10/15/2014

Y.E.P ~ Benang Merah Cerita Tak Bertuan

Cinta..., sebuah cerita yang tak pernah ada habisnya, selalu memberikan kenangan seperti strawberry yang ada asam manisnya namun begitu selalu terlihat indah dan menggoda siapa saja yang melihatnya.

Ada teman (A) yang mau ngenalin aku sama cowok (Y), awalnya memang (Y) yang ingin kenalan pas liat fotoku bareng sama (A) pas di acara kantor, melihat foto bersama (Y) bilang kepada (A) untuk dikenalkan dengan perempuan yang pakai topi yang ada di baris kedua sebelah kanan dan yang dimaksud itu adalah aku. Karena ga berani (A) minta tolong sama teman satu bagian denganku, temanku ini cerita tapi ya cuma sambil lalu ga ada tindak lanjut juga ga menanyakan atau meminta pendapat untuk mengasihkan kontakku padanya karena memang dia ga kenal. Karena itulah (A) bilang sama (Y) kalau aku ga mau, lalu (Y) masih kekeh untuk dicarikan calon istri dan minta untuk di kenalin sama yang lain, ini berawal (A) yang minta bantuan (M) yang masih satu kerjaan denganku maupun dengan (A) untuk mengenalkan cewek untuk (Y) dan di kenalinlah sama (S) yang dia kenal juga dari teman. (S) masih satu atap di perusahaan yang sama dengan kami meskipun (S) berada di kantor pusat. Dalam perkenalan itu (S) ga merespon baik ini karena ketika diajak ngobrol (Y) jawabnya hanya singkat-singkat dan seperti ga welcome. (S) mengadu kepada (M) bahwa si cowok dingin dalam komunikasi. Lalu (M) memanggil dan menyuruh (A) untuk disampaikan agar (Y) sedikit agresif dan romantis. Mendengar itu (Y) malah dalam percakapan memanggil sayang pada (S) ini juga atas kemauan (M) untuk emmanggil sayang,  mungkin karena awal-awal panggilan ini membuat (S) sedikit risih dan mengadu lagi kepada (M) lalu di tegurlah (A) agar (Y) tidak macam-macam, tidak memanggil sayang-sayang. Dari teguran itu (Y) sudah ga memanggil sayang-sayang lagi kepada (S) ketika berkomunikasi. Dalam perkenalan mereka ketika (Y) meminta foto agar bisa tau bagaimana rupa orang yang di ajak ngobrol (S) memberi foto cewek cantik dan itu bukan foto aslinya, dan ketika di ajak ketemu juga susah, dengan alasan sibuk, bila yang satu bisa satunya ada kerjaan bila yang satunya bisa satunya luar kota. Ketika ada waktu mereka bertemu namun itu juga tidak lama paling-paling cuma 10 menit saja itu juga di kantor (S) ketika makan siang.

Meskipun sudah dikenalin dengan (S) namun (Y) masih ingin kenalan deganku dan meminta (A) untuk ngenalin sama aku, kali ini (A) berani ngomong denganku dan meminta pin bb ku untuk dikasihkan (Y). Pikirku namanya kenalan kan sama siapa aja ga masalah to, makanya ketika (A) ingin mengasihkan pin bb aku ijinkan kan niatnya juga baik ga ada salahnya untuk menambah teman. Namun di sana (S) yang awalnya menghindar sekarang juga merespon, sepertinya juga mulai tertarik dengan (Y), mungkin juga karena ada sesuatu ga ngerti juga.

Meskipun baru kenal 3 hari di awal bulan kemaren (Y) nembak aku ketika posisi dia masih di luar kota (Medan) karena tugas kantor. Mengingat niatnya baik ya sudah apa salahnya di coba meskipun belum ada getar-getar dalam diriku, entah apa yang aku pikirkan yang pasti hatiku berkata ada sesuatu dalam dirinya aku tak tau itu apa namun keinginan kuat ada ketika aku melihat fotonya dan melihat semburat luka, kesepian dan kesedirian, aku tertarik dengan hal itu, apa gerangan yang terjadi apa sebenarnya misteri pahit yang dia pernah alami, inilah yang mendorong untuk bisa dekat dengannya. Hingga ketika meng 'iya-kan' aku masih sempat bertanya tentang yang terjadi antara aku dan dia, mempertanyakan komitmen yang baru saja tercipta karena aku benar-benar ga ngerti bila sudah terjadi komitmen diantara kami.

Sekembali dari Medan seminggu setelahnya (Y) menepati janji untuk main ke sini. Namanya manusia yang hidup di dunia serba digital (A) update stattus dan memasang foto ketika kita (aku, (Y), dan keluarga (A) main bersama). Karena kedekatan (A) dengan (M) yang menganggapnya sebagai dewa penolong karena sudah membantu istrinya untuk bekerja di perusahaan yang sama maka ceritalah (A) kepada (M) bila weekend (Y) main ke Semarang. Sepertinya (M) ga suka hingga senin dia mengajak ngobrol aku dan bertanya kedekatanku dengan (Y) sampai dimana karena selama jalan denganku (Y) juga dekat dengan (S), seperti malaikat (M) memberi nasehat untuk saling empati sesama perempuan, berperan menjadi penengah bila memang aku sudah dekat dengannya akan menyuruh (S) untuk mundur. Tak luput dengan cerita versi dia, aku menanggapinya dengan santai bahkan (M) juga mengatakan apa pun yang terjadi kejadian seperti ini pihak ceweklah yang nantinya akan tersakiti, hmmm..., sepertinya dia juga sedikit kesal dengan jawabanku yang asal bahkan terkadang tidak pake mikir langsung jawab saja bahkan ketika aku bilang jika aku dengan (Y) sudah jadian (M) sedikit kaget. Namun tetap saja mencari pembelaan, walaupun (M) bilang tidak membela siapa-siapa namun jelas-jelas sikapnya condong ke (S) orang gila pun tau kali bila tau gelagat dan intonasi kata-katanya. Ya aku maklum juga karena sudah tau karakter aslinya seperti apa aku kerja sama (M) tidak satu dua hari bahkan sudah 2 tahun aku kerja sama dengannya namun karena aku tak pernah berinteraksi ataupun mencampuri urusannya sehingga (M) sungkan denganku, dia baik hanya di depanku di belakang sangatlah busuk, penjilat.

Melihat dari sifatnya sudah pasti (M) akan membela (S) itu bukan tanpa alasan (M) ingin dekat cari muka dan dianggap baik sama orang-orang pusat, mencari channel untuk bisa masuk dan lebih kenal sama orang pusat. Aku paham benar tentang hal itu bahkan (M) juga sempat berkata bila (A) hanya ingin uangnya (Y) yaah sempat kecewa mendengar itu kok bisa dia berpikir sepicik itu dan mengatakan langsung kepada orang lain. Dan yang lebih mengherankan lagi omongan dan perbuatannya ga sama, denganku (M) bilang akan ngomong juga dengan (S) namun kenyataannya hanya aku yang di omongi, ini ia lakukan agar aku mundur hingga jalan (S) mendapatkan (Y) lebih mudah. Silahkan saja, jika itu yang anda inginkan dan jika (Y) suka buatku tak ada masalah sekecil apa pun ga ada rasa kecewa. Aku hanya ga suka dengan sikap (M) yang picik, penjilat dan lebih suka melihat orang lain menderita, (M) tipe orang yang ga mau kalah dan harus dia yang berada di atas untuk disanjung dalam hal apa pun.

Sebelum (M) berbicara denganku (A) beserta istrinya sudah dipanggil dan diperingatkan. Dua kubu saling berperang dan parahnya aku berada diantara mereka. Bahkan (M) sempat mengancam (A) akan kehilangan pekerjaan bila masih menghalang-halangi (S) dengan (Y), karena tiba-tiba dan mengingat kedekatan (M) dengan bos (biasalah dia kan paling rajin JP biar dianggap penting dan paling dibutuhkan) mungkin (A) menceritakan apa yang terjadi kepada (Y) hingga membuatnya sedikit tertekan, di satu sisi kerjaan banyak di sisi lain dia diwajibkan untuk memilih. Sempat aku melihat percakapan anatara (Y) dengan (A) yang mengatakan bila (Y) bingung untuk memilih dan seakan menyalahkan (M) karena ikut campur dia menjalin hubungan denganku juga dengan (S) dalam obrolan itu pikiranku menangkap bila (Y) menginginkan keduanya bisa jalan bersama. Ini satu hal yang sedikit merubah penilaianku tentangnya disaat yag bersamaan.

Sore hari aku bicara (Y) awalnya aku ingin menunda mencari waktu yang tepat namun entah kenapa nama (S) akhirnya terucap juga dariku dan menginginkan penjelasan darinya, karna ga imbang donk jika aku hanya mendengar cerita dari (A), (M) dan tak mendengar cerita dari (Y) bagaimanapun karena hati yang tak ikut berperan sehingga dengan mudah saja logika dan pikiranku jalan. Aku hanya tak tega melihat dia, aku takut bila (Y) semakin terluka akibat kejadian ini, aaah masih sempat memilirkan orang lain sedangkan posisinya sudah kejepit seperti ini.

Iya (Y) mengakui jika dia saat ini juga dekat dengan (S), aku minta ketegasan bila (Y) ingin hubungan ini masih jalan aku minta dia untuk menghapus semua kontak yang ada (S) dan memintanya untuk tidak berhubungan lagi dengan (S) tapi jika (Y) bingung tidak dapat memilih maka aku yang akan mundur. Benar saja perkiraanku dari awal jika (Y) ragu dan ga bisa membuat keputusan hingga akhirnya dia memilih untuk ga milih siapa-siapa. Aku hargai keputusannya, namun dia juga berharap agar aku tidak delcon kontaknya. Iya aku ga pernah delcon teman yang ada di daftar listku siapa pun dia selama dia tidak rese. (Y) juga tidak ingin gara-gara masalah ini hubunganku dengannya jadi renggang, (Y) merasa nyaman denganku dan menganggap aku yang bisa ngertiin dia. Aku pastikan enggak, apalagi setelah mengetahui tentang adanya luka dan trauma masa lalu, aku tertarik dengan hal itu ingin membantunya pulih. (Y) juga cerita jika ia sudah menceritakan semuanya dari awal dan komplit dengan aku berada di dalamnya jadi (S) tau tentang aku bukan dari (M) melainkan dari (Y) langsung. Mengetahui (Y) tidak memilihnya (S) tidak terima, menurutnya (S) marah besar bahkan sampai menelpon untuk tidak diputuskan ataupun di kontaknya tidak di delcon.

Mendengar (S) ga terima membuatku sedikit terheran-heran secara antara (Y) dan (S) menurut beberapa sumber hubungannya hanya dekat belum ada kata jadian tapi mengapa (Y) bilang putus, lalu mengapa juga (S) ga terima...?

Sepertinya ini bukan akhir petualangan, karena ternyata diam-diam (Y) juga menjalin hubungan dengan beberapa perempuan lain. Dari sinilah perlahan penilaianku berubah total tentangnya, memang dia trauma, terluka pernah di tinggal perempuan namun ini menurutku karena ulahnya sendiri. Oh ya ada sedikit yang menjadi ganjalan, menurut (A) yang mendapat cerita dari (Y) bahwa pada saat di Semarang menemuiku itu adalah pertama kali (Y) main bersama perempuan paling lama, lalu bagaimana dia bisa terluka... Dan otakku yang lain pun berkata bisa saja yang dikatakannya itu benar jika begitu selama ini (Y) menjalin hubungan hanya lewat dunia maya tidak real. Apakah benar pemikiranku ini.....