Rencana yang sudah disusun dari awal untuk menghabiskan weekend di kotaku, seketika berubah ketika ia teringat orang tuanya disana. Aku memang enggak melarang ataupun mengiba agar dia tetap tinggal disini, tidak aku tak seegois itu. Meskipun aku ingin namun orangtua sangatlah penting apalagi dia sudah lama tidak pulang kerumah menjenguk orangtuanya yang hanya tinggal berdua karena adiknya juga berada jauh di kota orang, meskipun tak sejauh dia berada.
Biarkan dia pulang untuk berbakti kepada orang tuanya. Sehari bermain bersamanya itu lebih dari cukup buatku, namun sebelum dia pulang dia menyempatkan diri untuk mengantarku pulang ga tau ini bentuk kepeduliannya atau hanya alasan agar bisa main ke rumah, aku senang dan berharap hari ini tak akan pernah berakhir biar aku bisa menghabiskan waktu selama kita mau. Kita hanya aku dan kamu. Kedengarannya terlalu picisan ya namun ini yang aku rasakan sepenggal kisah di musim kemarau dimana daun-daun jati mulai meranggas, tanah pun mulai merekah dan jiwa gulita perlahan tersamar bayangan dari secercah cahaya penerang jiwa yang lara.
Dia menghidupkan suasana hatiku yang sepi dan kebersamaan kami seharian ini sangat berarti hingga saatnya perpisahan di malam itu terjadi. Mungkin dari sinilah awal kegelisahanku bbm yang pending belum dibaca sedangkan dia juga tak sesegera memberi kabar, selalu berusaha berpikir positif "mungkin dia lagi melepas kangen dengan keluarganya kalau enggak paling juga tidur seharian untuk melepas capek dari perjalanan jauh yang tak henti-hentinya dilakukan" tapi ketika ada pembaruan stattus bahkan sempat beberapa kali ganti pic ini membuatku sedikit sedih bahkan air mata ini sempat menetes, "mengapa..." mungkin inilah kebiasaan cowok, ya sudahlah aku masih bisa pahami meski sedikit sakit.
Apa yang sudah kita rencanakan tak seindah rencana Tuhan, Awalnya dia akan balik ke kotaku untuk terbang kembali ke dunianya dan itu tandanya akan ada pertemuan ke-2 tapi ya itu tadi kita hanya bisa berencana dan tuhan lah yang akan mengeksekusi apakah rencana kita akan digunakan, di revisi bahkan di tolak mentah-mentah. Dan kali ini pilihan terakhirlah yang menang, tidak ada pertemuan bahkan dia pun sempat akan kehilangan kursi nyamannya di dalam pesawat akibat rencana yang tak sesuai yang di harapkan.
Selama penantian menunggu kabar darinya hati ini resah bercampur cemas, bolak-balik melihat ke layar telepon genggam untuk sekedar mengecek barangkali ada balasan dari pesan yang bertubi-tubi aku layangkan hasilnya nol ga ada pesan satu pun darinya, eh ada satu ketika di pagi hari. Dia pergi tanpa sempat bertemu denganku, tanpa pamitan dan tanpa memberi kabar. tapi untung saja dia sempat mengabari ketika sudah sampai di tempat tujuan, syukur kalau dia sudah sampai dengan selamat itu sudah cukup membuatku senang dan tenang.
Terima kasih untuk hari indah itu, sungguh luar biasa