10/12/2014

Bila Mata yang Berbicara

Selalu saja diam, hanya mata kita yang saling menatap dengan lekat mencoba menangkap keseluruhan sosoknya tanpa tau apa yang dipikirkan. Beberapa detik mata ini sepertinya terganjal hingga tak bisa berkedip, menatap tajam kearahnya hingga kita sama-sama berlalu. Itulah yang terjadi ketika kita berpapasan, hanya sorot mata yang menyapa. Dan pertemuan tak sengaja tadi siang tepatnya berpapasan meskipun hanya sepintas namun mampu menyeretku kemasa putih merah, dibangku sekolah dasar.

Dia biasa dipanggil Win, seorang anak laki-laki dengan badan kurus, anak orang kaya tapi kurus kering, namun pintar selalu saja menjadi juara kelas. Sebenarnya aku tak begitu mengenalnya karena Win juga termasuk anak yang pendiam dan ga banyak tingkah. Aku ingat beberapa kali dia pernah menolongku dari gangguan anak-anak cowok yang senang sekali menggangguku tapi terkadang juga ikut-ikutan di gerombolan anak-anak nakal meskipun tak ikut menggangguku hanya ngelihatin saja.

Jujur aku tak begitu memperhatikannya karena Win memang sangat pendiam mengingat kalau aku satu kelas dengannya, hingga di kelas-2 tempat duduk kami di atur oleh bu guru wali kelas dengan memasangkan setiap murid perempuan dengan laki-laki menjadi satu meja dengan alasan agar kita tidak banyak ngobrol saat jam pelajaran dan bisa lebih mengenal dengan teman sekelasnya.

Aku yang tadinya duduk di barisan meja ke dua dari depan menjadi baris ke-4 atau baris kedua dari belakang dan parahnya aku di pasangkan dengannya. Entah apa pertimbangan bu guru memasangkanku dengan Win, meskipun ga suka tapi apakah berani melawan kata guru, apalagi guru yang satu ini adalah salah satu guru yang ga aku suka karena terlalu galak, suka mukul dengan penggaris dan yang paling bikin keki kukunya panjang-panjang sukanya sisiran di kelas dan setiap saat benerin tatanan rambutnya dengan jari.

Duduk dengan Win menjadi babak baru, menuntutku lebih tekun belajar masalahnya kalau nilaiku terpaut jauh darinya selalu diledeki. Penilaianku terhadap Win menjadi berubah total yang tadinya aku anggap pendiam, baik, pemalu, semua berubah 180 derajat. Aku dan Win bagai Tom end Jerry dalam serial kartun anak yang digambarkan tidak pernah akur, setiap hari ada saja hal yang membuat kami bertengkar. Win seneng banget ngumpetin alat-alat tulisku, pelit kalau di mintain ajar boro-boro diajari kalau pas nulis saja di tutup-tutupi pakai buku dan tangan sampai rapat, kalau pas pelajaran menyimak dari buku paket yang di bagi untuk berdua selalu deh tarik-tarikan, lalu meja di bagi dengan menggaris tengahnya seringnya lebih besar punya dia ketimbang punyaku dan barang dari masing-masing tidak boleh melampaui garis bisa-bisa langsung di buang atau di dorong-dorong bahkan langsung ngomel-ngomel. Bukan itu saja di bawah meja pun tak kalah sengitnya sering kaki kami saling sepak makanya untuk aman kita masing-masing duduk mepet pinggir. Namun pertengkaran ini hanya kita berdua tidak sampai di panggil atau di peringatkan bu guru.

Entah salah apa aku padanya hingga Win dan aku tak pernah bisa akur, padahal sama teman peremuan yang lain sikapnya juga biasa bahkan bisa di bilang baik cenderung manis meskipun Win ga pernah juga main sama perempuan, tapi sama aku tidak pernah yang namanya baik. Selalu bikin gara-gara. Yang nyebelin tu ketika dia dengan suksesnya membuat aku bingung mencari alat tulisku yang disembunyikannya, belaga bukan dia yang nyembunyiin, lalu senyum-senyum sambil ngeledek. Tapi ketika melihat aku manyun terus duduk diam ga mempedulikan dia lagi karena capek mencari tak menemuk barang yang dicari Win pun juga akan duduk manis dan tau-tau barang sudah ada di laci meja atau di tas. Selalu saja begitu, selalu bertengkar.

Namun gara-gara duduk satu meja itu juga baik aku maupun Win selalu di ledek sama yang lain maupun teman-temannya di rumah bahwa kita pacaran. Selalu jika tetangganya jika ketemu aku dimanapun tempat selalu teriak "elly di cari Win" sampai jengkel dengernya kan aku ga suka tapi anehnya Win diam saja malah senyum-senyum ketika mendengar itu. Gara-gara orang satu ini juga tiap aku main ke rumah teman yang kebetulan tetangga dia selalu di panggil-panggil.

Satu lagi keunikan kita, aku dan win sama-sama 3 bersaudara, bila aku satu kelas dengan win begitu juga dengan kedua adik-adik kami yang juga satu kelas bahkan adik bontotku juga musuhan dengan adiknya win kalau adik yang nomor 2 enggak karena mereka sama-sama laki-laki dan ibu kami juga saling kenal baik meskipun sudah beda wilayah. Pernah aku coba korek keterangan dari adikku lewat adiknya Win tentang kebenaran bila Win suka denganku tapi ga berhasil gimana bisa orang musuhan ditanya-tanya. Tapi adikku perempuan pernah bercerita bila dia ketika ikut TPA (Tempat Pendidikan Al-Quran) di masjid samping rumah Win mendapat titipan bunga dari Win tapi di tengah jalan di buang oleh adiku lengkap dengan suratnya. Hahahaha...

Bahkan ketika SMU ketika pulang sekolah di dalam angkot ketika berhenti mencari penumpang terkadang ada yang memanggil aku liatin ternyata ga kenal sama tu orang yang manggil lalu sampai suatu hari baru ketahuan kalau yang manggil adalah teman-teman SMU Win yang kebetulan sekolahnya berdekatan meskipun berbeda. Win ga pernah ngomong sama aku bahkan ketika tak sengaja satu angkot ataupun sedang sama-sama menunggu angkot ( dari sekolahan ke rumah kita harus oper (ganti) mikrolet karena aku ga bisa naik bus umum) enggak pernah berbincang hanya saling pandang agak lama udah.

Tapi aku akui kalau Win orangnya sabar dan melindungi banget karena dulu waktu pulang sekolah yang tanpa sengaja bareng itu Win enggak pernah berjalan di depanku selalu di belakangku membuat sedikit jarak, pernah aku coba berjalan lamban tetap saja dia ada di belakangku enggak mencoba menyalip, seperti yang biasa aku lakukan karena ga sabar. Dan kebiasaan kami ketika sudah di persimpangan kita akan sama-sama berhenti (entah disengaja atau enggak) lalu saling melihat. Oh ya aku pernah di kacangi ketika pulang bareng sama teman perempuan yang kebetulan kita sama-sama kenal masa tiap omonganku ga pernah di gubris. Padahal sama yang lain bisa sibuk ngomong sama aku sepatah katapun ga pernah keluar hanya saling menatap saja, tapi aneh deh matanya enggak tajam tapi seperti ada sesuatu disana.

Itulah kisah aneh yang masih hingga saat ini pun tak pernah ketemu trus ngobrol enggak pernah paling hanya saling menatap. Namun dia sekarang sedikit kusut, mungkin istrinya ga bisa benar-benar mengurusinya kali ya. Ga tau deh.