10/11/2014

Y.E.P ~ Sehari Bersamanya

Hari ini dia datang kemari sekedar menemuiku, mungkin ini juga bentuk pembuktian bahwasanya dia serius. Aku akui meskipun sudah ada komitmen diantara kami namun aku masih memiliki sedikit keraguan ya mungkin karena seringnya kecewa hingga membuatku memagari hatiku dengan tembok yang tahan dari serangan sekeras apa pun. Namun karena sejak awal niatnya baik aku mencoba sedikit merenggangkan ikatan dan melumerkan hatiku yang sudah membatu apalagi sekarang aku sudah berkomitmen dengannya dan seperti biasanya prinsip yang sudah lama aku anut bila sudah memilih maka akan aku jalani tulus dari hati. Ketika dia benar-benar membuktikan keseriusannya menemuiku hatiku perlahan lumer.


Ketika menunggu dia tiba di bandara segelas teh hangat aku pesan, sebenarnya tidak ada niat untuk minum, namun karena tidak ada kursi untuk menunggu sedangkan pesawat yang dia naiki masih sekitar setengah jam lagi datangnya, ini agar aku bisa duduk di bangku cafetaria yang ada di bandara. Segelas teh dengan rasa yang sangat-sangat aneh meskipun sudah aku tambah gula banyak-banyak masih saja menyisakan rasa yang gak karuan. Selain itu sepertinya ketika mencuci cawan kurang bersih karena tanpa sengaja aku masih melihat dua butir nasi di cawan tersebut sedangkan aku tidak memesan apa-apa lagi selain teh hangat.

Sekali lagi aku lirik jam yang ada di ponsel ya masih lumayan lama, untuk menghilangkan rasa deg deg-an beserta mulas yang datang tiba-tiba ini, perlahan aku mencoba menenangkan pikirku rileks menyumpal kedua telinga denga earphone, lagu sendu mulai mengalun sambil menikmati biskuit sisa semalam yang aku bawa lumayan buat mengganjal perut yang sedikit merintih perih, baru sadar kalau kemaren aku hanya makan pagi saja malamnya tidak makan hanya mengganjalnya dengan segelas kopi good day dan biskuit.

Beberapa keping biskuit sudah aku lahap, satu lagi biskuit berada di tangan dan masih satu gigitan di depanku sudah berdiri seorang pria, pria yang aku tunggu. Sedikit gugup sampai membuatku bingung sendiri untuk berlalu dari meja ini. Mungkin karena dia bisa mengontrol emosinya sedikit banyak juga mempengaruhiku untuk bertindak hal yang sama.

Aku lahir di Semarang namun tidak tahu menahu tentang kota Semarang bahkan untuk menghafal jalan pun ga bisa makanya itu sering nyasar juga kalau pergi, untung saja tadi ketika ke bandara tidak pakai acara nyasar, Tidak tahu mau kemana, juga tidak memiliki tujuan pasti, hanya mengikuti kemana tangan mengendalikan motor melaju di jalanan yang mulai padat dan sedikit panas. Mengenalkan kotaku yang semakin hari bertambah panas ini dengan mengelilingi pusat kota dan berakhir di warung bubur ayam. Sudah tau baru saja sembuh dari sakit namun mengambil sambalnya tidak ukuran sampai-sampai aku yang ada di sebelahnya mencium bau menyengat sambal yang dia tuangkan di mangkuk bubur ayam, ga kebayang deh bagaimana pedasnya aku yang hanya mengambil sedikit saja pedasnya sampai ke ubun-ubun apalagi dia yang ngambil sambal kaya kuah bakso, dalam hati hanya berharap semoga tidak kenapa-kenapa dia makan sambal sebanyak itu meskipun sempat mengingatkan ya gimana lagi dia maunya gitu anggap sebagai obat "tombo teko loro lungo" artinya obat datang penyakit pergi.

Kembali bingung setelah ini mau kemana, dia ingin main ke rumah namun percuma saja di rumah hanya ada ibu, itu juga kalau enggak sibuk dengan ayam-ayamnya. Setelah berbingung-bingung ria keputusan akhir menuju ke rumah teman. Agak sedikit risih tapi ya sudahlah asal dia seneng dan menikmati suasana tak apalah abaikan saja.