggalan."

A : "Hu um... ni udah nyampe rumah"
Y : "Bersih-bersih badan dulu trus sholat"
A : "Udah semua"
Y : "Seperti nya kamu lelah. Rehat giih
Selamat malam dan met rehat yoo
A : "Enggak, cuma perut agak sakit entah karena capjay nya pedes apa mau dapat. (10/09)


★Ell