12/24/2014

Metamorfosis ~ Masih Ada Tanggung Jawab Tertinggal

Satu persatu mereka datang silih berganti, dari obrolan. singkat ala warung kopi, melihat pemikiran teman dan melihat sekeliling dimana aku tinggal perlahan aku punya keberanian untuk melawan pikiranku dan membangkitkan hatiku yang sudah mati bahwa apa pun yang terjadi padaku, meskipun itu jelek sekalipun namun bukankah hidupku masih bisa berharga untuk orang lain..., melihat mereka orang-orang yang ada di sekelilingku bisa tersenyum itu adalah hal indah yang juga akan membuat hati ini lega.

Mulai mengubah pola pikiran dan tujuan hidupku. Kini aku hidup untuk mereka, bekerja untuk keluarga dan beberapa orang disana juga ada satu tanggung jawab yang masih aku emban dimana sesuatu hal untuk memajukan anak-anak di sekelilingku, itu sudah cukup buatku menjadi alasan memupuk kembali semangat, ya aku berjuang untuk keluargaku dan anak-anak itu dan untuk itulah aku akan terus berjuang bahkan suatu hari akan aku ambil alih sepenuhnya tanggung jawab itu yang sekarang hanya masih separuh aku tanggung.

Berpikir tentang mereka membangkitkan naluriku dan membuka pikiran juga hatiku yang beku. Meskipun aku tak bisa berjuang untuk diriku setidaknya aku masih bisa berjuang untuk mereka. Kesempatan yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya bahwa aku berharga dan masih ada banyak orang-orang yang membutuhkanku. Dari keyakinan itu pula aku bertekat mengubah hidupku tak akan menyerah hingga napasku yang terakhir. Akan aku ketuk belas kasih Tuhan untukku, itu janjiku waktu itu. Mungkin aku tak berguna, tak ada keindahan yang kekal namun setidaknya hidupku sedikit berguna bagi orang lain itu yang aku pegang untuk mulai bangkit.

Tak mudah untuk meyakinkan hati dikala masih sering ada perdebatan di dalam pikiranku. Pergulatan sering terjadi bahkan tak kenal tempat, bisa disaat lagi bawa motor, menjelang tidur, bahkan ketika mendengarkan mp3 pun otak masih sempat bergeliat menyuarakan banyak hal yang aku sendiri tak memahaminya apa sebenarnya yang otak kiri dan orak kanan serta naluri ributkan, mengapa tak sejenak memberikan ketenangan untukku....?!

Aku serasa berada di pasar malam berdiri di antara riuhnya orang yang lalu lalang dengan suara-suara yang saling sahut menyahut tak jelas dari teriakan penjual yang menawarkan dagangan, penjaga wahana memikat pengunjung dan orang-orang yang bercerita entah apa yang mereka bicarakan sambir berlalu.

Mereka semuanya gembira, terdengar dari cerita yang tak henti aku dengar juga tawa yang aku tangkap disela perbincangan dan ketika berlalu melewatiku. Malam yang indah, syukurlah mereka masih bisa menikmati dan menghargai apa yang ada di depan mata. Puaskan, bergembiralah dan jangan pernah kehabisan untuk mengumber tawa-tawa keceriaan kalian. Aku senang melihatnya namun juga terkadang iba ketika tak sengaja menatap sosok yang aku lihat di kaca yang mempertontonkan sosok yang akhir-akhir ini tak aku kenal.

Sementara biarkan saja seperti itu. Jika memang tak mengerti jalani saja lepaskan pikiran, perlahan... Suatu saat nanti juga bisa mengerti. Bukankah ketika berproses terkadang tak mengerti ingin seperti apa bahkan tak jarang apa yang dibayangkan dengan kenyataan berbeda jauh mungkin sekarang aku juga begitu. Berjalan setahap demi setahap lalui prosesnya agar bisa belajar dan mengambil ilmu bahkan menilai dari sisi yang lainnya, itulah yang ingin aku pelajari melihat bukan hanya dari satu sisi, tak mengikuti ego yang terkadang bagai racun di dalam pikiranku sendiri. Biarkan semuanya berjalan apa adanya, nikmati proses yang sedang terjadi.