9/22/2014

Tulisan Ngelantur

Setelah lama dinanti-nanti sore ini hujan turun. Namun hujan sepertinya hanya menggantungkan harapan kosong kepada sebagian orang yang menanti dan mengharapkannya datang. Huja turun namun tak sempat menyapa cacing-cacing di dalam tanah, hanya sesaat dan terlalu singkat.

Ada apa dengan hujan...? Seharusnya bulan ini sudah masuk musim penghujan namun hingga beberapa bulan lamanya hujan tak kunjung datang membasahi tanah airku tercinta.

Tanah gersang, pohon mulai meranggas dan sungai tak lagi terdengar suara gemericik dari air yang mengalir. Wahai awan apakah kurang air yang tiap hari kau kumpulkan untuk membuat butiran bening berjatuhan dari atas sana? Barangkali langit sengaja mengulur waktu sekedar memberi jeda bagi para hati yang lagi dilema atau barangkali hujan sudah bosan menemani dan mendengarkan suara hati bagi jiwa-jiwa yang merindu.

Aku menyukai hujan, apalagi hujan pertama. Hujan yang membasahi tanah memberikan aroma tanah yang khas dan aku juga menyukai aroma petrichor yang menyeruak dari dalam tanah. Aku menyukai rintik hujan, meskipun kedatangannya akan membuat jiwa sentimentilku keluar secara tiba-tiba.

Aku suka berada di bawah hujan meskipun pada akhirnya akan membuatku demam, membuatku menggigil dan membuatku takut karena setiap hujan datang maka akan ada juga angin kencang dan petir yang menggelegar memecah kesunyian hati yang baru asik dengan imajinasi ataupun sedang meracik masa lalunya.

Secara bersamaan hujan, angin dan halilintar datang, satu paket yang sulit dipisahkan. Seperti hidup dimana setiap ada kesenangan dibelakangnya datang juga kesedihan begitu juga sebaliknya disela-sela kesedihan selalu ada kebahagian. Semua sudah di atur sesuai porsinya masing-masing ga ada yang lebih maupun yang kurang hanya kita bisakah melihat setiap kehadirannya dengan bersyukur.

Bila sedang senang jangan terlalu meluap-luap dan bila sedih jangan di dramatisir seakan-akan hanya diri ini yang mendapat cobaan sangat berat. Tahu kah bila yang lain juga mengalami hal yang sama hanya saja yang berbeda takaran dan bagaimana mereka menyikapi bila sedang dihadapkan pada pencobaan.