3/30/2015

Pecahkan Saja Batu Itu

Perkenalan yang hanya sekedar kenal, mungkin juga bisa dianggap sebagai ajang memperbanyak penunggu daftar list dalam urutan abjad nama di bbm, namun setelah beberapa lama hanya diam tanpa saling menyapa ataupun mengucap salam 'selamat pagi' yaa bukan salam seperti itu juga kali disini salam yang di maksud memberikan say hello sebagai pembuktian bahwa ID nya masih ada penghuninya.

Dan sejak hari itu semuanya berubah, sejak ia menyapaku di bbm yang pertama kali. Awal mula ngobrol ya seperti polisi sedang intrograsi buronan tanya ini itu namun juga dengan sedikit becanda sehingga lama kelamaan obrolan semakin asik dan nyambunglah apa yang di obrolkan meskipun pembahasan tak tentu arah asal nyambung dan bisa memperpanjang waktu bercengkrama hingga waktu jua yang membatasi dan memberikan peringatan untuk menyudahi obrolan yang sepertinya sudah melewati batas di awal perkenalan.

Semenjak saat itu hari-hari ku tak pernah absen dengan sapaannya, perbincangan hangat yang masih saja tak jelas pembahasannya. Tanpa diduga dan direncanakan lewat peristiwa yang tanpa direncana perjumpaan itu pun terjadi. Orang yang sama, tak ada perubahan dalam sikap maupun pembicaran ketika berjumpa. Kita tetap bisa ngobrol seperti teman lama yang sudah lama tak bertemu, heboh dan tak ada waktu jeda untuk angin yang berhembus menyela pembicaraan. Dan anehnya apa pun tema obrolan selalu saja sambung menyambung, baik itu yang masih sejalur ataupun yang sudah melenceng dari jalannya. Dia orang yang simple, apa adanya dan entah mengapa aku nyantai juga ngobrol dengannya tak ada yang ditutup-tutupi dan yang sok jaim buang jauh, sama sekali tak terlihat dariku juga darinya.

Mungkin bisa dibilang perjumpaan inilah awal dari instingku yang bekerja, entah mengapa aku percaya kepadanya. Nyaman saja jika ngobrol dengannya namun ada satu hal yang masih menjadi penasaranku ketika aku merasa ia ingin menceritakan sesuatu tapi sikap tertutupnyalah yang membungkam mulutnya untuk berucap, aku tak tau ini dalam hal apa namun aku merasa bahwa ada sesuatu yang dipendamnya, bahkan ia tak cerita kepada siapa pun termasuk orang yang terdekat dengannya sekalipun.

Bila ingin cerita ceritalah aku akan menutup mulutku rapat-rapat dan mendengarkan setiap kata dari alur cerita hingga selesai tanpa berkomentar dan memotongnya. Mungkin aku tak bisa membantu memecahkan batu besar itu namun setidaknya dengan berbagi sedikit beban yang menjadi ganjalan selama ini, beban bisa sedikit melonggar. Selama ini kau lebih memilih untuk bungkam mungkin karena hatimu belum menemukan orang yang kau anggap tepat dan mampu untuk berbagi namun kini ketika kau sudah memilihku mengapa tak kau biarkan cerita itu mengalir. Mempercayakan cerita itu padaku bila hatimu yakin kepadaku bukan malah memilih membungkam mulutmu dan menghambat kata yang sudah tersusun rapi hingga tertahan di tenggorokan.

Entah mengapa instingku bekerja padamu, apa yang sedang kau rasa aku pun juga bisa merasakan meskipun hanya sekedar merasa tanpa tau apa penyebabnya. Suasana hati yang mudah berubah dengan begitu cepatnya. Namun akhir-akhir ini aku merasa ada bimbang antara ingin namun ada kata tapi yang mencegah melakukannya, ragu, dan kau mulai berandai-andai dengan segala kemungkinan yang terjadi. Mengapa sekalian saja tak kau buat dunia imajinasimu sendiri....

Aku tau itu bukan wewenangku, dan setiap orang tentunya punya problematika kehidupannya sendiri yang harus dijalani namun apakah kau tau terkadang insting yang timbul tak memperbolehkanku untuk berdiam. Mungkin aku yang terlalu hawatir hingga terkadang menimbulkan emosi ga stabil yang belum bisa aku kendalikan dengan benar hingga sekarang. Ada sebuah cerita yang sejak lama tersimpan yang kini mulai bergejolak dan berontak mungkin terlalu lama mengendap dan bertumpuk dengan yang lain hingga terasa berat sehingga tak terasa seperti ingin meledak.

Bersuaralah, jangan kau bentengi dirimu dengan sesuatu yang tak bisa terjangkau orang lain, kamu ga sendiri dan kamu juga bukan super herro yang selalu menang di akhir cerita. Ooh iya pernahkah kau ingat jika super herro pun tak selalu menang, kadang dia terluka oleh musuhnya hingga mendapat pertolongan orang lain, bahkan dia juga pernah depresi ketika tak kunjung menemukan cara untuk mengalahkan musuhnya yang memiliki tenaga lebih dibanding dirinya. Dan ketika semua lelah itu mulai terasa ada teman yang akan membantunya untuk bisa kembali kepada keadaannya semula. Diam bukan cara yang tepat, hanya dengan mengurai dan mengeluarkan apa yang menjadi ganjalan menjadi ketepatan sikap entah itu caranya bagaimana karena semakin di tahan hanya akan menyesakkan hati dan pikiran.