8/09/2014

Sejenak Sendiri

Selamat malam tuan. Ini Jumat malam, gelap yang mulai merayap yang diiringi dengan titik-titik hujan di luar membasahi tanah. Tercium petrichon yang aku suka, bau tanah basah yang tersiram hujan pertama setelah beberapa pekan absen masuk melalui jendela kamar yang masih terbuka bersama udara dingin yang menerobos masuk diantara celah halus dari kain tipis yang terayun-ayun tak kuat menahan semilir angin yang berhembus kian kencang.

Melalui tulisan ini aku bercerita tentang kebosanan yang akhir-akhir ini mulai datang lagi kepadaku, andai punya pintu daraemon mungkin sekarang memilih tak berada di ruangan sempit dimana aku sering membunuh waktu ketika malam mulai menyapa. Kali ini aku tak ingin mengikuti anganku yang tak pernah lepas dari sosok yang entah berada dimana.

Aku ingin melukis kesendirian. Berada di tempat yang ngangat sunyi yang tak tersentuh segala macam kecanggihan teknologi, benar-benar berada di peradapan tempo dulu yang sarat dengan kesederhanaan, kehidupan yang lebih menyatu dengan alam. Ya berada di pinggir pantai atau di atas bukit berteman dengan angin malam yang menusuk hingga ke tulang, tempat sunyi dimana aku bisa instruspeksi untuk lebih mengenal diriku, melepaskan segala pengat yang selama ini berjubel di setiap ruang kosong dalam tubuhku.

Berteriak sekuat tenaga melepas kerinduan yang tak berujung.