10/12/2014

Aduh Boss...

Mendapat tugas dari bos merapikan struktur bagan menggunakan sistem baru. Dari awal tak ada minat untuk bisa apalagi mencari tahu, cuma lihat dan udah ga ada rasa penasaran sama sekali. Entah ya aku ga merasa nyaman saja dengan pimpinan yang baru ini, sepertinya ia suka mencarikan kerjaan ok lah aku ga keberatan, namun yang jadi ganjalan adalah setiap penjelasannya malah membuat otakku blank, tidak mengerti apa yang harus dikerjakan dan poin-poinnya dimana.

Jika ia masuk ruangan mulai menanyakan ini itu udah deh isi kepala pada berhamburan pada melarikandiri. Bahkan bila masih ada teman aku memilih menjauh atau malau pura-pura ke toilet meskipun enggak kebelet hanya untuk menghindarinya. Orangnya enggak galak, enggak otoriter juga, hanya suka tiba-tiba nongol di depan trus masuk-masuk ruangan, segala pekerjaan di urusinya dan mengharuskan bagianku menguasai program yang berurusan dengan marketing.

Pernah aku cerita kepada teman yang lain bila bos kesini dan merbicarakan ini itu malah membuatku pusing, ternyata mereka sama juga denganku ga ngerti yang dibicarakan, meskipun enggak ikut-ikut menghindar sepertiku. Katanya aku pusing karena ngomongnya kaya orang bingung, hmmmm... Mungkin juga, sudah aku orangnya mudah bingung dan panik di tambah penjelasan yang menggebu-gebu tambah buyar, sepertinya penjelasan bisa di terima.

Masalah program baru dan bagan yang hingga hari ini belum selesai, ada yang bilang denganku waktu di suruh melanjutkan mengedit "buat blog yang rumit saja bisa masa kaya gini ga bisa. Bukannya ga bisa tapi...(Ga tau lanjutannya apa ga begitu dengar dia ngomong apa)" ya memang bukannya ga bisa tapi ga mau saja, ga minat buat mengotak atik. Dari awal juga enggak pernah mau otak-atik paling cuma lihat, ga ada keinginan untuk tahu ataupun sedikitpun rasa penasaran ga ada.

Kemaren waktu di suruh melanjutkan, bos keluar dari ruangan aku malah memilih membuat receipt bulan ini.
Sambil sesekali tengok ruangannya dan berharap bos segera pulang dan aku bebas merdeka.

Coretan yang tertunda