9/22/2014

Muara Rindu yang Mendesak

Hai tuan tahukah bila aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu. Sosok yang selalu menghidupkan suasana hatiku. Gurauan jahil apa lagi yang akan muncul di otakmu hingga mempuat diriku tersipu-sipu. Hehehehe tahukah bila bersamamu aku merasakan tenang, bagai menemukan arti hidup yang sesungguhnya.

Aku menantimu kembali datang, apakah rinduku yang kutitipkan pada malam sampai padamu? Tuan kini pertahananku tak lagi mampu untuk membendung rasa yang tak berkesudahan mengoyak rongga-rongga ruang sadarku, rindu yang seringkali hadir dan semakin menggila menghujam hingga kedasar hatiku yang terdalam. Menembus kedalam benakku hingga terus melihatmu lagi lagi dan lagi.

Aku lelah pada pertahananku yang sudah mulai rapuh. Aku tidak tahu sejak kapan dia ada. Rasa yang semakin hari tumbuh tanpa di pupuk untuk menyuburkannya. Semakin besar dan mulai bermekaran tanpa pernah terjamah olehku untuk merawatnya. Aku tidak tahu bagaimana dia tumbuh hingga menembus batas ruang kecil disisi jantungku.

Dia meronta mengusik pikiranku. Tak jarang aku harus mengatakannya gelisahku pada bintang yang berkerlip tiap malam menjelang. Dan aku menginginkanmu datang kedalam mimpiku agar ku dapat mengatakan rindu yang tak ada habisnya ini. Rasaku padamu sesuatu yang suci aku hanya ingin kau tahu bahwa hingga hari ini aku masih menunggumu kembali. Jangan menanyakan kenapa karena aku sendiri juga tak mengerti alasannya, barangkali karena cinta ini sudah mengakar sampai sulitku mencabutnya. Jangan memintaku berhenti karena cinta untukmu telah menyatu dengan detak jantungku. Masih bisakah memintamu untuk kumiliki agar menjadi alasanku tetap bertahan dikala jalan tak mudah kutapaki.

Kau telah tahu rasa ini. Jangan jadikan beban pikiranmu karena aku tak akan memaksamu berada disini. Kau bebas untuk mengarungi hidupmu memilih siapa yang kau suka dan mengejar apa yang ingin kau raih karena belum saatnya kau menyulam kesetiaan untukku. Kau belum bisa mewujudkan rasaku menjadi sesuatu yang sakral untuk diucapkan sebagai tanda bahwa kita adalah satu. Aku tak ingin mengikatmu dengan janji atas segala harapan dan mungkin tak bisa terwujud. Karena atas izin-Nyalah kita bisa bersama.

Aku tak ingin menjadi penghalang maupun beban atas kebahagiaan yang mungkin dapat kau temukan dalam perjalananmu. Aku tak akan menyalahkan jika tujuan akhirmu bukanlah aku.

Ini tak mudah untukku, karena harus meredam dari rasa untuk memilikimu secara utuh yang saat ini benar-banar mendesakku. Sekedar menanyakan kabar karena rasa kawatir yang datang karena tak ada orang yang menjagamu, agar sedikit mengurangi cemas ini jagalah kesehatan, jangan hanya bekerja dan bekerja namun disela-sela kesibukan untuk meluangkan sedikit waktu untuk menikmati hidangan sekedar penambah daya tahan tubuh dan janganlah sering begadang karena itu juga akan mengganggu kesehatanmu. Jaga dirimu baik-baik agar aku tidak khawatir yang akan semakin mendorong rasaku padamu. Biarlah semua berjalan seperti air yang mencari jalan menuju muara. Karena bagiku kaulah muara itu dan selaluku berdoa agar kelak aku akan berada disana untuk kau dan aku menjadi kita.